Jusuf Kalla Sebut Koalisi Gemuk Tak Jaminan Prabowo Menang di Pilpres
Politikus senior Partai Golkar Jusuf Kalla berpendapat dukungan empat partai parlemen tak memberi jaminan Prabowo Subianto bisa menang di pemilihan presiden 2024 mendatang. Menurut Jusuf Kalla ada banyak faktor yang menentukan hasil di pilpres.
Pria yang biasa dipanggil JK itu mengungkit torehan suara yang pernah ia dapatkan ketika maju sebagai pasangan calon bersama Susilo Bambang Yudhoyono pada 2004 silam. Menurut JK hasil pemilu tidak melulu berbanding lurus dengan dukungan di pilpres.
"Tidak ada jaminan (akan menang), sama dengan saya waktu 2004, itu kami hanya didukung 11 persen, 4 partai. Tapi menangnya 60 persen. Jadi beda itu. Tidak simetris sama sekali," kata Jusuf Kalla di Kantor Pusat PMI, Jakarta Selatan, Senin (14/8).
Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Republik Indonesia itu mengatakan, faktor yang lebih penting dibanding partai politik yakni tokohnya. Ia menyebut, sosok kandidat lah yang menjadi penilaian masyarakat dalam memilih Presiden.
"Kalau sudah masuk ke Pemilu itu, orang tidak lagi melihat partainya. Orang melihat orangnya," kata JK.
Mantan Ketua Umum Partai Golkar periode 2004-2009 tersebut pernah dua kali menjabat sebagai orang nomor dua di Indonesia. Pada periode 2004-2009, JK mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono. Kemudian pada 2014-2019 ia mendampingi Jokowi.
Saat ini, Prabowo telah resmi mengantongi dukungan dari empat partai parlemen yakni Partai Gerindra, Partai Kebangkitan Bangsa, Golkar, dan Partai Amanat Nasional. Selain itu Prabowo juga didukung oleh Partai Bulan Bintang. Bila merujuk hasil pemilu 2019 lalu total dukungan untuk Prabowo mencapai 42% suara.
Penentuan Cawapres
Senada dengan JK, Direktur Eksekutif Algoritma Aditya Perdana mengatakan dukungan Golkar dan PAN kepada Prabowo lebih didasarkan pada survei opini publik yang berkembang saat ini. Dalam berbagai kesempatan baik PAN dan Golkar selalu menyuarakan akan mendukung capres yang punya potensi menang di pilpres.
Berdasarkan temuan sejumlah survei, Prabowo disebut memiliki potensi menang lebih besar dibanding Ganjar Pranowo yang didukung PDIP dan Anies Baswedan yang didukung koalisi Demokrat, Nasional Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera.
“Dua partai ini pun tidak ingin mengambil pusing untuk terlibat sejak awal pembentukan koalisi dan mengambil peran secara positif dari awal,” ujar Aditya.
Dosen Politik Universitas Indonesia ini mengatakan tantangan lanjutan bagi koalisi pendukung Prabowo adalah dalam menentukan cawapres. Alasannya masing-masing partai masih punya kepentingan untuk mendukung cawapres dari internal partai untuk mendapatkan efek lanjutan atau coattail efek dari dukungan dalam pilpres.
Saat ini PKB menjagokan Ketua Umum Partai Muhaimin Iskandar untuk menjadi pendamping Prabowo. Selanjutnya PAN menjagokan Menteri BUMN Erick Thohir. Sedangkan Golkar menurut Aditya berpotensi mengusung Airlangga Hartarto atau Ridwan Kamil.