2 Contoh Khutbah Jumat Hari Santri Nasional 2024 Penuh Makna Sebagai Referensi

Destiara Anggita Putri
17 Oktober 2024, 15:50
Contoh Khutbah Jumat Hari Santri Nasional 2024
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Hari Santri Nasional diperingati setiap tanggal 22 Oktober. Untuk tahun ini, peringatan Hari Santri Nasional akan dilaksanakan pada Selasa, 22 Oktober 2024.

Adapun tema yang diusung Kementerian Agama Republik Indonesia untuk Hari Santri Nasional 2024 adalah "Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan".

Menjelang peringatan tersebut, khatib biasanya mulai menyampaikan khutbah jumat yang berkaitan dengan hari santri. Adapun tujuan dari penyampaikan khutbah ini yaitu menyampaikan pesan-pesan bertema santri untuk mengajak para pemuda turut membangun negeri.

Berikut di bawah ini beberapa contoh khutbah Jumat Hari Santri Nasional 2024 yang bisa dijadikan referensi.

Contoh Khutbah Jumat Hari Santri Nasional 2024

Berikut ini dua contoh khutbah Jumat dari berbagai sumber yang bisa dijadikan referensi untuk menyambut Hari Santri Nasional 2024 pada 22 Oktober mendatang. 

Ilustrasi Hari Santri
Contoh Khutbah Jumat Hari Santri Nasional 2024 (Unsplash/Mufid Majnun)

Contoh Khutbah Jumat 1: Semangat Menyambut Hari Santri Nasional 2024

Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

اَلْحَمْدُ لِلّٰه، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ، أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا

Hadirin, jemaah Jumat rahimakumullah,

Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Swt, Tuhan Sekalian Alam yang telah memberikan banyak kenikmatan. Tidak ada yang sanggup menolong kita dalam keadaan senang maupun susah, kecuali Allah Swt.

Dalam kesempatan penuh berkah ini, khotib akan menyampaikan khotbah tentang semangat menyambut Hari Santri Nasional 2024.

Hadirin, jemaah Jumat rahimakumullah,

Tinggal menghitung hari sebelum pelaksanaan peringatan Hari Santri Nasional 2024. Berkaitan itu, marilah kita sambut Hari Santri Nasional dengan semangat untuk lebih meningkatkan diri dalam belajar. Tugas pertama seorang santri adalah belajar, terutama memperdalam ilmu agama. Allah Swt. berfirman dalam Surah At-Taubah ayat 122 sebagai berikut:

۞ وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَاۤفَّةًۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَاۤىِٕفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْٓا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ ࣖ

Arab Latinnya:

Wa mā kānal-mu'minūna liyanfirū kāffah(tan), falau lā nafara min kulli firqatim minhum ṭā'ifatul liyatafaqqahū fid-dīni wa liyunżirū qaumahum iżā raja‘ū ilaihim la‘allahum yaḥżarūn(a).

Artinya:

"Tidak sepatutnya orang-orang mukmin pergi semuanya [ke medan perang]. Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi [tinggal bersama Rasulullah] untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya?" (QS. At-Taubah [9]: 122).

Selain mencari dan menerima, santri harus tergugah hatinya untuk mengamalkan ilmu terlebih menyampaikan kepada umat perihal agama. Santri memiliki tugas untuk membimbing masyarakat untuk senantiasa berada di jalan yang diridai. Allah Swt. berfirman dalam Surah An-Nahl ayat 125 sebagai berikut:

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

Arab Latinnya:

Ud‘u ilā sabīli rabbika bil-ḥikmati wal-mau‘iẓatil-ḥasanati wa jādilhum bil-latī hiya aḥsan(u), inna rabbaka huwa a‘lamu biman ḍalla ‘an sabīlihī wa huwa a‘lamu bil-muhtadīn(a).

Artinya:

"Serulah [manusia] ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia [pula] yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk,"(QS. An-Nahl [16]: 125).

Hadirin, jemaah Jumat rahimakumullah,

Tidak hanya menyampaikan ilmu, santri juga harus memberikan contoh-contoh konkret mengenai akhlak yang terpuji. Akhlak yang baik merupakan tanda seseorang beriman dengan benar. Dalam sebuah riwayat hadis, Rasulullah Saw. bersabda mengenai pentingnya akhlak sebagai berikut:

أَكْمَلُ المُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

Arab Latinnya:

Akmalul mukminiina iimaanan ahsanuhun khuluqaan.

Artinya:

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya,” (HR. Tirmidzi No. 1162).

Hadirin, jemaah Jumat rahimakumullah,

Hari Santri merupakan peringatan untuk mengenang semangat jihad yang dilakukan para santri dan kiai dalam melawan penjajah di masa lalu.

Kendati masa-masa perlawanan di atas telah berlalu, semangat jihad harus tetap didendangkan dan diamalkan. Sebab jihad tidak hanya melawan penjajah, namun membangun diri hingga bangsa serta negara Indonesia termasuk di dalamnya.

Jihad tetap dapat dilakukan dalam berbagai hal di masa kini. Santri pertama dapat ikut andil dalam menumbuhkan rasa toleransi serta menjaga kerukunan atas keberagaman di tanah air mulai suku, bahasa, tradisi, dan sebagainnya.

Jemaah Jumat rahimakumullah,

Demikianlah khotbah tentang semangat menyambut Hari Santri Nasional 2024. Semoga apa yang telah disampaikan memberikan manfaat bagi kita semua. Terlebih, Allah Swt. menjadi rida atas segala amalan yang kita perbuat. Aamiin allahumma aamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Contoh Khutbah Jumat 2: Hari Santri Nasional dan Semangat Kebangsaan

Khutbah I 

الحمد للهِ الّذي خلق الخلقَ وقدّر الأشيآء، واصطفى من عباده الرُّسُلَ والأنبيآءَ والأوليآء, وأنعم هذا البلادَ إندونيسيا بوجود جمعية نهضةِ العلمآء, فامتدّتْ بها رايةُ الحمرآءِ والبيضآءِ في السمآء، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وتعالى بِمَا هُوَ لَهُ أَهْلٌ مِنَ الحَمْدِ وَأُثْنِي عَلَيْهِ، وَأُومِنُ بِهِ وَأَتَوَكَّلُ عليه، من يهده الله فلا مضلّ له ومن يضلله فلا هادي له، أشهد أن لا إله إلاّ الله وحده لا شريك له، وأشهد أنّ سيّدَنا محمّدا عبدُه ورسولُه لا نبيَّ ولا رسولَ بعده، أَنزَل عليه رَبُّه القرآنَ المبينَ, هدًى ونورًا للمؤمنين، وجعَل رسالتَه رحمةً للعالمين، صلّى الله وسلَّم عليه وعلى سائر الأنبياء والمرسلين, وآل كلٍّ والصحابة والتابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين. أمّا بعد, فيا عبادَ الله أُوصِيكم ونفسي بتقوى الله وطاعتِه لعلّكم تُفلِحون. 

Hadirin sidang Jum’ah yang dirahmati Allah, 

Mengawali khutbah siang hari ini, marilah kita memanjatkan puji dan rasa syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya yang sedetik pun tak pernah berhenti kita rasakan. Kebaikan dan kasih sayang-Nya senantiasa mengalir kepada kita, mengiringi tiap hembusan nafas dan langkah kaki kita menapaki roda kehidupan. 

Dan setiap saat, nikmat itu terus bertambah, nikmat yang satu, yang kadang sama sekali belum sempat kita syukuri, sudah disusul dengan nikmat lainnya tanpa mungkin bisa kita hitung jumlahnya. 

Sebagaimana hal ini digambarkan dalam firman Allah: “wa in ta’udduu ni’mata L-laahi laa tuhshuuhaa” (seandainya kalian diminta untuk menghitung berapa banyak jumlah nikmat Allah itu, niscaya kalian tidak akan pernah sanggup menghitungnya). 

Dan sebagai wujud rasa syukur itu, marilah kita terus berupaya meningkatkan kualitas taqwa kita kepada Allah SWT, dengan cara imtitsaalu awaamirillahi wa(i)jtinaabu nawaahihi (mematuhi segala perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya). Sayyiduna Ali bin Abi Thalib pernah menyatakan bahwa salah satu ciri prilaku taqwa adalah: 

 الخوف من الجليل ، والعمل بالتنزيل ، والرضا بالقليل ، والاستعداد ليوم الرحيل 

(Takut akan siksa yang dan kemurkaan Dzat Yang Maha Mulia (Allah SWT), mengamalkan ajaran atau perintah yang telah diturunkan oleh Allah, ridho atau “nrimo” atas segala anugerah Allah meskipun sedikit, dan mempersiapkan diri dengan amal sholeh untuk menghadapi saat hari kematian tiba).     

Tak lupa, shalawat dan salam semoga tetap tersampaikan kepada junjungan alam, baginda Nabi Agung Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya, serta seluruh pengikutnya, termasuk kita semua selaku ummatnya.  

Jama’ah Jum’at rahimakumullah, 

Seiring momentum Hari Santri Nasional yang besok akan kita peringati, tepatnya pada tanggal 22 Oktober, marilah kita memperkokoh kembali pemahaman kita tentang makna ukhuwah wathaniyah, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari ajaran agama. 

Karena, sebagaimana dinyatakan oleh Ketua Umum PBNU yang lalu (Prof. Dr. KH. Sa'id 'Aqil Siradj), menjaga tali ukhuwah wathaniyah (soliditas berbangsa dan bernegara) bahkan harus lebih diprioritaskan ketimbang sebatas ukhuwah Islamiyah. 

Sebab, melalui ikatan ukhuwwah wathaniyah yang kuat, akan tumbuh semangat kebangsaan, jiwa patriotisme dan rasa cinta terhadap tanah air, yang pada gilirannya akan memompa semangat kita melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan tanah air itu dari berbagai ancaman, baik yang datang dari luar maupun dari dalam. 

Semangat inilah yang dulu digelorakan oleh Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari pada tanggal 22 Oktober 1945, bersama para ulama, kiai dan kaum santri seantero Jawa dan Madura, melalui dikeluarkannya fatwa “Resolusi Jihad" yang mendorong terjadinya perang besar di Surabaya pada tanggal 10 November 1945. 

Semua itu dilakukan demi membela kedaulatan negara dari ancaman pasukan gabungan Inggris dan Belanda, yang berupaya menjajah kembali bangsa kita yang baru 3 bulan merdeka. Hingga alhamdulillah, atas kuasa dan pertolongan Allah, fatwa "Resolusi Jihad" yang diusung oleh para kiai dan santri dapat membuahkan hasil yang gemilang, meski harus ditebus dengan ribuan nyawa dari kalangan santri yang gugur di medan perang. 

Dalam catatan sejarah, dikatakan bahwa di antara tokoh penting yang turut mensukseskan pertempuran di Surabaya, sekaligus menjadi tokoh kunci yang menjadi alasan mengapa perang itu dilakukan di tanggal 10 November, yang hingga sekarang diperingati sebagai Hari Pahlawan,  adalah almaghfurlah Kiai Amin Sepuh Babakan dan Kiai Abbas Buntet, yang oleh Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari disebut sebagai “Singa dari Jawa Barat”.     

Hadirin yang dirahmati Allah, 

Semua itu tak lepas dari kegigihan, do’a dan keikhlasan para kiai dan santri, dibantu berbagai elemen masyarakat lainnya, sebagai wujud kecintaan mereka kepada bangsa ini, sekaligus pengamalan mereka terhadap ajaran agama, sebagaimana hal ini difatwakan oleh Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari, ketika menjawab pertanyaan Bung Karno yang menanyakan perihal hukum mencintai bangsa dan tanah air. 

Beliau dengan tegas mengatakan: “hubbul wathan minal iman” (bahwa cinta terhadap bangsa dan tanah air adalah bagian dari iman). Karena tanpa memiliki tanah air, atau menjadi sebuah bangsa yang kuat dan berdaulat, akan sulit rasanya bagi kita sebagai umat, dapat mengamalkan ajaran agama secara damai dan aman. Dengan kata lain, untuk memelihara iman itu sangat dibutuhkan rasa aman. Hadirin sidang Jum’ah yang dirahmati Allah, Terkait makna tanah air yang dalam bahasa Arab disebut “al-wathan”, Syaikh Ali al-Jurjani, dalam kitabnya at-Ta’rifat, ia menjelaskan: 

 الوطن هو مولد الرجل والبلد الذي هو فيه

 “Tanah air adalah tempat kelahiran seseorang dan negeri di mana ia tinggal di dalamnya”. (Lihat: Ali bin Muhammad bin Ali Al-Jurjani, At-Ta`rifat, Beirut, Darul Kitab Al-‘Arabi, cet ke-1, 1405 H, halaman 327). 

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW pun pernah mengungkapkan rasa cintanya kepada tanah air yang merupakan tempat kelahiran beliau, yaitu negeri Mekkah. Hal ini bisa kita ketahui dari riwayat Imam Ibnu Hibban yang bersumber dari penuturan Abdullah Ibnu Abbas RA, bahwa Nabi pernah bersabda:  

مَا أَطْيَبَكِ مِنْ بَلْدَةٍ وأَحَبَّكِ إِلَيَّ, وَلَوْلاَ أَنَّ قَوْمِيْ أَخْرَجُوْنِيْ مِنْكِ مَا سَكَنْتُ غَيْرَكِ  

“Alangkah baiknya engkau (wahai Mekkah) sebagai sebuah negeri dan engkau merupakan negeri yang amat aku cintai. Seandainya kaumku tidak mengusirku darimu, niscaya aku tidak akan tinggal di negeri selainmu”. 
Jama’ah sekalian yang dirahmati Allah, 

Demikian pentingnya tanah air ini, dalam pepatah Arab dikatakan: 

 من ليس له أرض ليس له تاريخ, ومن ليس له تاريخ ليس له ذاكرة. 

"Barang siapa tidak memiliki tanah air, ia tidak memiliki sejarah. Dan barang siapa yang tidak memiliki sejarah, maka ia akan terlupakan.” 

Dalam pepatah Arab yang lain juga dikatakan:

 لو ضاع منك الذهب, في سوق الذهب تلقاه. لو ضاع منك الحبيب, يمكن في سنة أو سنتين تنساه. لكن لو ضاع منك الوطن, آه يا وطن وينك تلقاه.

 “Jika engkau kehilangan emas, di pasar emas kan kau dapatkan gantinya. Jika engkau kehilangan kekasih, mungkin setahun – dua tahun kau bisa melupakannya. Namun jika engkau kehilangan tanah air, maka dari mana kau kan temukan gantinya?!”. 

Maka, adalah fenomena yang memprihatinkan, apabila hingga saat ini di kalangan sebagian kelompok masih kerap muncul pandangan keliru yang mempertentangkan antara kecintaan terhadap bangsa dan tanah air dengan agama. 

Bahkan, tak jarang sebagian dari mereka secara terang-terangan menolak konsep nasionalisme atau kebangsaan karena menganggapnya bukan bagian dari ajaran agama.  

Jama’ah sekalian yang dirahmati Allah, 

Semua uraian di atas menegaskan kepada kita, bahwa pemahaman keislaman dan kebangsaan haruslah kita pahami secara selaras dalam kerangka ukhuwwah wathaniyah, yakni menjaga loyalitas dan soliditas kebangsaan meski di tengah banyaknya perbedaan atau kebhinekaan. 

Karena perbedaan adalah sunnatullah dan bukan merupakan sesuatu yang dilarang, karena yang dilarang adalah pertikaian dan permusuhan. Dengan bekal pemahaman seperti inilah ajaran Islam akan benar-benar mewujud menjadi rahmat bagi seluruh alam, dan negeri yang kita cintai ini pun tentunya diharapkan benar-benar menjadi negeri "Darus Salam" yang selalu penuh kedamaian, menjadi negeri yang senantiasa aman dan masyarakatnya penuh iman, sebagaimana diistilahkan oleh al-Qur’an: baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.   

Kemudian yang terakhir, sebagai penutup khutbah siang hari ini, sebagai bangsa yang besar, ada 2 (dua) hal yang harus selalu kita ingat, sebagaimana disimbolkan dalam akronim 2 kata JAS, yaitu: JAS MERAH dan JAS HIJAU. 

JAS MERAH artinya “JAngan Sekali-kali MElupakan SejaRAH”, dan JAS HIJAU artinya “JAngan Sekali-kali HIlangkan JAsa Ulama”. Selamat Hari Santri Nasional 22 Oktober 2022, “Santri Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan.” 

Demikian khutbah ini kami sampaikan. Semoga bermanfaat bagi kita sekalian. 

 أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. أدع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن... وقال تعالى: ومآ أرسلناك إلا رحمة للعالمين. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. 

Khutbah II

 الحمد لله الذي نزَّل الفرقانَ على عبده لِيكونَ للعالمين نذيرًا. الذي له ملكُ السموات والأرضِ وخلقَ كلَّ شيء فقَدّره تقديرًا. خلق الإنسانَ مِن نطفةٍ أمشاجٍ يَبتَلِيهِ فجعَله سميعًا بصيرًا. ثمّ هَداه السبيلَ إمّا شاكرًا وإمّا كفورًا. فمَن شكَر كان جزاؤُه جنّةً وحَريرًا ونعيمًا ومُلكًا كبيرًا. ومَن كفَر لَم يَجدْ له من دون الله وليًّا ولا نصيرًا. نحمدُه تبارك وتعالى حمدًا كثيرًا، ونعوذ بنور وجهِه الكريم مِن يومٍ كان شرُّه مُستطيرًا. ونسألُه أن يُلقِّينا يومَ الحَشْر نَضرَةً وسُرورًا. أشهد أن لا إله إلا الله شهادةً تجعلُ الظُّلمةَ نورًا. وأشهد أنّ سيّدنا محمدًا عبدُه المُرْسَلُ مبشِّرًا ونذيرًا. وداعيًا إلى الله بإذنه وسراجًا منيرًا. اللهم صلِّ وسلِّم وبارك على سيّدنا محمد وعلى آله وأصحابه وجميع أُمّته عدد أنفاس مخلوقاتك شهيقًا وزفيرًا. أمّا بعد، فيا أيّها المسلمون رحمكم الله، أوصيني نفسي وإيّاكم بتقوى الله وطاعته لعلّكم تُفلِحون. واعلموا أنَّ الله أمَركم بأمرٍ بدأ فيه بنفسه وثـنّى بملآئكته بقدسه, وقال تعالى: إنَّ الله وملآئكته يصلّون على النبى يآأيها الذين آمنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما. اللهمّ صلّ على سيدنا محمد وعلى أنبيآئك ورُسُلِك وملآئكتِك المقرّبين, وارضَ اللهمّ عن الخلفاء الراشدين أبي بكر وعمر وعثمان وعليّ وعن بقيّة الصحابة والتابعين وتابعي التابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين, وارض عنّا معهم برحمتك ياأرحم الراحمين.  اللّهمّ اغفر للمؤمنين والمؤمنات، والمسلمين والمسلمات، الأَحياءِ منهم والأَمواتِ، إِنّك سميعٌ قريبٌ مُجِيبُ الدّعَوات. اللهم اختم لنا بالإسلام واختم لنا بالإيمان واختم لنا بحسن الخاتمة ولا تَختِم علينا بسوء الخاتمة. اللهمّ إنّا استودعناك هذه القرية وبلادَ إندونيسيا أهلَها كبارَها وصغارها رجالها ونساءها بجودك وكرمك يا أكرم الأكرمين. ربّنا آتنا في الدّنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النّار. فيا عباد الله، إنّ الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلّكم تذكّرون. فاذكروا الله العظيم يذكركم واشكروه على نعمه يزدكم ولذكرالله اكبر.

Itulah dua contoh khutbah Jumat Hari Santri Nasional 2024 penuh makna yang bisa dijadikan referensi.

Editor: Safrezi

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...