Kenali Penyebab Gangguan Tidur, IDI Kota Semarang Berikan Solusi Pengobatan

Uji Sukma Medianti
Oleh Uji Sukma Medianti - Tim Publikasi Katadata
22 Desember 2024, 18:33
Ilustrasi insomnia
unspalsh.com
Ilustrasi insomnia
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menurut informasi dari idikotasemarang.org, ada beberapa gangguan kesehatan yang tentu saja selalu terjadi pada setiap individu.

Salah satu yang paling umum adalah gangguan tidur. Prevalensi gangguan tidur di Indonesia cukup tinggi, dengan sekitar 67 persen orang yang mengalaminya. Insomnia adalah salah satu gangguan tidur yang paling umum terjadi di segala usia.

IDI merupakan singkatan dari Ikatan Dokter Indonesia. Organisasi ini merupakan wadah profesi bagi para dokter di Indonesia. IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Kota Semarang adalah organisasi profesi yang mewakili dokter di wilayah Semarang, Jawa Tengah. Ketua IDI Kota Semarang untuk periode 2022-2025 adalah dr. Sigid Kirana Lintang Bhima, Sp.FM(K).

IDI Kota Semarang menjadi wadah komunikasi dan pengembangan profesi bagi para dokter di daerah tersebut. Organisasi ini juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan dan mendukung program-program kesehatan masyarakat di Indonesia.

Saat ini IDI Kota Semarang saat ini melakukan penelitian lebih lanjut tentang penyebab mengapa masyarakat Indonesia banyak mengalami gangguan tidur. Sulit untuk tidur tentu sangat berisiko terhadap penyakit lainnya serta pengobatan yang tepat bagi penderitanya.

Apa Saja Jenis Gangguan Tidur yang Sering Dialami Remaja Maupun Orang Dewasa?

Dilansir dari laman https://idikotasemarang.org,  gangguan tidur adalah masalah yang umum dialami oleh remaja dan orang dewasa, dan dapat mempengaruhi kualitas hidup serta kesehatan secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa jenis gangguan tidur yang sering terjadi meliputi:

1. Insomnia

Salah satu jenis gangguan tidur yang paling umum adalah insomnia. kesulitan memulai tidur, kesulitan tidur kembali setelah terbangun, atau bangun lebih awal dari yang seharusnya Stres, kecemasan, atau kebiasaan tidur yang buruk dapat menyebabkan insomnia.

2. Sleep Apnea

Salah satu gangguan pernapasan yang terjadi saat tidur yang menyebabkan napas berhenti selama beberapa saat, membuat penderita mendengkur, dan merasa lelah saat bangun. Ini mungkin akibat dari obesitas atau masalah struktural pada saluran napas.

3. Hiperhidrosis Malam

Hiperhidrosis  adalah kondisi medis yang menyebabkan keringat berlebihan pada tubuh. Jenis sekundernya, yang baru dimulai saat seseorang sudah dewasa, sering menyebabkan keringat berlebihan saat tidur di malam hari.

4. Mimpi Buruk (Nightmares)

Mimpi buruk adalah mimpi yang menakutkan dan dapat menyebabkan penderita terbangun dengan rasa cemas atau ketakutan. Ini sering kali terkait dengan stres atau trauma.

5. Hypersomnia

Hypersomnia adalah kondisi di mana seseorang merasa sangat mengantuk di siang hari meskipun telah tidur cukup lama di malam hari. Ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk depresi atau gangguan tidur lainnya.

Apa Saja Obat yang Direkomendasikan untuk Penyakit Gangguan Tidur?

IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Kota Semarang melakukan penelitian lebih lanjut terkait beberapa penyakit gangguan tidur. Berikut adalah beberapa obat yang direkomendasikan untuk pengidap gangguan tidur meliputi:

1. Benzodiazepin

Benzodiazepin adalah obat penenang atau sedatif yang dapat membantu Anda tidur dan meningkatkan kualitas tidur Anda jika Anda mengalami gangguan tidur seperti insomnia.

2. Obat Non-benzodiazepin

Eszopiclone adalah salah satu obat dari kelompok obat yang dikenal sebagai depresan sistem saraf pusat (SSP), yang memperlambat sistem saraf Anda. Obat ini membantu Anda tidur lebih cepat dan tidur lebih banyak sepanjang malam, tetapi hanya jika Anda mampu tidur selama 7 hingga 8 jam.

3. Obat Tidur Baru

Obat tidur baru seperti Ramelteon dan Suvorexant. Obat ini Bekerja dengan menghalangi hormon yang meningkatkan kewaspadaan, efektif untuk mengobati insomnia.

Obat ini juga dapat mengatur siklus tidur-bangun dengan menargetkan reseptor melatonin di otak, ramelteon tidak menunjukkan risiko ketergantungan.

Sebelum menggunakan obat-obatan ini, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan rekomendasi dosis sesuai kebutuhan individu.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...