Harga Emas Antam Merosot Tipis ke Level Rp 950 Ribu/Gram

 Zahwa Madjid
8 November 2022, 12:09
Emas
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/hp.
Pengunjung melakukan transaksi jual beli emas di Butik Emas Antam, Jakarta, Selasa (28/7/2020).

Pergerakan harga emas Antam kembali turun tipis Rp 1.000 ke level Rp 950.000 pada perdagangan hari ini, Selasa (8/11).  

Dikutip dari situs logammulia.com, harga pembelian kembali emas Antam juga turun Rp1.000 ke level Rp 846.000 per gram pada perdagangan hari ini.

Melansir Reuters, harga emas stabil, mendekati puncak tiga pekan yang dicapai di sesi sebelumnya. Hal ini didukung oleh nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) yang melemah. Sementara itu, investor menantikan data inflasi AS akhir pekan ini yang dapat mempengaruhi tingkat kenaikan suku bunga bank sentral AS, Federal Reserve, di masa mendatang.

Harga emas di pasar spot sedikit berubah pada US$1.676,24 per ons pada pukul 13:50. ET (1850 GMT), setelah naik lebih dari 3% ke level tertinggi sejak 13 Oktober di $1.681,69 pada hari Jumat (5/11).

Bob Haberkorn, Senior Market Strategist di RJO Futures mengatakan, pelemahan nilai tukar dolar AS, dan penurunan tingkat imbal hasil obligasi membantu mendorong harga emas dan seluruh jenis logam mulia.

Mengutip CNBC, UBS Investment Bank memperkirakan harga logam mulia, akan rebound, dan naik hingga 13% pada musim dingin mendatang. 

Secara tradisional, emas dianggap sebagai lindung nilai inflasi. Namun, kenaikan suku bunga telah membuat investor menjauh dari instrumen investasi ini. Harga emas turun 18% sejak Maret 2022, karena harga emas sudah terlalu tinggi, sempat mencapai US$ 2.000 per ons, mendekati level tertinggi sepanjang masa. 

Berdasarkan hasil riset UBS, harga emas aktual secara historis naik 19% untuk setiap 1% penurunan suku bunga. UBS memperkirakan, harga emas dapat mengalami pelemahan selama beberapa bulan ke depan, akibat Federal Reserve yang mengindikasikan akan berhenti menaikkan suku bunga.

“Kami memperkirakan harga emas melemah selama beberapa bulan mendatang, dan pada akhirnya memberikan peluang untuk posisi harga yang lebih tinggi hingga 2023, karena The Fed memperketat dan akhirnya mengambil sikap yang lebih lunak,” kata ahli strategi logam mulia UBS Joni Teves dalam analisisnya.

Halaman:
Reporter: Zahwa Madjid
Editor: Lavinda
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...