Ekspor Listrik Hijau ke Singapura: Peluang Garap Pasar Premium Negeri Singa

Rezza Aji Pratama
11 Desember 2025, 16:54
Chua Shun Loong, EMA Singapura
Katadata/Bintan Insani
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Hubungan antara Indonesia dan Singapura sedang memasuki babak baru yang semakin penting bagi masa depan ketahanan energi kedua negara sekaligus bagi agenda transisi energi kawasan. Pada Juni 2025, kedua pemerintah menandatangani nota kesepahaman strategis yang mencakup tiga bidang utama: carbon capture and storage, pengembangan zona industri berkelanjutan, serta perdagangan listrik lintas negara. MoU ini kemudian menjadi landasan kerja sama konkret, dengan sejumlah proyek telah memperoleh persetujuan bersyarat dari Energy Market Authority (EMA) Singapura.

Hingga saat ini, Singapura telah mengeluarkan persetujuan dan lisensi bersyarat untuk tujuh proposal asal Indonesia dengan total kapasitas sekitar 3,4 gigawatt. Bersama dengan proposal dari negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Vietnam, dan Kamboja, total kapasitas yang telah disetujui secara bersyarat mencapai sekitar 8 gigawatt, melampaui target awal Singapura untuk mengimpor 6 gigawatt listrik rendah karbon pada 2035. Meski demikian, EMA menegaskan bahwa Singapura tetap terbuka untuk proposal baru selama memenuhi standar kelayakan teknis, komersial, serta kepatuhan terhadap regulasi negara asal.

Pasar energi Singapura sendiri memiliki karakter yang unik: liberal, kompetitif, dan sarat pelanggan dengan kebutuhan spesifik. Tidak ada harga yang ditentukan regulator; harga listrik dihasilkan dari negosiasi langsung antara pemasok dan offtaker. Hal ini memungkinkan adanya “pasar premium” bagi suplai energi yang berkualitas tinggi, stabil, dan dapat dibuktikan asal-usulnya melalui renewable energy certificates.

Di sela-sela Singapore International Energy Week (SIEW), Katadata berkesempatan melakukan wawancara dengan Chua Shun Loong, Assistant Chief Executive Energy Policy Division EMA. 

“Kami terbuka dengan proposal baru yang layak secara teknis dan komersial,” katanya. 

Selain soal jual-beli listrik lintas batas, kami juga berdiskusi mengenai visi ASEAN Power Grid, jaringan transmisi skala besar yang akan menghubungkan seluruh negara di Asia Tenggara.  Berikut petikan wawancaranya.

Isu perdagangan listrik antara Indonesia dan Singapura semakin menguat, bagaimana perkembangannya?

Pemerintah Indonesia dan Singapura menandatangani nota kesepahaman pada Juni 2025 lalu.  Ada tiga hal yang disepakati dalam MoU tersebut; carbon capture and storage, zona industri berkelanjutan, dan perdagangan listrik lintas negara. Sejak saat itu, kedua belah pihak telah menindaklanjuti tiga bidang kerja sama tersebut. Semangat kerja sama antara kedua pihak sangat positif dan kuat.

Sejauh ini kami telah memberikan persetujuan bersyarat dan lisensi bersyarat perdagangan listrik untuk tujuh proposal dari Indonesia dengan total sekitar 3,4 gigawatt. Semua proyek itu sedang bergerak secepat mungkin. Tentu kami ingin melihat proposal yang kredibel, konkret dan bisa segera dijalankan.

Tentu baik di Indonesia maupun di Singapura ada proses dan persyaratan yang harus dipenuhi. Perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia semuanya sangat menghormati persyaratan regulasi dan hukum yang harus mereka penuhi. Ini termasuk misalnya kebutuhan untuk memperhatikan lingkungan, kebutuhan untuk mendapatkan izin, dan mungkin yang lebih penting lagi kebutuhan untuk berkontribusi dalam perekonomian Indonesia.

Antusiasme dan minat dari industri untuk mencoba menciptakan nilai di Indonesia dan Singapura adalah hal yang baik. Kami sangat menyambutnya. Karena hal terakhir yang ingin kami lihat adalah tidak ada minat dari industri.  Kami mencoba mencari cara untuk memfasilitasi perusahaan-perusahaan dalam menciptakan nilai. Jadi, kami meminta update tentang bagaimana perusahaan mengembangkan proyek tersebut, membangun rantai pasok di Indonesia, dan juga menggerakkan pemasok serta sistem penyimpanan energi.

Bagaimana Anda menggambarkan pasar energi di Singapura? Ada yang bilang ini adalah pasar premium?

Di Singapura, kami memiliki pasar liberal. Dalam artian harga tidak ditetapkan oleh regulator. Eksportir dari Indonesia dapat masuk ke pasar Singapura dan mencoba mencari offtaker, yaitu perusahaan-perusahaan yang bersedia membeli energi mereka.

Ketika Anda berbicara tentang pasar premium, itu berarti kebutuhan para pelanggan bisa jadi sangat spesifik. Ada tingkat kustomisasi tertentu dan kualitas tertentu. Jadi, saya akan mengatakan terserah juga kepada para pemasok untuk mampu memenuhi kebutuhan pelanggan. Karena jika Anda ingin menginginkan harga premium, maka Anda harus menyediakan kualitas premium. 

Sekali lagi, karena kami memiliki pasar yang liberal, maka ada pelanggan yang memiliki persyaratan spesifik, lebih ketat, dan mereka akan bersedia membayar lebih. Namun, akan ada juga pelanggan yang mungkin tidak seketat itu dalam persyaratannya, dan mungkin mereka akan senang menerima produk dengan jenis yang berbeda.

Jadi, meskipun pasar energi di Singapura tidak besar, tetapi juga bukan pasar yang homogen. Sebenarnya, pasar di sini cukup beragam, dan ada berbagai jenis pelanggan di sini. Dengan melihat keragaman pelanggan itu ada banyak peluang bagi para eksportir ketika mereka datang ke sini.

Apakah EMA mengatur bagaimana model bisnisnya? Soal harga misalnya?

Kami sebenarnya cukup terbuka untuk menyambut berbagai pelaku pasar yang datang. Ini menciptakan peluang bagi mereka untuk membuktikan bahwa mereka sangat efektif dari sisi biaya, sangat efisien, dan menghasilkan produk yang sangat bagus. Di sisi lain, ini juga memberikan fleksibilitas bagi para pembeli.

Salah satu isu utama yang akan muncul untuk setiap transaksi terkait energi terbarukan adalah bagaimana kita memverifikasi bahwa ini adalah sertifikat energi terbarukan. Jadi Anda harus melacak dan menghitung energi terbarukan tersebut menggunakan sertifikat energi terbarukan. Ini adalah area yang bisa dikerjakan bersama oleh Indonesia dan Singapura.

Sebenarnya tidak ada satu harga tunggal. Harga dinegosiasikan secara langsung antara pemasok dan pembeli. Ini adalah sensitivitas komersial yang disepakati oleh kedua pihak. Kami juga tidak mengatur harga tersebut. Tapi harganya juga akan tetap terkendali oleh mekanisme pasar. 

Perusahaan-perusahaan besar di Singapura sangat mengetahui informasinya dan mereka sangat rasional. Banyak dari perusahaan ini adalah perusahaan multinasional dengan rantai pasok global. Ketika mereka diberikan harga atau kontrak yang diusulkan, mereka akan membandingkan proposal tersebut dengan apa yang mereka dapatkan di bagian lain dunia. 

Jadi kompetisinya di sini bukan hanya di dalam Singapura. Dari perspektif perusahaan multinasional, mereka membandingkan dengan apa yang mereka dapatkan di bagian dunia lainnya. Jadi karena rentang opsi yang dimiliki para pembeli, mereka juga kemudian melihat apa yang masuk akal.

Pada akhirnya, ketika pemasok dan pembeli dapat mencapai harga yang mereka sepakati, itu berarti harga yang baik. Harga yang baik adalah harga yang bekerja untuk kedua belah pihak—penjual dan pembeli.

Berapa harga rata-rata listrik di Singapura dalam skema ini?

Saya tidak tahu. Karena ini adalah transaksi bisnis. 

Apakah Anda masih membuka proposal dari Indonesia, selain tujuh perusahaan itu?

Ya. Jadi selain lisensi dan persetujuan bersyarat yang telah kami berikan kepada proposal-proposal yang berasal dari Indonesia, kami juga memberikan persetujuan dan lisensi bersyarat untuk proposal dari Malaysia, Vietnam, Kamboja, dan seterusnya. Secara total, kami mungkin telah memberikan sekitar 8 GW untuk lisensi dan persetujuan bersyarat. 

Berapa GW yang Anda targetkan?

Kami menargetkan sekitar 6 GW di 2035. Tetapi kami tetap terbuka untuk mempertimbangkan proposal yang kredibel. Jika ada proposal yang sangat kredibel dan itu lebih dari enam gigawatt, kami akan melihat proposal tersebut dan mari kita lihat apakah itu proposal yang bagus.

Jadi apa yang Anda sebut sebagai proposal yang bagus? Apa standarnya?

Itu harus layak secara teknis dan komersial. Jadi dari perspektif engineering dan perspektif teknis, Anda harus menunjukkan bahwa itu layak. Kemudian dari perspektif komersial, pemasok listrik harus menemukan pembeli di Singapura. Itu baru layak secara komersial. 

Saya juga ingin menekankan bahwa kami sangat menghormati negara asal. Jadi kami selalu mengingatkan semua eksportir bahwa Anda harus menghormati hukum, persyaratan regulasi dari pasar tempat Anda beroperasi. Karena tentu saja, tidak ada yang ingin menjalankan bisnis dengan siapa pun yang melakukan sesuatu yang ilegal.

Apakah EMA memfasilitasi kesepakatan bisnis antara pemasok dan pembeli?

Tidak. Pada dasarnya, sekali lagi, model kami adalah pasar liberal. Jadi ini benar-benar seperti apa adanya. Artinya para pembeli dan penjual akan saling mencari. Ini seperti bisnis biasa lainnya.

Saya mendengar beberapa perusahaan Singapura juga berinvestasi di proyek energi terbarukan di Indonesia untuk memasok listrik. Apakah perusahaan asal Singapura akan diprioritaskan?

Jika ada perusahaan Singapura yang terlibat, saya rasa itu sangat bergantung pada proposalnya. Jika itu perusahaan Indonesia yang melakukan investasi dan kemudian ingin berbisnis di Singapura, kami senang menerima proposalnya. Jika itu perusahaan Singapura, kami juga demikian.

Kami tidak akan memperlakukan satu jenis perusahaan lebih baik daripada yang lain. Kami sangat adil. Semoga proposal yang terkuat yang menang. 

Terkait dengan visi ASEAN Power Grid, mengapa Singapura sangat mendorong visi tersebut?

Ada konsensus bahwa ASEAN Power Grid adalah visi yang sangat berharga dan memberikan manfaat strategis. Ketika seluruh kawasan terhubung dalam satu jaringan, maka akan ada stabilitas dan keandalan dalam pasokan energi untuk semua orang. Karena jika mungkin satu bagian ASEAN mengalami penurunan jumlah energi, mereka bisa mengambilnya dari pihak lain. Jika ada yang memproduksi terlalu banyak, mereka bisa mengirimkannya ke wilayah lain. 

Ini penting karena saat kita mulai menjalankan transisi energi, artinya kita akan bergantung pada sumber energi yang intermittent seperti tenaga angin dan surya. Triknya adalah, jika Anda mampu menghubungkan semua orang dalam satu jaringan besar, maka mungkin ketika sedang berangin di Vietnam, itu mungkin merupakan waktu malam di Singapura atau Indonesia. Maka artinya Vietnam mungkin tidak membutuhkan kelebihan energi anginnya untuk digunakan sendiri, sehingga dapat dikirimkan ke tempat lain.

Dengan kata lain, agar energi terbarukan dapat bekerja, Anda harus menghubungkan dan mendiversifikasi lintas geografi di seluruh kawasan. Jadi sangat penting untuk memiliki hal ini. 

ASEAN adalah kawasan yang sangat beragam. Agar sebuah proyek energi terbarukan masuk akal, proyek itu harus mampu mentransmisikan listriknya kepada para pelanggannya. Untuk bisa mentransmisikan listrik kepada para pelanggan, Anda membutuhkan ASEAN Power Grid. Karena ASEAN Power Grid adalah tentang sebuah jaringan, sehingga Anda dapat menjangkau pelanggan di mana pun di ASEAN.

Akan ada banyak insentif bagi para investor untuk masuk dan mengucurkan uang ke berbagai wilayah ASEAN untuk menciptakan proyek-proyek energi terbarukan. Jadi manfaat strategis berupa stabilitas jaringan, keandalan, keamanan energi, serta manfaat ekonomi berupa mendorong investasi di seluruh ASEAN. 

Ada isu biaya operasional yang sangat besar dalam ASEAN Power Grid. Bagaimana Anda melihatnya?

Hari ini, struktur biaya untuk pembangkit listrik bakar batu bara dan gas sangat bergantung pada harga inputnya. Ini sangat bergantung pada rantai pasok global, apakah ada gangguan atau tidak. Itulah model yang dimiliki banyak negara ASEAN karena kita bergantung pada bahan bakar fosil. Kita menderita karena model seperti itu ketika terjadi gejolak geopolitik.

Hal yang menarik tentang energi terbarukan adalah, di masa lalu, angin dan surya lebih mahal daripada gas dan batu bara. Tetapi sekarang, sebenarnya, keadaannya telah berbalik.

Sebagai contoh, rata-rata harga tenaga surya secara global saat ini 50% dari biaya batu bara dan gas. Jadi sekarang lebih murah daripada batu bara dan gas. Jadi struktur biayanya bukan biaya operasional tetapi berupa investasi modal yang sifatnya di awal. 

Jadi begitu Anda memutuskan untuk melanjutkan sebuah proyek, struktur biayanya terkunci. Harga Anda akan stabil dan biaya operasional Anda sangat rendah karena sebagian besar adalah capital expenditure di awal. 

Jadi sebenarnya, energi terbarukan adalah kebalikannya dibandingkan pembangkitan berbahan bakar fosil, di mana biaya operasional Anda akibat harga gas dan batu bara sangat tinggi. 

Kelemahannya adalah sifatnya yang intermiten dan variabel. Jadi satu-satunya cara bagi ASEAN untuk dapat memperoleh manfaat dari energi terbarukan berbiaya rendah yang stabil harganya adalah dengan mengatasi masalah intermittency itu.

Caranya adalah dengan saling terhubung sehingga kita bisa meratakan intermittency di berbagai bagian ASEAN. Di sini malam, di sana siang untuk surya. Di sini berangin dan di sana tidak terlalu berangin. Jadi itulah cara dan alasan mengapa ASEAN Power Grid sangat penting. Skala ekonominya dan efek jaringan positif dari semua orang yang saling bergantung. Collective good.

Tentu saja, Anda tetap harus melengkapinya dengan baterai, yang juga merupakan peluang investasi lainnya. Anda harus berinvestasi. Tetapi dalam 10 tahun terakhir harga baterai juga telah turun drastis. 

Masuk sepenuhnya ke energi terbarukan akan menjadi peluang ekspor bagi ASEAN. Ini akan menciptakan jauh lebih banyak pertumbuhan dan peluang bagi ASEAN. Ini juga akan menciptakan jauh lebih banyak pekerjaan.

Apakah ASEAN Power Grid hanya mempertimbangkan energi terbarukan? Atau terbuka dengan opsi lain seperti co-firing PLTU batu bara misalnya?

Jenis energi yang paling kompatibel dengan ASEAN Power Grid adalah energi terbarukan karena sifatnya yang intermittent. Jika Anda memiliki ASEAN power grid, tetapi semuanya adalah batu bara dan gas, maka Anda akan mendapat masalah. Jadi sekali lagi, untuk mendapatkan manfaat maksimum di masa depan, tentu saja energi terbarukan adalah jalan yang harus ditempuh. 

Tapi saya paham maksud Anda. Bagaimana jika energi terbarukan belum siap? Apa yang harus kita lakukan? Terus terang, semua proposal yang masuk ke Singapura adalah untuk energi terbarukan. Jadi saya belum menerima proposal selain itu. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rezza Aji Pratama

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...