Mengenal Heat Wave yang Melanda Sejumlah Negara di Asia

Nadhira Shafa
3 Mei 2024, 13:55
Mengenal Heat Wave yang Melanda Sejumlah Negara di Asia.
ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/tom.
Petugas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banten menunjukkan peta perkembangan sebaran gelombang panas di Asia, di Laboratorium BMKG, di Serang, Banten, Rabu (3/5/2023). BMKG merilis tren perkembangan gelombang panas di Asia dengan suhu tertinggi mencapai 51,2Õ C terjadi di Kota Kumarkhali, Bangladesh, sementara di Indonesia suhu maksimum tercatat 37,2Õ C terjadi di Jakarta yang diprediksi akan turun kembali menuju kondisi normal secara bertahap mulai 5 Mei 2023.
Button AI Summarize

Gelombang panas atau heatwave melanda sejumlah negara di Asia dalam beberapa pekan terakhir. Fenomena ini menyebabkan temperatur melonjak drastis, bahkan mencapai rekor tertinggi di beberapa wilayah.

Heatwave umumnya didefinisikan sebagai periode cuaca panas yang berlangsung selama beberapa hari, dengan temperatur yang jauh lebih tinggi dari rata-rata normal. Kondisi ini dapat membahayakan kesehatan, terutama bagi kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, dan orang dengan kondisi medis tertentu.

Di India, suhu telah mencapai lebih dari 110 derajat Fahrenheit. Pada 21 April, kota Bhagdora di timur India mencatat suhu mencapai 114.8 derajat. Departemen Meteorologi India (IMD) telah mengeluarkan peringatan “red alert” untuk beberapa negara bagian di timur dan selatan, termasuk Andhra Pradesh, Bihar, West Bengal, dan Odisha.

Di Filipina, sekolah-sekolah telah ditutup dan ada peringatan akan beban berlebih pada jaringan listrik karena gelombang panas. Suhu di negara ini diperkirakan mencapai 38 derajat Celsius dalam beberapa hari ke depan, dengan indeks panas yang dirasakan oleh tubuh bisa mencapai 45 derajat Celsius, yang diklasifikasikan sebagai kondisi “berbahaya” yang dapat memicu heat stroke jika terpapar dalam waktu lama.

Apa itu Heatwave?

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gelombang panas didefinisikan sebagai periode cuaca panas yang tidak biasa yang biasanya berlangsung setidaknya lima hari berturut-turut atau lebih, disertai dengan kelembaban udara yang tinggi.

Fenomena ini teridentifikasi dengan kondisi udara panas yang berkepanjangan selama 5 hari atau lebih berturut-turut. Pada periode tersebut, suhu maksimum harian tercatat lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5°C (9°F) atau lebih.

Lebih lanjut, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengidentifikasi bahwa gelombang panas juga dapat terjadi jika suhu maksimum suatu tempat mencapai setidaknya 40 derajat celcius atau lebih untuk dataran dan setidaknya 30 derajat celcius atau lebih untuk wilayah perbukitan.

Penyebab Heatwave

Gelombang panas terjadi karena udara hangat terperangkap di atmosfer Bumi. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Perubahan Iklim

Meningkatnya emisi gas rumah kaca menyebabkan pemanasan global, yang mengakibatkan gelombang panas yang lebih sering, lebih intens, dan lebih lama.

2. Fenomena El Nino

Di tahun 2024, El Nino, pola iklim di Samudra Pasifik yang membawa udara panas ke Asia, memperparah kondisi. Kurangnya awan selama El Nino memungkinkan lebih banyak panas matahari mencapai permukaan bumi.

3. Suhu Permukaan Laut yang Tinggi

Suhu permukaan laut di wilayah Asia saat ini beberapa derajat Celcius di atas normal. Hal ini membantu menjaga suhu daratan lebih panas dari biasanya, sehingga temperatur siang hari mulai dari titik awal yang lebih tinggi.

4. Deforestasi

Hilangnya hutan akibat deforestasi mengurangi tutupan vegetasi yang memberikan keteduhan dan meningkatkan area permukaan kering, yang menyerap lebih banyak panas dan memperparah panasnya udara.

5. Efek Pulau Panas Urban

Kota-kota besar dengan struktur beton, kaca, dan baja menjebak panas dan memantulkannya kembali ke atmosfer, menciptakan efek pulau panas urban yang memperburuk panasnya cuaca.

Apakah Heatwave akan Terjadi di Indonesia?

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan fenomena udara panas yang melanda Indonesia dalam beberapa hari terakhir bukan merupakan gelombang panas atau heatwave.

“Jika ditinjau secara karakteristik fenomena, maupun secara indikator statistik pengamatan suhu, kita tidak termasuk ke dalam kategori heat wave, karena tidak memenuhi persyaratan sebagai gelombang panas,” kata Deputi Meteorologi BMKG Guswanto di Jakarta, Kamis (2/5).

Ia menjelaskan, merujuk pada data rekapitulasi meteorologi BMKG selama 24 jam terakhir suhu sebagian besar wilayah Indonesia cukup meningkat. Kenaikan berkisar di angka lima derajat di atas suhu rata-rata maksimum harian, dan sudah bertahan sekitar lebih dari lima hari.  

Peningkatan suhu tersebut teramati melanda mulai dari Jayapura, Papua (35,6 celcius), Surabaya, Jawa Timur (35,4 celcius), Palangka Raya, dan Kalimantan Tengah (35,3 celcius). Selain itu juga ada peningkatan di Pekanbaru- Melawi, Kalimantan Barat- Sabang, Aceh dan DKI Jakarta (34,4 celcius).

Meskipun mengalami peningkatan suhu, kondisi di Indonesia tidak sepanas negara-negara Asia lainnya seperti Myanmar, Thailand, India, Bangladesh, Nepal, dan China. Di negara-negara tersebut, suhu mencapai titik maksimal antara 41,9 dan 44,6 derajat Celcius.

Hal serupa juga terjadi di beberapa kota di negara tetangga seperti Malaysia (34,7 - 34,3 derajat Celcius) dan Filipina (39,6 - 36,5 derajat Celcius).

BMKG menjelaskan bahwa fenomena ini merupakan akibat dari adanya gerak semu matahari, dan potensi suhu panas seperti ini dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.

Editor: Safrezi

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...