Satu Bagian Ibu Kota Nusantara Sudah Lengkap pada 2024
Program pembangunan Ibu Kota Nusantara di Kalimantan Timur terus bergulir. Proyek infrastruktur pendukung ibu kota pun digenjot. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tengah menggarap akses jalan tol dari Balikpapan, Kalimantan Timur, menuju ke Nusantara. "Targetnya adalah 35 menit sampai ke IKN," kata Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara Bambang Susantono.
Bambang mengatakan pengembangan Ibu Kota Nusantara akan memakan waktu panjang. Meski demikian, timnya berfokus untuk membangun wilayah inti ibu kota yang nantinya menjadi pusat pemerintahan. "Dalam satu-dua tahun ke depan bisa diwujudkan sehingga pada 2024 ada satu bagian kota sudah lengkap," kata mantan Wakil Presiden Asia Development Bank itu.
Proyek pemindahan ibu kota sebenarnya bukanlah hal baru di dunia. Sejumlah negara, seperti Brasil dan Malaysia, telah lebih dulu memindahkan ibu kotanya. Bahkan beberapa negara, antara lain Thailand, Jepang, dan Kanada telah berkali-kali memindahkan ibu kota.
Gagasan pemindahan ibu kota negara telah bergulir sejak era pemerintahan Presiden Sukarno. Presiden Joko Widodo akhirnya mengumumkan pemindahan ibu kota negara dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur pada 26 Agustus 2019. Wilayah seluas sekitar 256 ribu hektare di antara Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara dipilih sebagai lokasi Ibu Kota Nusantara.
Sejumlah alasan pemindahan ibu kota antara lain karena beban Jakarta yang terlalu berat sebagai pusat pemerintahan, keuangan, perdagangan, jasa, bandara dan pelabuhan terbesar di Indonesia. Ibu kota juga dipindahkan agar ada pemerataan ekonomi di luar Pulau Jawa. Selama ini, hampir 60 persen perekonomian Indonesia berputar di Jawa.
Biaya untuk membangun Nusantara diperkirakan lebih dari Rp 466 triliun. Menurut Bambang, dana pembangunan Ibu Kota Nusantara pada tahap awal akan lebih banyak mengandalkan anggaran negara. Model pendanaan ini ditargetkan berjalan hingga 2024. Selanjutnya, menurut dia, pemerintah akan membuka opsi pendanaan dari swasta, masyarakat, dan kemitraan.
Dalam wawancara daring di ajang Indonesia Data and Economic Conference yang digelar Katadata pada 5 April lalu, Bambang memaparkan konsep dan perkembangan pembangunan Nusantara. Menurutnya, Nusantara bisa menjadi model baru pembangunan kota yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. “Nusantara dibangun untuk semua orang, merepresentasikan kebhinnekaan kita,” katanya.
Ada banyak negara yang memindahkan ibu kotanya. Menurut Anda, negara mana yang paling berhasil melakukannya?
Pengalaman berbagai negara seperti Myanmar, Malaysia, Kazakhstan, Brasil, memindahkan ibu kotanya memang beragam. Memang tidak ada yang 100 persen bagus sekali. Pasti ada catatannya, termasuk ketika ibu kota Amerika Serikat, Washington D.C., dibangun.
Yang unik dari Nusantara adalah ini menjadi ibu kota pertama yang dipindahkan dari satu pulau ke pulau lain. Kemudian 75 persen dari luas Nusantara 256 ribu hektare itu dipertahankan sebagai forest. Ini belum pernah dilakukan sebelumnya dalam proyek pemindahan ibu kota lain.
Sebagai orang yang menggeluti bidang sustainable development dan climate change, menurut saya ini menjadi peluang membuat carbon-neutral city. Kita juga berpeluang meraih target sebanyak-banyaknya yang tercantum di Sustainable Development Goals (SDGs).
Jadi peluangnya tidak hanya dilihat sebagai ibu kota yang dipindahkan, memeratakan pertumbuhan ekonomi di luar Jawa dan lebih sustainable membangun bangsa, tetapi juga menjadi model baru pembangunan dengan mempertahankan 75 persen wilayah sebagai hutan.
Rujukan untuk membangun Ibu Kota Nusantara yang unik ini diambil dari mana?
Kami mengambil yang terbaik dari pengalaman yang ada dan mencoba meramunya dengan membuat konsep baru sendiri. Insyaallah kita akan sukses dan punya satu model dari sustainable liveable cities yang belum pernah dibangun sebelumnya. Ini adalah tantangan bersama untuk mewujudkan kota ini.
Kalau melihat literatur, ada tiga hal penting dalam membangun kota. Pertama secara ekonomi harus bisa kokoh. Kedua, secara lingkungan juga feasible, memasukkan faktor perubahan iklim dan bisa menjadi nature positive. Saya berharap nanti punya neraca lingkungan di awal sebagai baseline, sehingga di tahun-tahun berikutnya bisa dimonitor bagaimana biodiversity yang kita miliki.
Nusantara paling tidak menjadi carbon-neutral city. Kalau bisa malah carbon-negative karena kita punya 75 persen dari total wilayah yang bisa menjadi carbon-sink untuk menyerap emisi karbon.
Ketiga, faktor equitable dimension. Ini kota yang dibangun untuk semua. Kalau dimasukkan ke dalam kerangka SDGs, artinya no one should left behind. Jadi secara sosial, kemasyarakatan, kultural, bisa merepresentasikan kebhinekaan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
Pembangunan juga perlu memperhatikan warga kotanya?
Kota ini harus menjadi enabler dan tempat untuk interaksi kohesi sosial warganya. Kalau mendatangi kota-kota lain, kita akan bisa merasakan kalau kota itu benar-benar ada jiwanya atau soul of the city, akan terasa kehangatannya. Tapi ada juga kota yang modern, gedungnya bagus, semua sophisticated, malah tidak terasa kehangatannya.
Kuncinya adalah tidak hanya membangun kota sebagai pusat pemerintahan, tetapi juga kota yang liveable sehingga kita bisa merasakan kehangatannya. Ada interaksi antarwarga yang merepresentasikan social cohesion yang baik.
Kalau cuma membangun gedung saja lebih mudah. Tapi membangun kota juga harus memperhatikan masyarakatnya. Seperti Shakespeare bilang, "What is the city but its people."
Salah satu konsep yang akan dikembangkan di IKN adalah kota cerdas. Bagaimana peran teknologi informasi menjadikan kota ini sebagai kota cerdas?
Sekarang ini kita harus terhubung secara digital adalah keniscayaan. Tagline kotanya adalah globally connected, locally integrated. Kami ingin agar efisiensi dan efektivitas kegiatan warga Nusantara didukung infrastruktur dan ekosistem digital yang memadai. Ini akan membuat kualitas hidup menjadi lebih baik.
Digital connectivity dan ekosistemnya menjadi salah satu yang utama karena kita ingin Nusantara menjadi smart city. Berarti urusan Internet of Things (IoT) harus kuat, smart mobility harus kuat. Nanti kami akan mencoba membangun ekonsistem yang efisien.
Kalau bicara soal digital, kita bukan sekadar ingin meraih advanced technology, tetapi juga bagaimana hal itu dapat melayani kehidupan sehari-hari supaya lebih efisien.
Kemunculan teknologi hijau yang mendukung ekonomi hijau menjadi momentum pembangunan Nusantara. Bagaimana pengembangan green economy and lifestyle di IKN?
Saya menggarisbawahi soal green lifestyle karena hal ini sangat penting untuk mengubah behaviour kita. Rujukan teknologi yang akan digunakan tentunya dari pengalaman yang terbaik dari berbagai negara.
Tadi disebut soal smart mobility. Jadi orang kalau tidak perlu-perlu amat jangan pakai mobil. Mobilnya pun kalau bisa, bahkan harus, adalah electric vehicle. Kota ini memiliki konsep dengan radius 10 menit kita bisa mencapai beberapa pusat kegiatan di mana kita melakukan aktivitas sehari-sehari.
Digital technology dan e-lifestyle sudah merasuk ke hampir semua elemen kehidupan kita. Dari sisi pengelolaan kota ada e-government. Kami juga akan menerapkan tele-health untuk kesehatan dan blended learning untuk yang berhubungan dengan pendidikan.
Ada juga inteligent transportation system. Nanti rute transportasinya tidak tetap, tapi dicoba dibuat dinamis, based on-demand. Ada pun untuk energi akan dicoba model smart-grid.
Referensi dari kota mana saja yang dipelajari untuk mengembangkannya di IKN?
Rujukannya diambil yang yang terbaik. beberapa negara sudah menawarkan bantuan teknis untuk mencoba teknologi terbaru seperti people movers, smart cities, smart building. Kami akan ambil yang terbaik untuk diterapkan di Nusantara.
Pembagian pembangunan Ibu Kota Nusantara seperti apa?
Nusantara itu terdiri dari tiga lingkaran besar. Lingkaran paling kecil adalah kawasan inti pusat pemerintahan. Ini lokasi istana dan kementerian. Luasnya 6.600 hektare. Di luar itu, ada area seluas 56 ribu hektare, dan totalnya adalah 256 ribu hektare.
Kami akan berfokus dulu di area yang 6.600 hektare ini, di tiga bagian wilayah perencanaan. Kami menyebutnya 1a, 1b, dan 1c. Wilayah 1a inilah intinya, pusat pemerintahan, akan dibangun lebih dulu.
Mudah-mudahan dalam satu-dua tahun bisa diwujudkan sehingga pada 2024 ada satu bagian kota sudah lengkap. Tidak hanya pusat pemerintahan, tapi ada amenities, fasilitas pendidikan, dan kesehatan. Sehingga mereka yang pindah duluan bisa merasa ini adalah kotanya dan bukan hanya bagian dari sebuah kota.
Apa tantangan terbesar program pemindahan ibu kota ini?
Tantangan terberatnya ada tiga, yaitu waktu, waktu, dan waktu, hahaha.
Ada target yang harus dipenuhi, terutama dua-tiga tahun ke depan. Misalnya, memindahkan secara bertahap 60 ribu anggota Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia, dan aparatur sipil negara.
Tapi ini step by step, sesuai tahapan. Jadi kita tidak langsung melihat satu kota yang indah layaknya magical city. Ada beberapa bagian dari kota yang dapat menjadi showcase bersama sehingga orang tertarik ke sana dan bermukim di sana.
Target menantang tadi adalah mulai memindahkan 60 ribu orang. Yang perlu dipikirkan tidak hanya tempat tinggalnya, tapi juga fasilitas pendukung yang harus sudah tersedia pada waktu mereka pindah. Misalnya, fasilitas pendidikan, kesehatan, amenities, grocery stores, dan hal-hal lain yang bagi kita itu sudah biasa jika di kota besar. Semua hal itu merupakan living ecosystem yang harus dibangun.
Tantangan lainnya adalah membangun dalam jumlah besar di area yang lingkungannya ingin benar-benar kita lindungi. Metode pembangunannya juga memperhatikan lingkungan yang ada. Kami tidak ingin bahan baku pembangunan diambil dari tempat lain yang bermasalah.
Jalur logistiknya juga dibangun sebaik mungkin sehingga tidak mengganggu lingkungan yang ada. Kami mau preserve lingkungan di sana. Hutan-hutan di sana yang sekarang kondisinya kurang baik akan kami coba upaya reforestation, menghutankan kembali. Sehingga kita nanti punya biodiversity yang baik ke depannya. Saya menginginkan kita itu punya nature-balance positive.
Tantangannya cukup banyak. Tapi step by step, insyaallah, kita dapat membangun dengan sangat memperhatikan kondisi lingkungan, sosial budaya, dan kemampuan untuk membangun sehingga liveable city dapat diwujudkan dengan baik.
Bagaimana dengan pembiayaan untuk membangun kota ini?
Membangun kota baru selalu ada tantangan di sisi pembiayaan. Sumber pembiayaan secara garis besar ada tiga, yaitu public, private, dan people. kalau biasanya ada terminologi public-private partneship, saya lebih suka menggunakan public-private-people partnership.
Pendanaan public itu berasal dari APBN yang dialokasikan untuk kami. Pendanaan private itu berasal dari investasi swasta dan kerja sama pemerintah dan swasta. Pendanaan dari people juga dimungkinkan dengan berbagai macam creative financing dan usulan-usulan dari masyarakat. Kita harus membuka ruang bagi masyarakat yang memiliki ide-ide itu.
Saya menerima banyak ide dari masyarakat bahwa mereka ingin ikut membangun dengan kekuatan mereka sendiri. Tentu jenis fasilitas bangunan dan infrastruktur yang dibangun tidak besar. Tetapi itu merepresentasikan satu ruang di mana masyarakat bisa ikut serta membangun dan hadir di IKN.
Untuk tahap awal ini hingga 2024, kami lebih banyak mengandalkan APBN. Karena kita harus memberikan satu showcase bahwa kita semua serius membangun kota ini.
Setelah nanti terbentuk market confidence, tentunya investor akan membidik. Interest-nya bermacam-macam, ada yang mengarah ke kerja sama pemerintah-swasta, ada juga yang mungkin lebih besar sehingga bisa membangun satu blok baru atau fasilitas yang sifatnya mega.
Yang terpenting adalah kita menggunakan semua peluang sebaik-baiknya dalam kerangka membangun kota yang green, inklusif, smart, dan sustainable.
Ada banyak target pembangunan kota ini pada 2024. Lalu untuk setahun ini prioritas apa yang akan dilakukan Otorita IKN?
Satu-dua tahun ini kami lebih banyak berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga yang memang sudah memiliki program membangun IKN. Misalnya, soal infrastruktur yang sekarang gencar dibangun oleh Kementerian PUPR. Nanti ada akses jalan tol dari Balikpapan langsung ke IKN. Targetnya adalah 35 menit sampai ke IKN. Walaupun tahap pertamanya masih sekitar 50 menit. Infrastruktur yang menjadi program PUPR akan dikoordinasikan dengan perencanaan yang kami miliki.
Dari kementarian dan lembaga lain ada program lain, misalnya pembuatan broadband, infrastruktur energi, kesehatan, dan pendidikan. Ini akan kami ramu dalam satu tahun ke depan sehingga memiliki planning yang terukur dan bisa mewujudkan satu bagian dulu dari kota itu.