Sinopsis In The Name of God: A Holy Betrayal, Ceritakan Kultus Sesat

Ghina Aulia
6 Maret 2023, 14:25
Sinopsis In the Name of God (2023).
netflix
In the Name of God (2023).

In the Name of God: A Holy Betrayal merupakan serial dokumenter yang digarap oleh Cho Seong Hyun, bersama stasiun televisi MBC. Selain itu, tontonan ini juga tayang di platform streaming Netflix.

Seperti dokumenter pada umumnya, film ini diambil dari kisah nyata. Berdasarkan klaimnya, sejumlah narasumber yang diwawancarai merupakan orang asli. Namun, sebagian juga merupakan aktor karena mempertimbangkan masalah privasi.

Rilis pada 3 Maret 2023 lalu, In the Name of God cukup menyita perhatian sejumlah penggemar drama dan film Korea Selatan. Pasca tayang, tak sedikit warganet yang mengulasnya.

In the Name of God: A Holy Betrayal bercerita tentang empat kultus atau sekte sesat yang pernah berdiri di Korea Selatan. Sebagian darinya juga ada yang masih beroperasi hingga sekarang. Bahkan, ketua dari kultus tersebut juga ada yang masih bebas berkeliaran. Namun, salah satu kasusnya masih bergulir di pengadilan.

Terkait dengan itu, kami akan mengulas tentang sinopsis In the Name of God: A Holy Betrayal. Berikut pembahasannya.

Sinopsis In the Name of God: A Holy Betrayal

Film ini terdiri atas delapan episode, di mana sebagian episode menceritakan tentang satu persatu sekte sesat tersebut. Di antaranya adalah JMS, Lima Samudra, Taman Bayi (Baby Garden), dan Gereja Manmin. Masing-masing dipimpin oleh ketua kultus dengan kekejamannya memperlakukan pengikut.

Pada episode pertama, sinopsis In the Name of God A Holy Betrayal bercerita tentang gereja milik Jeong Myeong Seok. Secara gamblang, dia mengklaim dirinya sebagai Mesias atau Juru Selamat (dunia) yang sepatutnya diimani.

Sinopsis In the Name of God: JMS

Jesus Morning Star (JMS) merupakan kultus yang didirkan oleh pria bernama Jeong Myeong-seok. Dia biasa melakukan khutbah secara langsung maupun melalui siaran televisi, serta meminta pengikutnya yang ingin melihat sosok Tuhan, sebaiknya melihat diri JMS.

Masalah bermula ketika JMS memiliki kebiasaan untuk menggaet gadis-gadis dengan kriteria tertentu. Berdasarkan wawancara dengan narasumber yang pernah menjadi pengikut JMS, pria tersebut menyukai wanita dengan tinggi di atas 170 sentimeter dan berat badan ideal.

JMS menjadi sosok yang dikagumi oleh pengikutnya. Tak sedikit juga dari mereka yang mengabdikan hidup kepada gereja yang dibangun JMS.

Salah satu narasumber yang melaporkannya adalah, wanita bernama Maple yang bergabung beberapa tahun belakangan. Bahkan, ia menjadi pengikut sejak JMS masuk penjara karena kasus pelecehan pertamanya.

Namun, Maple justru mengindahkan dan seakan-akan tidak mengetahui hal tersebut. Ia justru mengagumi JMS layaknya seorang Tuhan. Menurutnya, adalah sebuah keberuntungan untuk bisa berinteraksi langsung dengan sosok Mesias.

Pasca 10 tahun pasca masa tahanan, JMS resmi dibebaskan. Demikian juga dengan gerejanya yang tetap beroperasi seperti biasa.

Maple langsung mencuri perhatian JMS. Pada awalnya, Maple merasa biasa saja dan tetap segan dengan JMS sebagai pemuka agama. Namun, hal aneh dirasakannya ketika JMS mengajaknya tidur di malam hari. Tidak merasa aman, Maple justru dilecehkan secara seksual oleh JMS.

Maple mengaku bahwa JMS memainkan jarinya di kemaluan Maple. Dirinya juga tidak mendapatkan pertolongan dari orang-orang di sekitar.

Maple harus menahannya sendirian, sebelum secara resmi melaporkan kasus tersebut. Hingga suatu waktu, ia melaksanakan konferensi pers pada 2022.

Pada 1999, JMS sempat ditahan selama sepuluh tahun di penjara. Salah satu yang menentang keras kepemimpinan JMS adalah Kim Do Hyeong yang sempat menjadi pengikutnya.

Ia turun langsung untuk meringkus JMS di Hong Kong yang saat itu tengah ‘bermain’ dengan wanita-wanitanya di kelambu yang ada di belakang hunian mereka.

JMS dilaporkan meniduri banyak wanita dari pengikutnya setiap malam. Hanya untuk ‘menandai,’ JMS menyebut wanita tersebut sebagai mempelai wanita sang Mesias.

Sinopsis In the Name of God: Lima Samudra oleh Park Sun Ja

Lima Samudra merupakan perusahaan kerajinan dengan skala cukup besar. Selain itu, tempat produksi ini juga sudah biasa menerima penghargaan dari pemerintah. Diketahui bahwa Oh Daeyang atau Lima Samudra dipimpin oleh perempuan paruh baya bernama Park Sun Ja.

Lima Samudra juga memiliki yayasan yang menampung sejumlah anak-anak yang membutuhkan. Mereka membangun sekolah dan memberikannya fasilitas memadai. Lima Samudra memberikan fasilitas kelas atas, misalnya kaus kaki dengan merek kenamaan untuk mereka sekolah.

Tak heran, anak-anak di sekolah tersebut sangat kagum dan segan dengan Park Sun Ja. Narasumber bernama Kim Soo An yang sempat menelusuri tempat tersebut, juga mengakui bahwa kehidupan anak-anak tergolong mewah.

Halaman:
Editor: Intan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement