Alasan Lo Kheng Hong Lepas MBSS: Ambil Untung dan Kinerja Kurang Baik
Investor kawakan Lo Kheng Hong mengungkapkan alasan di balik pelepasan seluruh saham emiten pelayaran miliknya di PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS). Selain merealisasikan keuntungan, pria yang dijuluki Warren Buffett asal Indonesia ini menilai kinerja MBSS kurang moncer.
"Saya ingin merealisasi keuntungan dan karena kinerja MBSS kurang baik," kata Lo Kheng Hong kepada Katadata.co.id, Jumat (27/8).
Lo Kheng Hong sebelumnya memiliki 102.901.400 saham MBSS atau setara 5,88%. Uang hasil penjualan saham tersebut rencananya akan diputar kembali untuk investasi pada perusahaan yang menurutnya luar biasa.
"Nanti uangnya akan saya belikan wonderful company (perusahaan yang hebat)," ujar Lo Kheng Hong menambahkan.
Investor baru PT Galley Adhika Arnawama masuk dalam daftar pemilik saham MBSS di atas 5% per 24 Agustus 2021. Galley Adhika ini baru saja membuat perjanjian jual beli bersyarat dengan Grup Indika --pemilik Mitrabahtera-- bersama dengan The China Navigation Co. Pte. Ltd.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) terkait kepemilikan saham di atas 5% per 23 Agustus 2021, Lo Kheng Hong masih memiliki 5,88% saham MBSS. Namun, berdasarkan data per 24 Agustus 2021, namanya tidak lagi tertera sebagai pemilik saham MBSS di atas 5%.
Berdasarkan data KSEI sebelum 24 Agustus 2021, Galley Adhika tidak memiliki saham MBSS. Setelah tanggal itu, Galley tercatat memiliki 101.811.800 saham atau setara 5,82%.
Berdasarkan laporan keuangan terbarunya, Juni 2021, MBSS mampu mengantongi laba bersih US$ 67.182 atau setara Rp 974,13 juta (asumsi kurs: Rp 14.500). Raihan laba bersih tersebut, berbalik dari kondisi rugi bersih yang mencapai US$ 4,34 juta atau setara Rp 63,06 miliar pada periode sama tahun lalu.
Berbaliknya kondisi tersebut salah satunya karena pendapatan perusahaan mencapai US$ 33,38 juta sepanjang semester I-2021. Pendapatan tersebut mengalami kenaikan hingga 15,01% dibandingkan periode enam bulan pertama 2020 senilai US$ 29,02 juta.
Pendapatan perusahaan berasal dari angkutan dengan jenis kapal tunda dan tongkang yang mencapai US$ 23,38 juta atau mengalami kenaikan 10,81% dari US$ 21,1 juta. Sementara, pendapatan yang berasal dari kapal angkut derek apung, mencapai US$ 9,99 juta atau tumbuh 26,19% dari US$ 7,92 juta.
Jika melihat secara tahun penuh, MBSS pada 2020 mengalami kerugian hingga US$ 14,98 juta atau Rp 217,34 miliar. Padahal pada 2019, MBSS mengantongi laba bersih mencapai US$ 1,47 juta atau mencapai sekitar Rp 21,34 miliar dengan asumsi kurs Rp 14.500.
Kinerja MBSS tahun lalu memang berat, pasalnya pendapatan perusahaan hanya US$ 54,86 juta saja atau mengalami penurunan hingga 29,52% dibandingkan pendapatan pada 2019 yang mencapai US$ 77,84 juta.
Dalam laporan keuangan 2020, manajemen MBSS mengatakan, pandemi Covid-19 menyebabkan resesi ekonomi global, nilai tukar rupiah yang terdepresiasi, serta melemahnya Indeks Batubara Indonesia-4 (ICI-4) mencapai US$ 22-44 per ton pada akhir Desember 2020.
"MBSS beroperasi dalam kondisi bisnis yang sangat sulit. Pemulihan pandemi yang lambat dapat mempengaruhi operasi dan pelanggan MBSS, yang akan berdampak pada meningkatkan risiko tidak tertagihnya piutang dari pelanggan," kata manajemen.