10 Cerita Dongeng Pendek yang Mendidik, Cocok Sebagai Pengantar Tidur Anak


Saat ini, banyak orang tua memilih dongeng sebagai media pengantar tidur untuk anak dikarenakan sarat pesan moral sehingga bisa menanamkan nilai-nilai kebaikan sedini mungkin.
Selain itu, dongeng juga bisa menstimulasi perkembangan anak, mulai dari meningkatkan kemampuannya dalam mendengar, berbicara, menambah kosa kata, hingga mempererat hubungan antar orang tua dan anak.
Ada banyak dongeng yang bisa dibacakan untuk si kecil. Beberapa diantaranya cukup pendek sehingga si kecil tidak akan merasa jenuh ketika dibacakan dongeng tersebut.
Berikut di bawah ini beberapa cerita dongeng pendek yang bisa dibacakan untuk anak sebelum tidur.
Cerita Dongeng Pendek
Berikut ini sepuluh cerita dongeng pendek yang cocok dibacakan sebagai pengantar tidur anak karena sarat dengan nilai-nilai kebaikan.
1. Kancil dan Buaya
Alkisah, hiduplah seekor Kancil yang terkenal cerdik sedang berjalan di hutan dan merasa lapar. Di seberang sungai, terdapat ladang timun yang subur. Namun, sungai itu dipenuhi dengan buaya yang ganas.
Kancil berpikir cepat dan mendekati para buaya. "Hai buaya-buaya, aku diperintahkan Raja Hutan untuk menghitung jumlah kalian karena Raja ingin mengadakan pesta besar," kata Kancil dengan percaya diri. Buaya yang penasaran setuju dan berbaris di sepanjang sungai.
Kancil mulai melompati punggung buaya satu per satu sambil berpura-pura menghitung. Setelah sampai di seberang, Kancil tertawa, "Terima kasih, buaya-buaya! Kini aku bisa menikmati timun-timun ini." Buaya pun sadar bahwa mereka telah ditipu, namun sudah terlambat.
2. Anak Gembala dan Serigala
Dongeng yang berjudul "Anak Gembala dan Serigala" ini mengisahkan tentang anak gembala yang bekerja pada saudagar kaya raya.
Ia memiliki tugas untuk mengembala domba-dombanya. Anak gembala yang nakal saat itu merasa bosan dan ingin mengerjai orang-orang di desa.
Ia kemudian berteriak meminta tolong kalau ada serigala yang akan memangsa domba gembalaannya. Namun, saat warga desa datang dan hendak menolong, ia tertawa karena berhasil mengerjai orang-orang desa.
Hal ini tak hanya dilakukan sekali, tapi berkali-kali. Ini membuat orang desa tidak percaya lagi padanya.
Hingga suatu hari, ada serigala yang benar-benar datang dan saat ia meminta tolong, tidak ada warga yang menolongnya karena mengira ia berbohong lagi.
3. Angsa dan Telur Emas
Suatu hari, seorang petani membawa seekor angsa pulang ke rumahnya. Esoknya, angsa itu mengeluarkan telur emas.
"Angsa ajaib," kata petani. la segera membawa telur emas itu ke pedagang emas di pasar untuk mengetahui apakah telur tersebut benar-benar emas.
"Ini emas murni," kata pedagang emas. Pedagang tersebut membelinya dengan uang yang banyak. Sejak saat itu, angsa setiap hari mengeluarkan telur emas. Kini, petani telah memiliki selusin telur emas. Namun, petani itu masih belum puas.
"Aku akan kaya raya. Tapi, aku ingin angsa mengeluarkan lebih banyak telur emas setiap hari agar aku cepat kaya," kata petani.
Setelah angsa mengeluarkan telur emas yang banyak dalam sehari, petani masih belum puas juga.
"Angsa itu mengeluarkan banyak telur emas. Aku tidak akan menunggu besok. Aku ingin cepat kaya. Aku akan menyembelih angsa itu dan mengambil seluruh emas dalam tubuhnya," pikir petani.
Petani itu akhirnya menyembelih angsa, namun betapa kagetnya dia. Alih-alih menemukan banyak telur emas, justru dia tidak menemukan satupun di dalam tubuh angsa.
Kini, petani hanya bisa menyesal. Karena serakah, dia telah menyembelih angsa. Andai saja tidak menyembelih angsa itu, pasti masih bisa mendapatkan telur emas. Itulah akibat dari keserakahan.
4. Sangi Sang Pemburu
Pada zaman dahulu, terdapat seorang pemburu bernama Sangi yang tinggal di dekat sungai. Suatu hari, Sangi pergi berburu tapi kesal karena tidak menemukkan satu pun buruan. Sangi kemudian memilih beristirahat di sungai dan tidak sengaja melihat jejak babi hutan.
Dia mengikuti jejak tersebut dan melihat seekor babi hutan berada di mulut seekor naga. Sangi ketakutan dan bersembunyi di semak, tapi naga melihat Sangi dan naga berubah menjadi pria tampan.
Pemuda itu mendekati Sangi dan menyuruh Sangi memakan babi hutan tersebut. Meski kebingungan, Sangi kemudian mendekat babi hutan dan kaget ketika melihat dirinya mampu memakan babi hutan dengan mudah.
Sangi pun kemudian berlari ke saudara-saudaranya dan mengatakan bahwa dia melihat naga. Namun, setelah rahasianya dibeberkan oleh Sangi, Sangi kemudian dikutuk dan berubah menjadi naga.
5. Pencarian Keju Tikus
Tikus bangun pagi-pagi pada suatu pagi yang cerah. Dia sangat bersemangat. “Hari ini adalah hari saya menemukan keju emas” katanya.
Dia mengenakan topi kecilnya dan meraih ransel kecilnya. Tikus tinggal di sebuah lubang yang nyaman di gudang milik Petani Joe. Dia menyukai keju lebih dari apapun.
Suatu hari Nenek Tikus menceritakan sebuah kisah kepadanya. “Ada keju emas katanya Itu ajaib” Tikus harus berani untuk menemukannya.
Dia melambaikan tangan kepada teman-temannya. “Semoga beruntung, Tikus,” kata Burung dari pohon. “Hati-hati Tikus” teriak Tupai dari pagar.
Tikus berjalan menuju lapangan hijau yang luas. Dia melihat sebuah bukit tinggi di kejauhan. “Saya akan mulai dari sana,” kata Mouse.
Ketika Tikus sampai di bukit, ia menemukan sebuah batu besar. Dibawah batu itu ada kunci yang mengkilap. “Apa yang bisa dibuka dengan kunci ini?” tanya Tikus.
Dia melihat sebuah pintu kecil tersembunyi di lereng bukit dan menggunakan kunci untuk membuka pintu. Di dalam ruangan bersinar terang dan keemasan.
“Keju emas,” teriaknya kegirangan. Tikus menggigit kecil kejunya. Itu adalah keju terbaik yang pernah ada
Dia juga mengambil sebagian untuk teman-temannya. Tikus pulang ke rumah sambil tersenyum lebar. “Apakah kamu menemukannya?” tanya Burung dan Tupai.
“Ya, dan aku membawa sedikit untuk dibagi,” jawab Tikus. Mereka semua menikmati keju emas ajaib itu bersama-sama. Tikus merasa gembira dan bangga.
6. Batu Menangis
Di sebuah desa terpencil, hiduplah seorang janda tua bersama putrinya yang cantik bernama Darmi. Mereka tinggal di sebuah gubuk di pinggir desa.
Darmi memang memiliki kecantikan yang mempesona, tetapi sikapnya sangat buruk dan tidak menyenangkan. Setiap hari, Darmi menghabiskan waktu di kamarnya untuk berdandan dan tidak pernah membantu ibunya mengurus rumah. Kamarnya selalu berantakan, namun Darmi tidak peduli, yang penting baginya adalah penampilannya yang selalu sempurna.
Sementara itu, ibunya yang sudah tua terus bekerja keras untuk mendapatkan uang dengan melakukan berbagai pekerjaan halal demi memenuhi kebutuhan hidup mereka. Semua usaha tersebut hanya untuk Darmi, anak satu-satunya.
Darmi sering memperlakukan ibunya seperti seorang pembantu. Ketika ditanya siapa yang selalu bersamanya, Darmi sering menyebut ibunya sebagai "budaknya." Mendengar perlakuan tersebut, ibunya merasa sangat sakit hati dan berdoa.
Perlahan, Darmi berubah menjadi batu, terus-menerus menangis dan meminta maaf kepada ibunya, namun semua itu sudah terlambat. Kini, tubuhnya telah menjadi batu yang terus mengeluarkan air mata.
7. Si Kura-Kura yang Sombong
Dongeng pendek berjudul "Si Kura-Kura yang Sombong" mengisahkan tentang seorang kura-kura yang sangat pandai dan merasa angkuh akan keahliannya.
Kura-kura selalu merasa bahwa ia adalah hewan paling hebat dan paling pintar di hutan. Kura-kura itu suka memamerkan kecepatan dan kepintarannya kepada hewan-hewan lain.
Suatu hari, kura-kura sombong itu bertemu dengan kelinci yang juga tinggal di hutan. Si kura-kura menantang kelinci untuk berlomba lari, karena dia yakin bisa mengalahkan kelinci dengan mudah.
Kelinci setuju dengan tantangan itu dan mereka berdua mempersiapkan diri untuk lomba. Hari perlombaan tiba, dan semua hewan di hutan berkumpul untuk menyaksikan.
Tanda lomba diberikan, kelinci dengan cepat berlari menjauh dari kura-kura. Si kura-kura sombong itu hanya bisa melihat kelinci semakin menjauh dengan kecepatan yang luar biasa.
Sementara kura-kura berusaha keras untuk berlari secepat mungkin, dia tidak bisa mengejar kelinci.
Setelah lomba selesai, kelinci dengan mudah memenangkan perlombaan tersebut.
Hewan-hewan lain di hutan tertawa melihat si kura-kura sombong yang akhirnya menghadapi kenyataan bahwa kecepatannya tidak sebanding dengan kelinci.
Kura-kura sombong itu belajar pelajaran berharga. Dia menyadari bahwa sombong dan memamerkan diri tidak membawanya ke mana-mana. Kecerdasan dan kemampuan seseorang tidak boleh digunakan untuk merendahkan orang lain.
Dari hari itu, si kura-kura sombong itu menjadi lebih rendah hati dan belajar untuk menghargai kemampuan dan kecepatan hewan-hewan lain di hutan.
8. Beruang dan Lebah
Berkisah tentang seekor beruang yang tengah menjelajahi hutan untuk mencari makan. Di tengah pencarian, dia menemukan pohon tumbang, di mana terdapat sarang tempat lebah menyimpan madu.
Beruang itu mulai mengendus-endus dengan hati-hati di sekitar pohon tersebut untuk mencari tahu apakah lebah-lebah sedang berada dalam sarang tersebut. Bertepatan dengan itu, sekumpulan kecil lebah terbang pulang dengan membawa banyak madu.
Mengetahui sarangnya diusik, para lebah mendekati beruang dan menyengatnya dengan tajam lalu lari bersembunyi ke dalam lubang batang pohon. Seketika Beruang tersebut menjadi sangat marah, loncat ke atas batang yang tumbang tersebut dan dengan cakarnya menghancurkan sarang lebah.
Tetapi hal itu malah membuat seluruh kawanan lebah yang berada di dalam sarang keluar dan menyerang beruang. Beruang pun akhirnya lari terbirit-birit dan hanya dapat menyelamatkan dirinya dengan cara menyelam ke dalam air sungai.
9. Pasir dan Batu
Andi dan Budi sedang berjalan di padang pasir sambil berdebat dengan satu sama lain. Tiba-tiba Andi menampar Budi karena kesal dengannya. Bukannya marah, Budi justru menuliskan “Hari ini teman baikku menamparku” di tanah.
Mereka pun melanjutkan perjalanan dan menemukkan sebuah sumber air. Karena tergesa-gesa, Budi tergelincir dan hampir tenggelam, tetapi berhasil diselamatkan oleh Andi. Setelah diselamatkan, Budi menulis di batu “Hari ini teman baikku menyelamatkanku”.
Melihat kelakukan aneh Budi, Andi bertanya “Ketika aku menyakitimu kamu menulis di tanah, tapi ketika aku menyelamatkanmu kamu menulis di batu, kenapa?” Budi pun menjawab “Jika orang menyakitimu, kamu harus menulis di pasir agar angin menghapusnya dan kamu memaafkannya. Namun, ketika orang melakukan hal baik pada kita, kita harus mengukirnya di batu agar angin tidak menghapusnya dan perlakuannya selalu kita ingat”.
10. Ikan Koi yang Sombong
Di sebuah kolam yang jernih, hiduplah seekor ikan koi bernama Kila. Kila memiliki corak yang sangat indah. sisiknya berwarna emas dengan guratan merah seperti matahari terbit. Karena keindahannya, Kila sering kali merasa dirinya lebih hebat dari ikan-ikan koi lainnya di kolam itu.
"Lihatlah betapa cantiknya aku," kata Kila suatu hari kepada teman-temannya. "Sisikku berkilauan seperti harta karun. Tidak ada satu pun dari kalian yang bisa menandingiku!"
Koko, Rara, dan Ciko teman-temannya, hanya tersenyum mendengar ucapan Kila. Mereka tidak ingin bertengkar, meski dalam hati merasa sedih karena selalu diremehkan.
Suatu hari, Kila melihat sesuatu yang mengapung di atas kolam. Itu adalah biji dari tanaman liar yang jatuh ke dalam air. Bentuknya unik, dan Kila penasaran. "Pasti enak dimakan," pikirnya.
Tanpa berpikir panjang, Kila melahap biji itu. Awalnya tidak terjadi apa-apa, tetapi beberapa jam kemudian perut Kila mulai terasa sakit. Sisiknya yang berkilauan mulai memudar, dan tubuhnya terasa lemas. Kila tidak bisa berenang secepat biasanya.
"Kila, ada apa denganmu?" tanya Bima khawatir.
"Aku merasa sangat sakit," jawab Kila dengan suara lemah. "Aku tidak tahu kenapa."
Rara melihat sesuatu yang tersangkut di insang Kila. "Kila, kamu memakan sesuatu yang bukan makananmu, ya? Ini berbahaya!" katanya.
Meski pernah diremehkan, teman-teman koi lainnya tidak membiarkan Kila menderita. Mereka segera membantu Kila membersihkan insangnya dan mencarikan tanaman air yang bisa membantu memulihkan kesehatan Kila.
Selama berminggu-minggu, mereka menjaga Kila, memastikan ia makan dengan baik dan tidak terlalu banyak bergerak agar lekas sembuh.
Lama-kelamaan, Kila mulai pulih, meski sisiknya tidak seindah dulu. Ia merasa malu kepada teman-temannya. "Maafkan aku," kata Kila dengan tulus. "Aku sudah sombong dan sering meremehkan kalian. Tapi kalian tetap menolongku saat aku dalam kesulitan. Terima kasih."
"Kami adalah teman, Kila," jawab Ciko. "Tidak peduli bagaimana sikapmu sebelumnya, kami akan selalu membantumu."
Sejak hari itu, Kila berubah menjadi ikan koi yang rendah hati. Ia sadar bahwa keindahan sejati tidak hanya berasal dari luar, tetapi juga dari hati yang baik dan penuh syukur.
Itulah sepuluh cerita dongeng pendek mendidik dan penuh pesan yang bisa dibacakan sebagai pengantar tidur anak.