Nutrisi Masyarakat Berkorelasi dengan Pertumbuhan Ekonomi
Semakin banyak orang yang menaruh perhatian terhadap isu stunting atau gagal tumbuh anak dan malnutrisi, tak terkecuali Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Axton Salim. Pengalaman Axton dalam sebuah proyek di Nusa Tenggara Timur (NTT) sewindu lalu membuatnya sadar bahwa masalah stunting merupakan tantangan besar Indonesia.
Putra konglomerat Anthony Salim itu kemudian melibatkan diri dalam program peningkatan nutrisi yang digagas Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Indofood merupakan satu dari 25 perusahaan besar yang bergabung dalam usaha mencegah stunting dan malnutrisi.
"Konsepnya utilisasi perusahaan untuk membantu pemerintah lewat dua metode yaitu intervensi dan pencegahan," kata Axton dalam diskusi webinar Katadata "SAFE Forum 2020: Investing in Youth" yang dipandu Desi Dwi Jayanti, beberapa waktu lalu.
Axton bekerja sama dengan perusahaan rintisan untuk memudahkan edukasi digital kepada masyarakat perihal pencegahan stunting. Berikut petikan wawancaranya:
Anda sangat tertarik pada isu nutrisi masyarakat. Mengapa sangat bersemangat untuk terlibat investasi SDM ini ?
Bila kita lihat ada korelasi antara nutrisi dan pertumbuhan ekonomi. Penduduk Indonesia yang berumur 15-64 jumlahnya saat ini 70% dan akan menjadi bonus demografi yang memberikan keuntungan ekonomi pada 2030. Hitungan dari Global Nutrition Report, jika berinvestasi US$ 1 dolar di bidang nutrisi, maka negara akan mendapat keuntungan 16 kali di masa depan.
Perhitungan keuntungan itu berasal dari negara tak perlu mengeluarkan uang untuk biaya layanan kesehatan. Produktivitas akan meningkat dan penyakit tidak menular yang bisa turun. Jadi negara tidak usah membantu untuk menangani penyakit.
Untuk Indonesia, kesempatannya juga besar karena ditambah obesitas jadi triple burden. Jadi perkiraannya setiap investasi US$1 maka uang yang akan kembali sebanyak US$ 48 dolar. Alasan itulah pentingnya intervensi agar anak-anaknya sehat pintar bisa dilatih jadi aset negara.
Sejak kapan Indofood menyadari bahwa modal sumber daya manusia erat kaitannya dengan nutrisi?
Pengalaman kami bermula dari partisipasi di Project Laser Beam, di Kupang, NTT tahun 2012. Kegiatan itu kolaborasi, stakeholder mengajak beberapa perusahaan multinasional dengan donor, NGO, CSO, untuk mengatasi stunting khusus di Soe dan Kupang.
Ketika itu kami tidak mengerti tentang stunting atau malnutrisi di Indonesia. Di daerah tersebut prevalensi stunting 2 di antara 3 anak, lebih tinggi daripada nasional, which is 1 in 3 kids. Saya dengan teman-teman kantor perlu dua sampai tiga minggu belajar arti stunting dan mengapa perlu berpartisipasi.
Program lainnya school feeding, program berupa perbaikan gizi anak sekolah melalui program makanan tambahan. Stunting itu kondisi gagal tumbuh anak yang disebabkan kurang gizi kronis dari kehamilan ibu sampai 2 tahun, hanya bisa diintervensi di 1000 hari kehidupan.
Apabila terlambat akan terjadi penurunan kualitas SDM disebabkan berkurangnya kecerdasan dan pertumbuhan fisik. Kualitas kesehatan juga berkurang karena berisiko terhadap penyakit tak menular seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan jantung.
Stunting tak bisa diatasi dengan pencegahan sekali saja seperti vaksin. Kesadaran isu stunting dan malnutrisi ini perlu dilakukan terus menerus selama fase kehidupan. Yang perlu dipahami juga, sekali mengalami stunting dampaknya tiga generasi akan stunting. Ini isu jangka panjang.
Seberapa penting perbaikan gizi orang tua dalam masalah stunting ?
Kualitas gizi ibu juga penting, kekurangan gizi selama kehamilan akan menyebabkan tingginya angka kematian ibu. Beberapa mikronutisi yang diperlukan adalah ion zat besi dan folic acid yang menjadi dasar vitamin B untuk mencegah anemia dan memenuhi kesehatan. Kekurangan asam folat juga bisa menyebabkan cacat lahir pada otak.
Apa intervensi yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting?
Intervensi relatif pendek itu 1000 hari pertama kehidupan (HPK) setara 2 tahun 9 bulan. Di masa itu perlu ada pendekatan preventif berupa peningkatan gizi mulai dari remaja putri serta edukasi agar mereka paham mencegah stunting. Intervensi dengan melayani balita dan ibu hamil di posyandu karena sudah tersebar di desa.
Seberapa penting peran posyandu untuk menyelesaikan stunting ?
Posyandu adalah cara untuk mencapai level komunitas, namun mereka operasionalnya bergantung kader dan tidak ada koneksi Kementerian Kesehatan. Dalam opini saya, ini menjadi kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kader dan mempersiapkan kader bagi ibu hamil dan balita.
Sejauh apa keterlibatan Indofood dalam program Scaling Up Nutrition (SUN) dari PBB ?
Saya beruntung terlibat dengan kegiatan peningkatan nutrisi yang dibentuk di PBB melalui Scaling Up Nutrition (SUN) Movement. Sekarang saya sudah menjadi Co-chair Global Advisory SUN dan ditunjuk sebagai koordinator SUN Movement di Indonesia.
Melalui SUN Movement, kami berharap dapat membantu pemerintah untuk jadi bagian dari solusi percepatan perbaikan gizi untuk mengatasi stunting dan malnutrisi. Di Indonesia sudah ada 25 perusahaan yang ikut mendukung gerakan pemerintah menurunkan stunting dan malnutrisi dalam kerangka SDG's. Itu dijalankan dalam 3 program yaitu 1000 HPK dan kesehatan remaja putri, program gizi seimbang, serta sanitasi dan hygiene.
Konsepnya bagaimana utilisasi perusahaan untuk membantu program pemerintah lewat dua metode: intervensi dan pencegahan. Kalau intervensi lewat program jangka pendek seperti fortifikasi, penyediaan pangan bergizi, nutrisi bagi pekerja di pabrik perusahaan kami. Sedangkan pencegahan umumnya jangka panjang yang berfokus pendidikan dan perubahan perilaku.
Apakah cara itu akan efektif untuk mempromosikan peningkatan nutrisi ?
I believe we need to start something within our control. Perusahaan membantu lewat pekerjanya karena untuk intervensi yang sangat dekat dengan perusahaan adalah program nutrition for workforce.
Program ini diusulkan 25 perusahaan dengan tujuan meningkatkan kesehatan sekaligus produktivitas dan para pekerja yang relatif masih muda. Sejalan dengan program gerakan kesehatan masyarakat, mencakup pemberian makanan bergizi, kegiatan fisik, pendidikan, perilaku hidup sehat di pabrik maupun kantor.
Anggota yang sudah menjalankan program ini adalah Nutrifood, Panasonic dan kami (Indofood). Ini dilakukan dengan cara menyediakan makanan bergizi, pendidikan gizi, menyediakan ruang laktasi dan exercise program di perusahaannya.
Bagaimana caranya ?
Kami menjalankan studi awal pada karyawan dan memeriksa status sesudah intervensi lewat level hemoglobin untuk tekanan darah, baseline kebugaran dan kesehatan. Studi ini dilakukan bekerja sama dengan FKM UI dan IPB dan mengacu benchmark nutrisi Jepang. Saat ini seluruh grup berkomitmen akan mengintervensi 100 ribu pekerja dan sudah dilakukan terhadap 25 ribu pekerja. Semoga sebagai industri kami bisa membantu peningkatan nutrisi dalam lingkungan kami.
Indofood sendiri sudah punya program peningkatan nutrisi konsumen ?
Pada tahun 1998, sejak kakek saya masih di Indofood sudah melakukan satu program voluntary fertification di tepung terigu bogasari, dengan zat besi, folic acid, vitamin B1, B2 untuk membantu ibu hamil dan anemic problem di Indonesia. Fortifikasi tepung ini salah satu public private partnership yang berhasil di Asia dan tahun 2003, fortifikasi jadi mandatori di Indonesia. Kami senang sudah fortifikasi 50 juta ton tepung terigu di Indonesia. Itu voluntary dan tidak added cost ke customer.
Ini karena bahan baku mayoritas produk Indofood itu tepung ?
Karena banyak orang pakai, it will influence a lot of people. Jadi kami punya noodles sudah fortified dan minyak goreng.
Indofood juga menjaring perusahaan rintisan untuk fokus pada solusi pembenahan gizi, apa latar belakangnya ?
Jadi kami perlu berbasis komunitas dan masyarakat karena di Indonesia remaja putinya 80% anemic. Jadi bagaimana memakai platform digital untuk membantu dan tidak hanya dipakai untuk Tiktok dan Instagram. Tahun 2018, saya mengenal Iman (Muhammad Iman Usman) dari Ruangguru di World Economic Forum (WEF). Waktu itu mereka (Ruangguru) sudah memiliki 8 juta pengguna dan saya pikir setengahnya SMP, SMA dan wanita itu sudah 2 juta yang bisa dicapai. Sedangkan program UI akan menyentuh anak muda untuk mendapat basic nutrition, anemia, 1000 HPK. Jadi bagaimana utilisasi digital untuk anak muda.
Bagaimana strategi penggunaan digital untuk menanamkan kesadaran kepada anak muda ?
Banyak startup sudah mulai inovasi sejak ojek online dan sebagainya. Jadi kami meminta anak muda untuk membantu dengan solusi baru. Sekarang kami sudah membuat 40 video pendek tentang kesehatan remaja, 1000 HPK, supaya anak muda berpikir preventif. Senang sekali mendengar cerita sukses bahwa ada 750 ribu remaja yang sejak 2018 sudah akses programnya. Jadi dalam programnya itu ada pop quiz, setiap menonton video ada kuisnya mereka mengerti apa tidak. Jadi saya senang sekali karena saya percaya semua punya kesempatan hidup yang sama, kami di sini hanya membantu.
Bagaimana masyarakat tetap mendapatkan nutrisi baik, apalagi di kala pandemi yang memaksa masyarakat diam di rumah ?
Understanding dan empowering remaja putri untuk mengerti isu ini. Karena dengan edukasi dan informasi yang dipahami maka mereka bisa mengambil keputusan sendiri. Jadi harus dimulai dari diri sendiri. Intinya tidak meninggalkan satu orang pun di belakang.