Strategi BNI Jaga Likuiditas di Tengah Resesi Global

Patricia Yashinta Desy Abigail
24 Oktober 2022, 19:22
BNI
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar memaparkan kinerja BNI Semester I 2022 di Jakarta, Jumat (29/7/2022).

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI memaparkan strategi dalam menghadapi resesi global. Beberapa usaha akan dilakukan BNI seperti menjaga kondisi likuiditas.

Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar mengatakan, terkait dengan ancaman resisi global  saat ini volatilitasnya cukup tinggi dan memang sedang menghadapi potensi untuk resiesi.

"Untuk itu, perkembangan pertumbuhan bisnis kita juga coba sesuaikan dengan kondisi yang ada. Kami juga memang mengukur kondisi likuiditas,"katanya dalam konferensi pers paparan kinerja kuartal III, pada Senin (24/10).

Selain itu, dia juga menyampaikan pihaknya mulai menjaga likuiditas yang coba kita cerminkan dengan target rasio deposito terhadap pembiayaan atau Loan to Deposit Rasio (LDR) itu di bawah 90%. Hal tersebut disampaikannya terkait suku bunga tinggi. "Pertumbuhan kredit juga kami coba jaga sekonservatif mungkin,"katanya.

Di samping itu, Royke meyakini likuiditas kredit dan permodalan itu masih cukup aman untuk BNI di dalam situasi krisis global sepertin sekarang ini. Serta, BNI tetap menyalurkan kredit secara prudent dan konservatif. Sehingga, BNI pun dapat mengendalikan rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) ke depannya.

"Secara likuiditas ya memang tahun depan pasti akan cukup tight untuk itu kami sudah mengantisipasi untuk menjaga likuiditas yang cukup dan pertumbuhan kredit yang sehat dengan permodalan yang saat ini kami rasa cukup baik untuk kita hadapi resesi ,"ungkapnya.

Adapun, Royke mengakui prospek ekonomi domestik berpotensi tidak lagi seimpresif semester pertama. Namun, perseroan masih melihat indikator makro ekonomi di Indonesia akan cukup sehat dibandingkan negara lain. Inflasi hingga September berada pada level 6%, dan masih cukup wajar untuk ukuran negara berkembang dan tahun depan diperkirakan membaik di bawah 4%.

Meskipun tren perlambatan ekonomi global cukup mengkhawatirkan, katanya, perekonomian Indonesia diperkirakan relatif stabil dengan didukung bauran kebijakan fiskal dan moneter yang efektif untuk menjaga stabilitas. Indikator kestabilan eksternal ekonomi Indonesia pun terus membaik, terutama dari cadangan devisa yang kuat serta tingkat eksposur utang luar negeri yang rendah.

Halaman:
Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail
Editor: Lavinda
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...