Kisah Nabi Musa Sejak Lahir hingga Perlawanan Firaun
Nabi Musa AS merupakan salah satu dari 25 nabi dan rasul. Diketahui bahwa sosoknya memiliki berbagai mukjizat dari Allah SWT.
Kisah Nabi Musa bin Imron bin Qahat bin Lawi bin Ya'qub berawal sebagai seorang bayi laki-laki yang lahir di antara Bani Israil. Saat itu, masyarakat berada di bawah kepemimpinan Raja Firaun.
Nabi Musa memiliki Ibu bersama Yukabad. Diketahui bahwa saat itu, kelahiran bayi laki-laki dianggap petaka oleh Raja Firaun yang takut akan terancam kekuasaannya.
Firaun memerintahkan pasukannya untuk menelusuri kota mencari tahu bayi laki-laki yang akan lahir. Yukabad dan Imron yang mengetahui hal tersebut harus memastikan bahwa Musa harus tetap selamat. Yukabad melahirkan di gua dengan tujuan tidak tertangkap dan dihabisi oleh prajurit kerajaan.
Sementara itu, Firaun merasa tenang karena tidak ada bayi laki-laki yang baru lahir. Ia tetap menganggap bahwa kekebalan yang dimilikinya sebagai Raja akan tetap abadi.
Diketahui bahwa sosok Raja Firaun kala itu dikenal sebagai pemimpin yang kejam dan zalim terhadap rakyatnya. Namun, kerajaannya sangatlah megah.
Naasnya, ia justru tidak mengetahui tentang kelahiran Musa yang justru akan masuk ke dalam kehidupannya.
Setelah kelahirannya, Yukabad memutuskan Musa untuk tetap tinggal di gua. Diketahui bahwa di situlah Yukabad mendapatkan ilham dari Allah SWT. Nabi Musa tinggal di gua selama tiga bulan, hal itu membuat Yukabad merasa tidak tenang karena selalu merasa terancam dan khawatir akan keselamatan Musa.
Terdapat sebuah peti tahan air, Yukabad menempatkan Musa di wadah tersebut lalu dihanyutkan mengikuti aliran sungai Nil. Kemudian ibunda Nabi Musa tersebut memerintahkan kakak kandung Musa untuk mengawasi peti tersebut tetap tertutup rapat dan terapung di permukaan sungai.
Setelah dihanyutkan ke sungai, peti berisikan bayi Musa ditemukan oleh putri Firaun. Setelah itu, istri Firaun yang bernama Aisyah memutuskan untuk mengangkatnya sebagai anak. Hal itu membuat kakak Musa cemas setelah mengetahui bahwa adiknya ditemukan oleh keluarga kerajaan, hingga kemungkin akan dihabisi oleh Firaun.
Awalnya, Firaun menolak niat Aisyah. Lantaran Firaun takut akan ancaman kekuasaan yang dimilikinya dapat digoyahkan oleh anak laki-laki yang baru lahir.
Mengutip dari situs Darunnajah, Firaun menuturkan “Aku khawatir bahwa inilah bayi yang diramalkan, yang akan menjadi musuh dan penyebab kesedihan kami dan akan membinasakan kerajaan kami yang besar ini”.
Namun, Aisyah sudah terlanjur merasa iba yang jatuh hati dengan bayi Musa yang lucu dan menggemaskan. Ia berkata kepada Firaun untuk tidak membunuh Musa dan mengungkapkan rasa rasa sayangnya kepada Musa.
Hal tersebutlah yang membuat Firaun akhirnya lunak. Musa diangkat sebagai anak seorang Raja Firaun. Diketahui bahwa nama Musa sendiri diberikan oleh keluarga Firaun yang berasal dari kata Mu (air) dan Sa (pohon), sesuai dengan tempat ditemukannya.
Seperti bayi pada umumnya, Musa membutuhkan asupan air susu ibu. Namun, hal tersebut tidaklah mudah karena perempuan yang diundang tidak ada satupun yang merupakan ibunya.
Kabar tentang pencarian inang air susu ini terdengar oleh kakak kandung Musa. Mengetahui hal itu, ia mengabarkan ibunya.
Kakak Musa berkata, “Aku tidak mengenal siapakah keluarga dan ibu bayi ini. Aku hanya ingin menunjukkan satu keluarga yang baik dan selalu rajin mengasuh anak, kalau-kalau bayi itu dapat menerima air susu ibu keluarga itu.”
Setelah itu, Musa disusui oleh ibunya kandungnya sendiri tanpa diketahui hubungan keduanya yang sebenarnya oleh pihak kerajaan. Semakin bertambah usia, Musa diperlakukan dan dididik seperti anak raja biasanya. Musa tumbuh di lingkungan kerajaan.
Suatu waktu, ia bertemu dengan dua orang yang sedang berkelahi. Diketahui bahwa di antaranya merupakan Bani Israel dan pengikut Firaun. Perkelahian tersebut menimbulkan perdebatan yang panjang. Musa yang melihatnya justru membela kaum Bani Israel dan memukul pengikut Firaun sampai kehilangan nyawa.
Tentu saja Musa yang merupakan anak angkat Firaun merasa takut akan hal tersebut. Ia memutuskan untuk kabur agar tidak mendapatkan hukuman. Musa keluar dari Mesir dan menuju Madyan.
Bersamaan dengan itu, sejumlah pasukan kerajaan menyusuri kota untuk mencari siapa pembunuh orang Firaun tersebut. Adapun yang mengetahui kebenarannya hanya Samiri dan Musa.
Di dalam perjalanan menuju Madyan, Musa berdoa kepada Allah, “Ya Tuhanku selamatkanlah aku dari segala tipu daya orang-orang yang zalim” keluarlah Nabi Musa dari kota Mesir seorang diri, tiada pembantu selain inayahnya Allah tiada kawan selain cahaya Allah dan tiada bekal kecuali bekal iman dan takwa kepada Allah. Penghibur satu-satunya bagi hatinya yang sedih karena meninggalkan tanah airnya ialah bahwa ia telah diselamatkan oleh Allah dari buruan kaum firaun yang ganas dan kejam itu.”
Musah sampai di kota Madyan dan bertemu dengan putri Nabi Syuaib yang kemudian dijadikannya istri. Nabi Syuaib menjadikan Musa menantu setelah pengabdiannya selama delapan tahun. Musa dinikahkan dengan Shafura, yakni putri sulungnya.
Nabi Musa berada di Madyan sekitar sepuluh tahun lamanya. Setelah itu, ia kembali ke Mesir. Namun, Musa dan Shafura bertolak ke arah selatan menuju Mesir agar tidak diketahui orang orang-orang Firaun.
Kisah Nabi Musa dengan wahyu pertamanya terjadi di dalam perjalanan ini. Tepatnya ketika Musa mendengar suara dari pohon kayu.
“Wahai Musa! Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu. Sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci Thuwa. Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya aku ini adalah Allah tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat akan Aku.” Ucap pohon tersebut.
Nabi Musa bercakap langsung dengan Allah SWT di atas bukit Thur Sina. Dengan ridho Allah, Musa memiliki tekad yang kuat untuk berhadapan dengan kaum Firaun.
Tak hanya itu, Musa juga diperintahkan untuk memberikan dakwah kepada Firaun. Akhirnya, Musa bersama Nabi Harun bertemu dengan Raja Firaun yang bersikeras mengakui bahwa dirinya adalah tuhan.
Di dalam pertemuan tersebut, Firaun menegaskan bahwa Musa telah diberikan penghidupan yang layak sebagaimana anak seorang raja. Namun, dia juga menanyakan tentang pembunuhan yang dilakukan Musa kepada kaumnya.
Musa menanggapi bahwa rentetan peristiwa hingga Musa yang ditakdirkan hidup di istana merupakan buah dari kezaliman Firaun.
Musa juga beberapa kali menyebutkan Allah SWT sebagai Tuhan. Firaun yang mendengarnya tentu menanyakan siapa sosok Tuhan yang dimaksud oleh Musa. Lantaran selama ini, Firaun merasa bahwa dirinya adalah Tuhan.
Musa terus menjelaskan tentang Allah dan kekuasaannya. Hal itu membuat Firaun merasa tersinggung dan marah. Tetap saja Firaun tidak dapat menerima penjelasan dari Musa dan justru ingin menjebloskannya ke dalam penjara.
Di hadapan Firaun, Musa menunjukkan mukjizatnya dengan mengubah sebuah tongkat menjadi ular. Selain itu, Musa memasukkan tangan ke dalam saku bajunya. Setelah itu, dikeluarkan dan tangannya menjadi menyilaukan.
Tak hanya itu, Musa tetap menunjukkan mukjizat dari Allah untuk meyakinkan Firaun. Sementara itu, Firaun tetap teguh pada pendirian dan keangkuhannya.