Rangkaian Kegiatan Pers Nasional hingga Mengenang Bapak Pers Nasional
Hari Pers Nasional diperingati setiap tanggal 9 Februari. Peringatan Hari Pers Nasional juga bersamaan dengan hari ulang tahun organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 5 tahun 1985 pada 9 Februari 1946.
Dewan Pers kemudian menetapkan Hari Pers Nasional diselenggarakan setiap tahun. Kebijakan ini berdasarkan keputusan Dewan Pers di Ambon pada 11 - 13 Oktober 1985. Hari Pers Nasional menjadi kegiatan tahunan masyarakat, pers, dan pemerintah.
Pengertian Pers
Kata pers secara etimologi berasal dari bahasa Belanda Pers atau Press (Inggris). Dalam bahasa latin, pressare dari kata premere yang berarti tekan atau cetak. Pengertian pers secara etimologi adalah media massa cetak atau media cetak.
Mengutip dari Semarangkota.go.id, Pers diatur dalam Undang-undang pers no. 40 tahun 1999. Isi undang-undang menjelaskan pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik. Kegiatan termasuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi tulisan, suara, dan suara gambar.
Informasi tersebut berdasarkan data dan grafik yang dibagikan melalui media cetak, elektronik, dan saluran media lainnya. Pers berperan sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, lembaga ekonomi, dan kontrol sosial.
Menurut Harold D. Lasswell dan Charles R. Wright, sebagai ahli komunikasi media massa membagi 3 fungsi pers. Fungsi pertama, pers sebagai alat pengamat sosial untuk mengumpulkan dan menyebarkan informasi terkait suatu peristiwa. Fungsi kedua pers sebagai alat sosialisasi mengenai nilai sosial dan mewariskannya ke generasi selanjutnya. Fungsi ketiga pers sebagai alat korelasi sosial pemersatu kelompok sosial di masyarakat.
Kegiatan Pers Nasional
Kegiatan Hari Pers Nasional bertujuan untuk peringatan dan menyemarakkan acara. Berikut contoh kegiatan Pers Nasional yang diselenggarakan:
- Pameran pers dan media yang diikuti oleh seluruh pers nasional, masyarakat, pemerintah dan pendukung lainnya
- Konvensi Nasional Media Massa
- Penyerahan anugerah jurnalistik dan pers
- Bakti sosial
- Hiburan Masyarakat
- Donasi untuk masyarakat yang membutuhkan
- Seminar dan Workshop
Bapak Pers Nasional
Pada 9 Februari 1946 dibentuk organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, wartawan menjadi aktivis pers dan politik.
Mengutip dari Indonesia baik.id, tokoh perintis pers nasional adalah Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo. Beliau disebut sebagai Bapak Pers Nasional karena berjasa merintis jurnalistik nasional. Tirto Adi Suryo lahir di Blora pada 1880, kemudian tinggal di Bandung, Jawa Barat.
Tirto Adi Suryo ditetapkan sebagai pahlawan Nasional pada 10 November 2016. Beliau tercatat sebagai pribumi pertama yang mengelola dan mendirikan lembaga pers pribumi pertama tahun 1905. Tirto Adi Suryo memimpin surat kabar Soenda Berita tahun 1903 sampai 1905. Soenda Berita adalah surat kabar pertama yang dikelola langsung oleh pribumi. Setelah itu Tirto Adi Suryo mendirikan surat kabar Medan Prijaji tahun 1909.
Tak hanya itu, Tirto Adi Suryo juga memiliki kontribusi besar pada pers Indonesia. Mengutip Radenintan.ac.id, Tirto Adi Suryo mendirikan koran nasional pertama di Indonesia sebagai pribumi. Dia juga menerbitkan surat kabar di Bandung, seperti Soenda Berita (1903-1905), Medan Prijaji (1907), dan Putri Hindia (1908).
Adapun peran dari kehadiran surat kabar tersebut, untuk menyuarakan permasalahan rakyat Indonesia. Namun, respons yang diberikan kepada Tirto tak begitu baik. Akibat isi tulisannya di surat kabar, Tirto Adi dibuang selama dua bulan ke Lampung.
Selama perjalannya membangun pers Indonesia, Tirto Adi juga mendirikan organisasi Sarekat Dagang Islam di Surakarta bersama Haji Samanhudi. Organisasi tersebut bergerak di bidang perdagangan.
Dia juga dikenal berani menyampaikan kritikan terhadap kolonialisme. Namun, beliau kemudian diasingkan ke kawasan Pulau Bacan, Halmahera selama enam bulan. Akibat hukuman pengasingan ini, Tirto Adi tutup usia pada 7 Desember 1918.