Investor dan Founder Berbagi Cara Hadapi Burnout di Tempat Kerja
East ventures memfasilitasi sesi diskusi dan networking melalui program “Women with Impact” pada 24 November 2022. Acara ini membantu para audiens untuk memahami, mengidentifikasi, dan mengelola tekanan kerja dalam kehidupan sehari-hari, terutama dari pengalaman perempuan yang bekerja di ekosistem startup dan teknologi.
Berdasarkan laporan Deloitte terbaru berjudul “Women @ Work 2022: A Global Outlook”, sebanyak 53% wanita menyebut tingkat stres mereka lebih tinggi daripada tahun lalu, dan hampir setengahnya merasa burnout.
Namun, istilah burnout semakin banyak digunakan, dan setiap orang memiliki interpretasi berbeda tentang stres dan kelelahan yang dialami. Bahkan penggunaannya semakin samar dan kurang akurat karena setiap orang memiliki mekanisme berbeda untuk mengatasi tekanan pekerjaan dan kehidupan.
Co-founder dan CEO Pintarnya Nelly Nurmalasari mengilustrasikan burnout dengan karet elastis. Meregangkan dan menarik karet merupakan suatu hal baik untuk dilakukan, tetapi perlu berhati-hati agar tidak merusak karetnya. Jika rusak, karet tersebut kehilangan fungsinya. Penting untuk menangkap sinyal burnout dalam aktivitas sehari-hari. Apalagi, tidak ada kesamaan gejala yang dimiliki setiap orang.
Setiap posisi dalam lingkungan kerja memiliki fungsi berbeda dalam mengelola burnout. Sebagai pemimpin yang punya peran dalam memutuskan kebijakan, penting mendorong keterbukaan dan mempertimbangkan kebutuhan karyawan. Hal ini dapat didukung lewat pertemuan 1-on-1 secara reguler untuk memahami keadaan karyawan.
“Disadari atau tidak, burnout bisa disebabkan oleh Anda. Saya, misalnya, di Pintarnya. Terkadang, sebagai founder, kami bermimpi besar, ingin A, B, C, D. Saya memberi tahu tim saya, tetapi membuatnya secara eksplisit untuk ‘tantang saya’ jika (ide) ini bukan hal yang benar. Itu penting,” kata Nelly.
Menurut Experimenter Xendit Hillary Buntara, secara tak langsung, lingkungan kerja saat ini telah orang untuk selalu berkata “ya” dan takut berkata “tidak” meski berada dalam posisi pekerjaannya menumpuk. Di sini rekan kerja berperan untuk memastikan kabar, ide, dan berbagi beban kerja untuk mencegah burnout satu sama lain.
Dari sudut pandang investor, Partner East Ventures Melisa Irene menekankan pentingnya menyelami lebih dalam tentang bagaimana perasaan dan pikiran dalam mengelola kejenuhan. Banyak aspek yang memicu burnout, bahkan bisa berupa hal-hal yang tidak terkait pekerjaan. “Peran yang coba kita lakukan adalah untuk bersikap empati, dan duduk bersama dalam memahami seperti apa sumber permasalahan yang mereka hadapi,” katanya.
Berikut adalah panduan mudah yang dapat diterapkan dalam membangun lingkungan kerja lebih positif dan mengelola kejenuhan bagi pekerja perempuan maupun laki-laki:
1. Menetapkan ekspektasi yang jelas
Pemimpin atau perusahaan tidak akan menurunkan standar pekerjaan untuk mencegah stres karyawan. Namun, menetapkan ekspektasi yang jelas dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih bersahabat.
2. Bangun kredibilitas Anda
Mengharapkan dukungan di tempat kerja tidak mudah, terutama jika berada pada posisi baru. Membangun kredibilitas adalah fondasi karier Anda, dan dukungan yang Anda terima tidak boleh dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan sebuah keharusan.
3. Istirahat
Meski singkat, istirahat bisa menjadi perubahan total bagi Anda dalam mendapatkan kembali semangat dan motivasi. Saat bekerja keras untuk perusahaan, Anda berhak dan layak menghabiskan waktu untuk diri sendiri.
4. Memberikan konteks secara lengkap
Ada kalanya beberapa panggilan sulit dilakukan, seperti tenggat waktu singkat. Padahal, Anda punya prioritas lain yang sedang dikerjakan. Memberi konteks lengkap dan pemahaman tentang urgensi dapat menjadi tips untuk memastikan semua orang pada tujuan sama tanpa perlu kehilangan motivasi.