IBM Klaim Kecerdasan Buatan Tingkatkan Produktivitas Bisnis

Lenny Septiani
10 Mei 2023, 18:08
IBM
Katadata/Trion Julianto
Reporter Katadata Dzulfiqar (kiri) dan Vice President Governmental & Regulatory Affairs IBM Asia Pacific Stephen Braim (kanan)

Penggunaan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligent (AI) di industri bisnis menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat, karena dikhawatirkan dapat mengancam keberlangsungan umat manusia.

Sejumlah pemimpin industri bahkan membuat surat terbuka, karena menganggap eksperimen teknologi AI sebagai ancaman bagi dunia bisnis.

Menanggapi kontroversi tersebut, perusahaan teknologi asal Amerika Serikat, International Business Machines atau IBM menilai penggunaan teknologi AI pada industri bisnis sebenarnya memberi banyak peluang dan keuntungan. Ancaman teknologi AI pada dasarnya adalah seputar tanggung jawab pengguna.

Data, AI & Automation Principle Technical Leader, IBM ASEAN Kieran Hagan mengatakan AI dapat dianggap sebagai alat produktivitas. Selain membawa perubahan dalam perusahaan, kemajuan teknologi ini juga dapat meningkatkan keterampilan dan memanfaatkan peluang. 

Jika teknologi dimanfaatkan dengan baik, maka pengguna akan mendapat keuntungan yang jauh lebih besar. “Saya rasa ada banyak potensi untuk mewujudkan hal tersebut di seluruh ekonomi,” katanya dalam acara media roundtable IBM ASEAN New Era of AI for Business Press Conference, Rabu (10/5).

Menurut dia, pengusaha akan menggunakan teknologi AI dengan mudah di seluruh bisnis untuk menjawab lebih banyak informasi. 

"Dengan AI, pengguna bisnis dapat melakukan lebih banyak hal dan dapat mengarahkan perhatian mereka dengan lebih tepat ke layanan pelanggan," katanya.

Ia mengatakan IBM telah membangun pembatas dalam teknologi perusahaan dengan membangun platform Watsonx.government.

“Saya rasa itulah persyaratan utama bagi pemerintah, khususnya untuk memahami penggunaan data secara bertanggung jawab dan etis,” katanya.

Sebelumnya, IBM berencana menunda mengisi 7.800 posisi pekerjaan yang dapat digantikan oleh kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI). Langkah ini merupakan rencana perusahaan dalam beberapa tahun ke depan.

Kantor berita Inggris, Reuters,  pada Selasa (2/5) melaporkan, IBM berencana menghentikan sementara atau memperlambat rekrutmen, termasuk bidang sumber daya manusia.

Perusahaan yang bermarkas di New York itu memperkirakan 30% dari pekerjaan yang tidak berhadapan langsung dengan konsumen dapat digantikan oleh AI dan otomatisasi dalam lima tahun.

Namun, Wakil Presiden Urusan Regulasi dan Pemerintahan IBM Asia Pasifik Stephen Braim mengatakan, AI merupakan teknologi yang bersifat melengkapi manusia. Penerapannya masih menghadapi tantangan.

“Teknologi ini akan berkembang pesat ketika AI dipercaya dan terdapat kerangka kerja yang tepat terkait penggunaannya,” kata Braim kepada Katadata.co.id dalam wawancara eksklusif pada 12 April 2023.

Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum (WEF) melaporkan, sebanyak 83 juta pekerjaan di dunia akan hilang, sementara hanya 69 juta pekerjaan baru akan muncul.

Berdasarkan laporan WEF bertajuk 'Future of Jobs' disebutkan, dunia kerja akan mengalami perubahan besar hanya dalam kurun beberapa tahun mendatang. Sekitar 23% pekerjaan terdisrupsi oleh adanya perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligent (AI) yang akan memainkan peran kunci.

“Secara keseluruhan tingkat perubahannya cukup tinggi,” kata Saadia Zahidi, Direktur Pelaksana WEF dikutip dari CNBC, Kamis (4/5).

Temuan tersebut sebagian besar didasarkan pada survei terhadap 803 perusahaan yang mempekerjakan total 11,3 juta pekerja di 45 ekonomi berbeda di seluruh dunia.

Menurut WEF, sebagian besar faktor akan berperan dalam gangguan tersebut, mulai dari perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan hingga perubahan iklim.

Kekhawatiran tentang perubahan teknologi yang berdampak negatif pada pekerjaan telah berkembang, terutama sejak AI generatif alat seperti ChatGPT telah memasuki arus utama. Hasil penelitian menyebutkan, teknologi menjadi salah satu pendorong hilangnya pekerjaan terbesar.

“Kerugian terbesar diperkirakan terjadi pada peran administratif dan peran keamanan, pabrik, dan perdagangan tradisional,” kata laporan tersebut. Dalam hal ini, peran profesi administratif khususnya akan dipengaruhi oleh digitalisasi dan otomatisasi.

Kendati demikian, perusahaan yang disurvei tidak melihat perubahan teknologi sebagai hal yang negatif secara keseluruhan.

“Dampak sebagian besar teknologi pada pekerjaan diharapkan menjadi positif selama lima tahun ke depan, ” demikian bunyi laporan tersebut.

Reporter: Lenny Septiani
Editor: Lavinda

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...