Presiden Bangkok Bank: 20 Tahun Ke Depan adalah Era Asia
Lembaga keuangan dari Thailand beberapa tahun terakhir mengakuisisi perbankan di Indonesia. Salah satunya, Bangkok Bank yang mengakuisisi PT Bank Permata Tbk dari PT Astra International Tbk dan Standard Chartered Bank pada 2020.
Bangkok Bank menjadi satu-satunya pengendali saham bank yang terdaftar di bursa dengan kode BNLI tersebut. Per 30 September, Bangkok Bank menguasai 89,12% saham BNLI dan sisanya oleh publik.
Presiden Bangkok Bank Chartsiri Sophonpanich - cucu dari konglomerat pendiri Bangkok Bank, Chin Sophonpanich- mengatakan keputusan akuisisi Bank Permata merupakan keputusan sangat besar.
“Ini merupakan keputusan terbesar dalam karier saya, tetapi saya tahu bahwa ini adalah langkah yang tepat,” kata Chartsiri dalam wawancara dengan rekan-rekan media dari Indonesia di Bangkok, beberapa waktu lalu. Lebih lanjut, dia mengatakan. “meskipun saat melakukan akuisisi perbankan terbesar di ASEAN mengejutkan beberapa orang karena filosofi manajemen kami yang berhati-hati.”
Bangkok Bank sendiri ini telah membuka kantor cabang di Indonesia sejak 1968. Sejak akuisisi, kantor cabang di Jakarta bergabung ke dalam Bank Permata. Bangkok Bank memilih menggunakan nama Bank Permata dalam bisnis perbankan di Indonesia.
"Saya pikir dengan jaringan cabang yang kuat dan kemampuan yang dimiliki Permata, membuat kami memberikan layanan lebih baik kepada para pelanggan di Indonesia baik yang sedang berada di dalam negeri maupun luar negeri," kata Chartsiri dalam wawancara dengan rekan-rekan media dari Indonesia di Bangkok, beberapa waktu lalu.
Berikut petikan wawancara dengan Chartsiri yang didampingi dengan Direktur Bank Permata Meliza Musa Rusli.
Bagaimana pandangan Anda terkait bisnis perbankan di Indonesia ke depan?
Chartsiri:
Menurut saya, 10-20 tahun ke depan adalah era Asia, dan potensi pertumbuhan di kawasan Asia sangat signifikan. ASEAN memiliki potensi yang sangat kuat, terutama dengan konflik AS-Tiongkok yang sedang berlangsung di mana rantai pasokan global juga harus ditata ulang. ASEAN, dalam banyak hal, akan menerima manfaat dalam proses tersebut.
Pendapatan per kapita Indonesia adalah sekitar US$4.500-5.000, dan terus meningkat. Dengan jumlah penduduk 270 juta jiwa, perubahan kebutuhan, kebutuhan konsumen, serta kebutuhan manufaktur dan sektor lainnya, sektor jasa, sangatlah besar.
Hal ini juga memberikan banyak dasar peluang yang baik, sehingga akan ada permintaan yang kuat di berbagai bidang. Pada satu sisi, kepemimpinan pemerintah yang sangat kuat yang terus berlanjut selama bertahun-tahun, memberikan stabilitas yang baik dan kuat, yang merupakan aspek penting bagi pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.
Apa kinerja yang diharapkan terhadap Permata Bank dalam lima tahun ke depan?
Chartsiri:
Saya ingin melihat Permata Bank tumbuh secara konsisten, berkelanjutan pada tingkat yang stabil sejalan dengan industri, dan juga dapat mendukung target nasabah masing-masing, baik di sisi perbankan korporasi, nasabah kecil dan menengah, maupun nasabah konsumer. Kami juga ingin memperluas basis nasabah, sehingga memberikan prospek jangka panjang bagi Permata.
Karena Indonesia adalah ekonomi yang menarik di ASEAN dan juga di Asia, sehingga banyak nasabah kami di jaringan Bangkok Bank, baik dari Thailand, Cina, Jepang, Hong Kong, Singapura, Malaysia, misalnya, berinvestasi di Indonesia.
Kami ingin tumbuh dengan pelanggan lokal, orang Indonesia. Banyak dari mereka yang bisnisnya berkembang dan ketika berekspansi keluar Indonesia, kami menggunakan jaringan kami untuk mendukung kebutuhan bisnis mereka.
Apa saja tantangan yang perlu diwaspadai dalam bisnis perbankan ke depan baik di Indonesia dan juga negara-negara anak perusahaan Bangkok?
Chartsiri:
Bangkok Bank telah memberikan proyeksi tertentu mengenai potensi pertumbuhan PDB Indonesia, mungkin sekitar 5 persen atau lebih. Mengenai prospek industri perbankan, kami ingin dapat tumbuh sesuai dengan prospek ekonomi di Indonesia.
Ada banyak proyek strategis nasional di Indonesia yang sedang dalam tahap inisiasi. Bangkok Bank berharap dapat berpartisipasi dalam industri tertentu yang sesuai dengan ukuran kami dan juga nasabah.
Meskipun banyak berita gejolak dengan ketegangan yang berbeda di seluruh dunia, saya pikir dengan pemerintahan baru, akan ada beberapa resolusi jangka menengah untuk mengurangi risiko, dan mudah-mudahan mengarah pada kemakmuran jangka panjang atas dasar timbal balik.
Jadi masih ada risiko bisnis tapi juga ada peluang dan tantangan. Saya rasa hal tersebut seharusnya menjadi dasar untuk melangkah maju dalam beberapa tahun ke depan.
Bangkok Bank yang berdiri sejak 1944 selalu mengalami perubahan untuk beradaptasi dengan lingkungan, apa faktor utama kesuksesan yang dibutuhkan dalam perubahan perusahaan Anda?
Chartsiri:
Nilai utama kami adalah bagaimana kami dapat memberikan nilai tambah bagi nasabah dan menjadi teman seumur hidup mereka. Itu tidak berubah. Namun gaya dan cara kami menjalankan bisnis juga berubah mengikuti perubahan lingkungan.
Teknologi merupakan aspek yang penting. Bagaimana kita dapat menerapkan teknologi dengan cara yang tepat sehingga memberikan kenyamanan yang lebih besar kepada pelanggan.
Pada saat yang sama, kami memperoleh lebih banyak pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik mengenai bisnis yang mendasari nasabah kami, memahami tren global, volatilitas, dan tantangan yang dihadapi nasabah kami.
Misalnya, pemahaman tentang perbankan berkelanjutan, pinjaman yang bertanggung jawab, yang juga mencakup ESG, lingkungan hidup, sosial dan tata kelola, serta perubahan iklim dan sebagainya. Pengetahuan semacam ini sangat berharga bagi tim di Permata Bank ketika kami berbicara dengan pelanggan kami di Indonesia.
Meliza:
Hubungan yang dapat kami bangun antara nasabah Indonesia dengan nasabah Bangkok Bank di kawasan regional dan juga secara global juga tidak kalah pentingnya. Jadi kami bekerja sama, seperti yang saya sebutkan, sebagai satu keluarga, satu tim, bagaimana kami dapat menghubungkan keunikan Bangkok Bank untuk membawanya ke Indonesia untuk melayani nasabah kami.
Sejauh mana adopsi teknologi digital terhadap layanan bank baik di Thailand dan Indonesia?
Chartsiri:
Layanan mobile banking di Thailand tidak berbeda dengan Indonesia. Semakin banyak orang menggunakan mobile banking, dan semakin sedikit nasabah yang mendatangi kantor cabang. Bila mereka berkunjung ke kantor cabang, mereka lebih banyak melakukan konsultasi.
Bank sentral di Thailand, Bank of Thailand, juga bekerja sama dengan Asosiasi Bankir Thailand dalam mengembangkan platform pembayaran, yang kami sebut Promptpay, untuk transaksi bernilai kecil.
Terkait dengan itu juga ada QR code, Thailand dan Indonesia, melalui OJK dan Bank of Thailand, juga sudah melakukan pertukaran QR code. Sehingga pengunjung dari Indonesia ke Thailand juga bisa melakukan pembayaran melalui QR code, melalui sistem mobile banking. Begitu juga sebaliknya, pengunjung Thailand ke Indonesia bisa melakukan hal yang sama.
Hubungan interoperabilitas saat ini di tingkat regional baik dengan Singapura, Malaysia, Vietnam, Kamboja, Laos, dan bahkan Hong Kong dan Jepang. Jadi menurut saya, ini juga semakin penting, kami dapat menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari nasabah.
Meliza:
Menurut saya ini adalah bagian dari cetak biru pemanfaatan digital, dimana banyak fitur-fitur yang akan kami masukkan ke dalam platform Permata Me. Tujuannya agar transaksi sehari-hari untuk nasabah kami bisa dilakukan di Permata Me. Kami juga masih mempertahankan omni-channel di bank. Meskipun kami memindahkan banyak kemampuan perbankan sehari-hari atau sehari-hari ke Permata Me. Keberadaan kantor cabang tetap penting bagi nasabah untuk berkunjung dan bertemu serta mendengarkan keluhan mereka.
Bagaimana langkah Bangkok Bank menghadapi ancaman keamanan siber di bank?
Chartsiri:
Manajemen risiko dari teknologi informasi dan keamanan siber menjadi aspek yang cukup penting bagi Bangkok Bank. Begitu pula dengan Permata Bank.
Kami telah mengadopsi banyak persyaratan peraturan untuk menyelidiki risko masalah ini, termasuk melakukan pengujian tertentu sesekali untuk memastikan bahwa sistemnya kuat dan juga dapat melindungi diri kami dengan baik.
Mengenai tata kelola data dan privasi data, kami juga mematuhi persyaratan privasi data sesuai peraturan yang berlaku. Kami perlu memastikan bahwa data akan selalu dapat diandalkan, akurat, dan juga dapat digunakan. Jadi ini adalah faktor penting yang menjadi perhatian kami, ada kerangka kerja tertentu untuk menjalankan proses ini.
Meliza:
Keamanan siber itu sangat penting. Kami memiliki dua perangkat kerangka kerja untuk jangka panjang. Dan oleh karena itu, kami benar-benar mengalokasikan sebagian besar anggaran TI kami untuk membantu sistem kami dari keamanan siber.
Bagaimana rencana bisnis Bangkok Bank terhadap unit syariah di Permata, apakah akan melepaskannya?
Chartsiri:
Bangkok Bank mendukung dan telah mempelajari bisnis Syariah di Permata Bank. Jadi, Bisnis Syariah di Permata Bank saat ini sudah terintegrasi ke dalam bisnis secara keseluruhan. Jadi, bagi kami, dengan dukungan Bangkok Bank, kami melihat ini sebagai salah satu pasar yang besar di Indonesia.
Kami berharap unit bisnis tetap tumbuh dan memberikan solusi dan alternatif bagi nasabah Indonesia. Beberapa nasabah lebih memilih konvensional, sebagian ada yang memilih Syariah, dan sebagian memilih keduanya.
Jadi, bagi kami sebagai bank, kami ingin memberikan semua alternatif kepada nasabah. Biarkan nasabah memilih produk mana yang mereka sukai. Sebagai bank, kami harus memberikan semua pilihan. Jadi, saya rasa itulah keindahan dari bank-bank seperti kami.