Tata Kelola Berkelanjutan Lestarikan Keindahan Desa Wisata Nglanggeran

Masyarakat Desa Nglanggeran percaya bahwa menjaga kelestarian dan kemurnian alam menjadi prioritas utama dan tanggung jawab mereka dalam merawat alam sekitar.
Dicky Christanto W.D
21 September 2022, 15:12
Nglanggeran
Katadata

Kawasan Gunung Api Purba desa Nglanggeran di Kawasan Patuk, Gunung Kidul, Yogyakarta telah berhasil memikat hati banyak pengunjung. Tak hanya keasrian alamnya, tapi juga tata kelola usaha pariwisatanya yang berkelanjutan.

Masyarakat Desa Nglanggeran percaya bahwa menjaga kelestarian dan kemurnian alam menjadi prioritas utama dan tanggung jawab mereka dalam merawat alam sekitar.

Gunung Api Purba Nglanggeran yang terbentuk sejak 60 juta tahun lalu itu merupakan bagian dari 33 Kawasan Situs Geologi Gunung Sewu. Lokasinya membentang di tiga kabupaten, yakni Kabupaten Gunung Kidul di Yogyakarta; Kabupaten Wonogiri di Jawa Tengah, hingga Kabupaten Pacitan di Jawa Timur.

Pada awal Maret 2021, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno memberikan penghargaan terhadap Kawasan Wisata Desa Nglanggeran sebagai Desa Wisata Berkelanjutan. Desa Nglanggeran merupakan salah satu dari 16 Desa Wisata Berkelanjutan yang terpilih di tanah air.

Sandiaga menjelaskan, penilaian terhadap desa wisata berkelanjutan berfokus pada tiga parameter, ekonomi, sosial dan lingkungan.

“Kemenparekraf ingin mendorong desa-desa wisata di Indonesia agar lebih berkualitas, lebih kredibel, dan mampu berkolaborasi serta bersaing secara domestik dan internasional,” ujarnya dikutip dari situs harianjogja.com.

Sandiaga menambahkan untuk membangun quality tourism memerlukan beberapa syarat. Misalnya, infrastruktur, konektivitas, pemasaran, hingga daya tarik pariwisatanya sehingga mampu meningkatkan kualitas wisata serta kenyamanan dan keamanan destinasi wisata.

Tak berhenti sampai disitu, pada Desember 2021, Desa Wisata Nglanggeran terpilih menjadi desa wisata terbaik sedunia lewat penghargaan Best Tourism Village 2021 yang diberikan oleh Organisasi Pariwisata Dunia dibawah Perserikatan Bangsa Bangsa (UNWTO).

Dalam ajang penghargaan ini, penilaian untuk desa terbaik didasarkan pada sumber daya alam dan budaya. Selain itu tindakan dan komitmen yang inovatif dan transformatif terhadap pengembangan pariwisata yang dipandang sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

Di balik kesuksesan besar dalam mengawal Desa Wisata Nglanggeran menjadi salah satu destinasi wisata unggulan kelas dunia, terdapat kontribusi strategis PT Pertamina (persero) melalui program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL). BUMN di sektor migas ini telah berjuang bersama dengan masyarakat Desa Nglanggeran sejak 2011.

Untuk melihat kembali jejak langkah perusahaan dalam upaya pembinaannya terhadap masyarakat Desa Nglanggeran, maka Pertamina bekerja sama dengan Katadata melalui program Ekowisata Pertamina untuk menemui pengelola dan warga setempat guna mencari tahu lebih lanjut mengenai dampak yang sudah dirasakan oleh masyarakat sekitar.

Salah satu pengelola wisata Kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran yang ditemui adalah Triyono. Triyono berkisah jauh sebelum dikenal sebagai Kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran, masyarakat setempat menyebut gunung tersebut dengan nama Gunung Wayang atau Gunung Wahyu. Masyarakat juga menganggap gunung sebatas bagian dari pemandangan desa belaka.

Perlahan, terutama setelah Pertamina dan berbagai program sosialnya masuk pada 2011, kesadaran masyarakat lokal bertambah dan mereka mulai merencanakan tata kelola kawasan wisata yang lebih merata dan berkelanjutan.

Melalui Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), tata kelola kawasan wisata semakin lebih diperhatikan dan dimatangkan.

“Warga yang tadinya hanya bertani, sekarang mempunyai pendapat lebih dari berbagai aktivitas yang bisa dilakukan terkait pengelolaan kawasan wisata,” ujar Triyono.

Bahkan, kata dia banyak warga mampu membuka guest house untuk memfasilitasi akomodasi bagi para pengunjung. Sebagian warga yang lain juga berprofesi sebagai pemandu wisata yang mengantarkan pengunjung pergi ke puncak gunung untuk berwisata.

“Tingkat perekonomian warga juga semakin terbantu,” ujarnya.

Akan tetapi, sebagai kawasan wisata berkelanjutan, Desa Wisata Nglanggeran tidak lagi berfokus pada wisata massal, melainkan wisata yang berwawasan lingkungan. Bahkan kelompok pengelola membatasi jumlah pengunjung supaya lingkungan setempat bisa selalu terjaga.

Kesadaran membatasi jumlah pengunjung terjadi pada 2014. Pada saat itu jumlah pengunjung ke Nglanggeran membludak hingga 325.000 pengunjung dalam setahun. Alih-alih merasa senang, penduduk desa malah merasa terganggu.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...