Model Bisnis UMKM Tangguh Bencana
Bencana berdampak kepada rantai distribusi bahan pokok. Wahana Visi Indonensia (WVI) dan Sahara mencetuskan model bisnis #WarungTangguhBencana untuk mengatasi kondisi tersebut. Hal ini bertujuan menjaga jaringan distribusi bahan pokok dari risiko bencana.
Bencana jelas memiliki dampak bagi perekonomian. Pasalnya, dapat membuat aktivitas ekonomi “lumpuh” lantaran distribusi barang terputus. Kondisi semacam ini memicu harga bahan pokok naik dan suplainya menjadi langka.
Terkait kesiapan pelaku UMKM terhadap bencana, WVI dan Sahara melakukan minisurvei ke 508 warung di 23 kabupaten/kota. Hasilnya menunjukkan, sebesar 99,8 persen warung tidak memiliki asuransi bencana.
Selain itu, sekitar 40 persen warung terdampak kejadian bencana. Sebanyak 53 persen pemilik warung menyatakan, tidak tahu atau tidak melakukan persiapan menghadapi bencana. Dan, 67 persen dari warung yang menjadi responden belum pernah mendapatkan pelatihan kebencanaan.
Di dalam survei mitigasi risiko bencana, khususnya terkait persiapan bencana, sebesar 47 persen responden menyatakan tidak tahu, 25 persen responden mengatakan ya atau melakukannya, serta 28 persen responden mengatakan tidak.
Berangkat temuan tersebut, WVI dan Sahara mencetuskan Warung Tangguh Bencana khususnya untuk membantu mengatasi dampak bencana terhadap rantai distribusi bahan pokok. Inisiatif ini juga bertujuan untuk memberikan pemahaman dan membantu kesiapsiagaan pemilik warung terhadap bencana yang dapat mengancam mereka maupun usaha yang dijalankan.
Secara khusus, Warung Tangguh Bencana akan terlibat dalam berbagai upaya pengurangan risiko bencana, meliputi peningkatan ketahanan warung terhadap bencana, pengembangan bisnis model dan akses modal usaha melalui ASKA, menjadi bagian dari respons bencana, serta menjadi tempat sarana edukasi kebencanaan.
Selanjutnya, Warung ASKA dan Sahara berkolaborasi membuat tahap-tahap pelaksanaan Warung Tangguh Bencana. Sejumlah tahap itu meliputi seleksi kelompok jaringan, pengelolaan keuangan tangguh bencana melalui kelompok simpan pinjam ASKA, peningkatan kapasitas melalui media komunikasi, informasi dan edukasi di Aplikasi Sahara, serta monitoring dan evaluasi.
Di dalam upaya penguatan UMKM terhadap bencana, terdapat tiga rekomendasi strategis bagi stakeholder yang terlibat. Pertama, membuat kajian rantai pasok di lokasi rawan bencana pada level kelurahan. Kedua, penguatan kapasitas UMKM di kelurahan rawan bencana, misalnya melalui media KIE dalam aplikasi Sahara. Ketiga, pemberdayaan UMKM dalam proses respon bencana dan pemulihan pascabencana.