Chandra Asri Raih Fasilitas Pinjaman Rp 4,6 Triliun dari BRI
PT Chandra Asri Petrochemical Tbk telah menerima fasilitas pinjaman dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk senilai US$ 325 juta atau setara Rp 4,63 triliun (asumsi kurs Rp 14.257/US$). Fasilitas itu akan digunakan emiten industri plastik berkode TPIA ini untuk melanjutkan pembangunan kompleks petrokimia kedua atau CAP 2.
Secara rinci, Chandra Asri mendapatkan pinjaman berjangka atau term loan senilai US$ 75 uta, pinjaman non-tunai atau non-cash loan senilai US$ 175 uta, dan forex line senilai US$ 75 juta. Pembangunan CAP 2 akan meningkatkan kapasitas terpasang TPIA menjadi lebih dari 8 juta ton dari posisi saat ini 4,2 juta ton.
"Kami optimistis kerja sama ini akan memperkuat posisi Chandra Asri sebagai objek vital nasional yang strategis. Hal ini menjadi langkah penting yang dapat membantu upaya Indonesia dalam penghematan devisa yang signifikan," kata Direktur Keuangan TPIA Andre Khor Kah Hin dalam keterangan resmi, Selasa (4/1).
Saat ini, TPIA dapat memproduksi Ethylene sebesar 900 ribu ton/tahun, Propylene sebesar 490 ribu ton per tahun, Polyethylene sebesar 736 ribu ton per tahun dan Polypropylene sebesar 590 ribu ton per tahun. Selain itu, TPIA telah menyerap tenaga kerja sekitar 1.500 orang.
Direktur Bisnis dan Wholesale dan Kelembagaan BRI Agus Noorsanto mengatakan pemberian fasilitas ini merupakan komitmen perseroan dalam memberikan layanan dan solusi terintegrasi, inovatif, dan menjadi solusi finansial. Menurutnya, fasilitas ini akan membantu transaksi bisnis TPIA secara berkesinambungan dan jangka panjang.
Seperti diketahui, TPIA merupakan satu-satunya industri plastik domestik yang memiliki dan mengoperasikan naphta cracker di dalam negeri. Dengan demikian, TPIA dapat memproduksi olefin, pygas, mixed C4, poliolefin, styrene monomer, butadiene, MTE, dan butene-1.
"BRI yakin melalui kerja sama ini mampu meningkatkan kekuatan permodalan sekaligus memperluas serapan pasar CHandra Asri di pasar Indonesia dan internasional," kata Agus.
Pembangunan CAP2 tengah dalam tahap Front-End Engineering Design (FEED) yang merupakan Stage 3 dalam proses tersebut. FEED merupakan tahapan kunci untuk perencanaan rinci proyek CAP2 dan akan diikuti dengan proses seleksi untuk para kontraktor teknis, pengadaan, dan konstruksi (Engineering, Procurement, and Construction (EPC)).
Final Investment Decision (FID) akan diambil oleh para pemegang saham setelah seleksi EPC selesai. TPIA menargetkan untuk mengambil FID pada tahun 2022 dan operasional CAP2 akan dimulai dari tahun 2026.
Selain menambah kapasitas terpasang, kompleks CAP2 juga akan dilengkapi dengan pabrik Low Density Polyethylene (LDPE) pertama di dalam negeri.
Per November 2021, TPIA telah menunjuk empat kontraktor CAP2, yakni Toyo Engineering Corporation, Samsung Engineering Co., Ltd., Wood, dan PT Haskoning Indonesia untuk mengerjakan Front-End Engineering Design (FEED). Kerja sama tersebut melibatkan empat kontraktor dari Indonesia, Jepang, Korea Selatan, dan Thailand.
“Pemerintah Indonesia juga akan terus berupaya menciptakan iklim usaha industri yang baik, menguntungkan, dan berkesinambungan melalui berbagai kebijakan sehingga investasi seperti yang ditanamkan oleh PT CAP dapat terus bertumbuh dan kekuatan ekonomi negeri kita menjadi semakin kokoh,” ujar Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian Muhammad Khayam.
Pada akhir 2021, saham TPIA ditutup melemah 11.03% secara menjadi RP 7.325 per saham dari posisi akhir 2020 senilai Rp 8.234 per saham. Secara tahun berjalan, saham TPIA telah turun 100 poin atau melemah 1,37% ke titik Rp 7.225 per saham.