Hari Pertambangan dan Energi, MIND ID Kebut Pembangunan Smelter
BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID terus mendorong upaya percepatan proyek pembangunan smelter pendukung program hilirisasi.
Ada empat proyek garapan Grup MIND ID yang masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) dan menjadi tulang punggung hilirisasi industri pertambangan Indonesia.
Keempat proyek tersebut yakni Proyek Smelter Tembaga PT Freeport Indonesia (PTFI) di Gresik, Smelter Feronikel PT Aneka Tambang Tbk. (Antam), Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, dan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap Mulut Tambang Sumsel-8 milik PT Bukit Asam Tbk. (PTBA).
Sekretaris Perusahaan BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID, Heri Yusuf, mengatakan percepatan penyelesaian proyek anak perusahaan MIND ID terus dikebut agar bisa segera beroperasi dan memberikan nilai tambah bagi Indonesia khususnya dalam mendukung berbagai program hilirisasi.
“Dalam rangka peringatan Hari Jadi Pertambangan dan Energi yang dirayakan setiap tanggal 28 September, target hilirisasi MIND ID menjadi salah satu bagian penting dalam proses pembangunan khususnya PSN yang harus disegerakan rampung,” ujar Heri, Jumat (29/9).
Anggota Grup MIND ID, PT Freeport Indonesia (PTFI) membangun smelter tembaga barunya di kawasan ekonomi khusus (KEK) JIIPE Gresik, Jawa Timur. Smelter ini memiliki kapasitas 600.000 ton katoda tembaga dan 35-50 ton emas per tahun.
Smelter tembaga ini akan menjadi smelter tembaga single line terbesar di dunia. Nilai investasi smelter tembaga Gresik ini mencapai 3 miliar dolar AS atau setara Rp45 triliun. Smelter ini ditargetkan mulai beroperasi pada Mei 2024 mendatang.
Mega smelter tersebut memiliki luas lahan sekitar 100 hektar. Proyek ini dinamakan Smelter Manyar nantinya akan dilengkapi fasilitas pendukung seperti precious metal refinery (PMR) berfungsi mengolah lumpur anoda dari hasil olahan pemurnian konsentrat tembaga menjadi emas dan perak.
PT Antam, salah satu anak perusahaan MIND ID, berhasil merampungkan proyek pembangunan Smelter Feronikel di Halmahera Timur berkapasitas 13.500 ton feronikel (FeNi) per tahun.
“Kami sendiri menargetkan proyek fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral feronikel Haltim, Maluku Utara ini bisa mulai melakukan komersialisasi produksi pada 2023,” ucap Heri.
Proyek pembangunan pabrik pengolahan bijih bauksit jadi alumina—bahan dasar aluminium, ini dimulai pada 2019 dan direncanakan mulai beroperasi pada semester II 2024. Anggota Grup MIND ID, PT Inalum dan Antam menjadi penanggung jawab pengerjaan proyek SGAR Mempawah.
Terkini, proyek pembangunan SGAR di Mempawah, Kalimantan Barat, ini sudah mencapai 58 persen dan ditargetkan menyentuh 80 persen masa konstruksi pada akhir 2023 nanti. Setelah SGAR Mempawah fase I rampung, target operasi komersial akan mulai berjalan efektif pada 2025.
Menurut Heri, alumina yang dihasilkan SGAR Mempawah fase I tersebut nantinya bakal menjadi bahan baku smelter aluminium milik anggota Grup MIND ID, PT Inalum di Kuala Tanjung dengan kapasitas alumina hingga 1 juta kilo ton per annum (KTPA).
“Ketika smelter alumina ini nantinya sudah beroperasi, maka kita bisa menyambung seluruh rantai bisnis bauksit menjadi alumunium baik untuk kebutuhan pasar domestik ataupun ekspor,” katanya.
PLTU yang juga dikenal dengan nama PLTU Tanjung Lalang ini dibangun oleh PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) yang merupakan perusahaan patungan PT Bukit Asam Tbk., dengan China Huadian Hongkng Compant Ltd (CHDHK). PLTU Sumsel-8 merupakan bagian dari program pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW.
Urusan penggunaan teknologi, pembangkit listrik ini menggunakan teknologi supercritical efisien dan ramah lingkungan. PLTU Tanjung Lalang pun menerapkan teknologi flue gas desulfurization (FGD) yang difungsikan untuk menekan emisi gas buang. Melalui penerapan FDG, dapat mengurangi sulfur dioksida dari emisi gas buang pembangkit listrik berbahan bakar batu bara.
Nilai investasi proyek PLTU Sumsel-8 mencapai USD 1,68 miliar. Amandemen Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik atau Power Purchase Agreement (PPA) dan Coal Supply Agreement (CSA) untuk proyek PLTU berkapasitas 2x660 Megawatt (MW) ini telah ditandatangani PLN dan PTBA bersama HBAP.
Saat sudah beroperasi penuh, PLTU Tanjung Lalang ini akan mampu menyerap batu bara milik PTBA lebih dari 5 juta ton per tahun.