Meski Efisiensi, Kami Keluar Dana untuk Eksplorasi
Berbeda dari perusahaan minyak dan gas bumi (migas) lainnya, Santos Indonesia relatif imun terhadap dampak rendahnya harga minyak dunia saat ini. Penyebabnya, perusahaan migas asal Australia yang namanya akronim dari South Australia Northern Territory Oil Search ini, lebih banyak memproduksi gas di Indonesia.
Meski begitu, Santos Indonesia tetap melakukan perampingan bisnisnya, khususnya dari sisi proses bisnis. “Tapi kami tidak sampai pada pengurangan tenaga kerja,” kata Presiden Direktur Santos Indonesia Ignatius Tenny Wibowo kepada wartawan Katadata, Arnold Sirait, di sela-sela acara Konvensi dan Pameran Indonesian Petroleum Association (IPA) ke-40 di Jakarta, Rabu (25/5). Berikut petikan wawancaranya.
Apa dampak harga minyak rendah terhadap bisnis Santos?
Penurunan harga minyak ini secara global menyebabkan pendapatan semua perusahaan menurun tajam. Santos juga terpengaruh, penerimaan turun signifikan sedangkan aktivitas tetap ada. Kami tetap menjalankan operasi secara efisien sehingga meskipun harga minyak turun cukup tajam, bisa memberikan margin yang cukup kepada pemegang saham.
Berapa persen penurunan pendapatan Santos?
Secara umum, dengan hitungan sederhana, produksi sama kalau satu barel US$ 100 dolar. Tapi, sekarang US$ 40 per barel berarti penurunannya 60 persen. Itu sangat signifikan. Dampaknya dari sisi perusahaan, bagaimana menjalankan operasi dengan seefisien mungkin. Tapi karena ini masalah bersama industri tentunya kita bersama-sama melihat apa yg bisa dioptimalkan. Apakah ada proses yang bisa diperpendek, seperti perizinan.
Apa saja strategi yang dilakukan Santos?
Santos di Indonesia tidak begitu terpengaruh harga minyak karena produksi minyak hanya 5 persen. Lebih banyak produksi gas yang dijual di domestik. Sedangkan secara global, 70 persen produksi terkait minyak.
Tapi karena kami merupakan bagian dari Santos global maka tentunya tetap melakukan efisiensi dari sisi proses bisnis. Tapi kami tidak sampai bicara pada pengurangan tenaga kerja. Tahun ini, misalnya, kami justru melakukan tiga pengeboran sumur eksplorasi. Tujuannya mencari peluang untuk mempertahankan bisnis.
Apa konkritnya bentuk efisiensi tersebut?
Dari sisi proses bisnis, bisa melakukan perampingan sehingga pengambilan keputusan lebih cepat. Selain itu, melakukan negosiasi kontrak. Kami meminta pengertian pada pendukung bisnis Santos karena lingkungannya berbeda. Di luar itu, apakah ada kegiatan sudah optimal, apa yang tidak perlu.
Apakah kondisi ini juga mempengaruhi proyek Santos di Indonesia?
Saat ini Santos mengoperasikan dua lapangan produksi. Pertama, di Sampang, Madura, yang tetap kami pertahankan operasinya. Kedua, kami punya proyek pengembangan Ande-ande Lumut di Northwest Natuna yang saat ini masih berjalan sesuai rencana. Jadi, belum ada pengurangan proyek.
Bagaimana dengan proyek eksplorasi?
Kami tahun ini justru melakukan tiga pengeboran sumur eksplorasi. Dua di Madura, satu di Ande-ande Lumut. Dalam kondisi seperti ini, perusahaan masih mengeluarkan dana untuk kegiatan eksplorasi.
Ada rencana menambah blok baru?
Itu adalah keputusan bisnis biasa. Kami melihat blok mana yang mempunyai nilai strategis untuk Santos. Evaluasi terus kami lakukan tetapi kurang fair kalau saya sampaikan. Don’t worry, nanti akan kami umumkan secara terbuka.
Apa yang diharapkan Santos dari pemerintah?
Kami sependapat dengan yang disampaikan IPA. Yang kita hadapi adalah masalah bersama, bukan cuma pelaku industri atau pemerintah. Jadi, bagaimana bergerak bersama mengatasi isu tersebut secara menyeluruh. Dari pemerintah mempercepat beberapa proses. Topik penting (IPA Convex 2016) adalah koordinasi antarkementerian karena industri migas tidak hanya terkait Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), tapi yang lainnya. Harapannya, itu bisa dikoordinasikan.
Selain itu, kemungkinan memodifikasi fiscal term. Secara umum sebetulnya meningkatkan daya saing dari iklim investasi dan mengurangi hambatan. Detailnya perizinan atau perbaikan kebijakan fiskal.
Apa kebijakan fiskal yang diharapkan?
Misalnya, apakah mungkin dalam kondisi seperti ini profit split (bagi hasil) berbeda dibandingkan sebelumnya dan disesuaikan dengan harga minyak.
Bagaimana dengan upaya pemerintah memangkas perizinan?
Kami melihat perbaikan iklim investasi sudah dilakukan dalam beberapa tahun ini. Hal itu terlihat jelas di Kementerian ESDM. Tapi kalau bicara penanaman modal migas di Indonesia, tidak bicara ESDM saja. Ada (kementerian) yang lain-lain juga. Jadi, kami berharap langkah positif tersebut juga dilakukan dilakukan oleh stake holder pemerintah yang lain.
Apa masalah bisnis gas yang dihadapi di Indonesia?
Kalau bicara gas itu harus dilihat dimana cadangan gasnya. Kalau di Jawa atau Indonesia bagian barat, infrastrukturnya sudah begitu bagus. Kami beroperasi tidak sulit. Namun, kalau cadangan gas di remote area (daerah pinggiran) tentunya berbeda. Jarak antara sumber produksi dan pasar jauh. Kalau operasi kami di Selat Madura memiliki keuntungan jarak yang dekat dan infrastrukturnya tersedia. Jadi pengembangan lapangan lebih cepat.
Berapa biaya investasi yang disiapkan Santos tahun ini?
Secara keseluruhan di lapangan produksi lebih dari US$ 100 juta. Anggarannya lebih tinggi kalau ditambah sumur eksplorasi. Kami dan mitra akan mengeluarkan dana lebih besar setelah FID (Final Investment Decision).