4 Penyebab Keruntuhan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai terletak di Aceh. Pada masa kejayaannya, Kerajaan ini sempat menjadi pusat dari perdagangan mancanegara. Bahkan Kerajaan Samudera Pasai memegang peran penting dalam penyebaran agama Islam di Nusantara, maupun di kawasan Asia Tenggara.
Mengutip laman Acehprov.go.id, Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan Samudra Pasai didirikan oleh Meurah Silu pada 1267 M.
Keruntuhan Samudera Pasai
Dikutip dari buku Tinggalan Sejarah Samudra Pasai (2014) oleh CISAH, pada masa kejayaannya, Samudera Pasai mengeluarkan mata uang emas yang disebut dirham. Uang tersebut digunakan sebagai uang resmi kerajaan. Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga pusat perkembangan Agama Islam.
Kerajaan Samudera Pasai memiliki pengaruh di pelabuhan-pelabuhan penting di Pidie, Perlak, dan lain-lain. Keruntuhan Samudera Pasai dimulai saat tahta Sultan Zainal Abidin berhasil direbut. Berikut penyebab keruntuhan Samudera Pasai.
Konflik keluarga
Penyebab keruntuhan Kerajaan Samudera Pasai dipengaruhi dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor internal penyebab runtuhnya Kerajaan Samudera Pasai adalah adanya konflik keluarga kerajaan yang mulai terjadi pada akhir abad ke-14.
Buntut dari konflik ini adalah perang saudara dan perebutan kekuasaan di dalam istana. Untuk menyelesaikan konflik, Sultan Pasai mencari bantuan ke Kerajaan Malaka yang awalnya membuahkan hasil. Akan tetapi, bantuan dari Kerajaan Malaka ini pada akhirnya membawa dampak lain yang membuat Kerajaan Samudera Pasai semakin dekat pada keruntuhannya.
Berdirinya Kesultanan Malaka
Kerajaan Malaka berdiri pada awal abad ke-15 yang membuat munculnya pusat politik dan perdagangan baru di Malaka yang lokasinya lebih strategis dibanding Samudera Pasai. Hal ini juga yang membuat Kerajaan Samudera Pasai perlahan-lahan mulai mengalami keruntuhan.
Seiring berjalannya waktu, keberadaan Samudera Pasai di kawasan Malaka mulai melemah akibat dominasi sektor perdagangan Kerajaan Malaka di wilayah tersebut.
Diserang Portugis
Salah satu penyebab keruntuhan Samudera Pasai adalah penyerangan Portugis pada abad ke 16. Pada 1511, Portugis yang dipimpin oleh Alfonso de Albequerque menyerang Malaka dengan membawa kekuatan 15 kapal dan 16.000 pasukan.
Setelah berhasil menaklukkan Malaka, Portugis mulai menguasai wilayah-wilayah strategis yang menjadi pusat perdagangan di kawasan Selat Malaka, termasuk Samudera Pasai.
Lama kelamaan, Portugis pun menguasai sebagian besar wilayah Samudera Pasai yang menandai runtuhnya kerajaan. Wilayah Kerajaan Samudera Pasai yang sudah runtuh karena diserang Portugis jatuh ke tangan Kesultanan Aceh.
Diserang Majapahit
Faktor eksternal yang menjadi penyebab keruntuhan Samudera Pasai runtuh adalah serangan dari Kerajaan Majapahit dari Jawa Timur. Samudera Pasai yang berhasil menjadi pusat perdagangan strategis di Selat Malaka.
Akhirnya membuat Kerajaan Majapahit berambisi untuk menyatukan Nusantara dengan cara menyerang Kerajaan Samudera Pasai. Selain itu, serangan Majapahit terhadap Samudera Pasai juga didorong oleh adanya perlakuan yang tidak pantas dari Sultan Ahmad Malik Az Zahir terhada putri Majapahit, Raden Galuh Gemerancang.
Alhasil, pada 1345-1350, Mahapatih Gajah Mada diperintah oleh Raja Majapahit, Hayam Wuruk, untuk menyerang Kerajaan Samudera Pasai. Awalnya, Majapahit hanya menyerang pada perbatasan Perlak, tetapi mereka gagal karena wilayah itu dijaga ketat oleh pihak Samudera Pasai.
Akibatnya, Gajah Mada memilih mundur terlebih dulu sembari mencari strategi baru untuk menyerang Samudera Pasai dari dua arah, yakni darat dan laut. Serangan darat yang dilakukan Majapahit juga gagal, tetapi mereka berhasil membawa masuk pasukan ke dalam istana setelah menginvasi lewat laut.
Serangan Majapahit ini pun membuat Kerajaan Samudera Pasai mulai mengalami kemunduran.
Raja Kerajaan Samudera Pasai
Penguasa Samudera Pasai terus berganti hingga 1517 Masehi, berikut daftar Raja Kerajaan Samudera Pasai:
- Sultan Malik al-Saleh atau Meurah Silu (1267-1297)
- Sultan Malik az-Zahir (1297-1326)
- Sultan Ahmad I (periode 1326)
- Sultan al-Malik az-Zahir II (periode 1349)
- Sultan Zainal Abidin I (1349-1406)
- Sultan Malikah Nahrasiyah (1406-1428)
- Sultan Zainal Abidin II (1428-1438)
- Sultan Shalahuddin (1438-1462)
- Sultan Ahmad II (1462-1464)
- Sultan Abu Zaid Ahmad III (1464-1466)
- Sultan Ahmad IV (1466-1466)
- Sultan Mahmud (1466-1468)
- Sultan Zainal Abidin III (1468-1474)
- Sultan Muhammad Syah II (1474-1495)
- Sultan Al-Kamil (1495-1495)
- Sultan Adlullah (1495-1506)
- Sultan Muhammad Syah III (1506-1507)
- Sultan Abdullah (1507-1509)
- Sultan Ahmad V (1509-1514)
- Sultan Zainal Abidin IV (1514-1517).
Masa Kejayaan Samudera Pasai
Masa kejayaan Samudera Pasai terjadi pada kepemimpinan Sultan al-Malik Zahir II. Dalam kepemimpinannya, Wilayah Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan. Sehingga banyak saudagar dari penjuru dunia, seperti India, Siam, Arab hingga Cina datang untuk berniaga ke Pasai.
Lintas perdagangan di Pasai yang berkembang pesat saat itu juga membuat Kesultanan Samudera Pasai merilis mata uang emas yang disebut dirham untuk digunakan secara resmi.
Selain menjadi kawasan tersibuk, Kerajaan Samudera Pasai juga menjadi tempat dakwah penyebaran agama Islam, sekaligus pusat perkembangannya. Walau sempat mendapat serangan dari Kerajaan Majapahit, Samudera Pasai mampu meraih kembali masa keemasannya pada pemerintahan Sultan Malikah Nahrasiyah.
Pada masa kejayaannya, Samudera Pasai menjadi salah satu pusat perdagangan yang cukup penting di Asia. Letaknya yang strategis membuat wilayah kerajaan ini sering dikunjungi para saudagar dari berbagai negara, seperti Cina, India, Siam, Arab, dan Persia.