Apa Arti Liberte Egalite Fraternite? Ini Penjelasannya
Peristiwa besar yang tercatat dalam perkembangan dunia Eropa adalah Revolusi Prancis, yang terjadi pada 1789, di mana pemerintahan Prancis tak lagi berbentuk monarki.
Patut diketahui bahwa Revolusi Prancis bukanlah peristiwa spontan yang menimbulkan kegaduhan semata-mata karena satu hal. Masalah berkembang seiring tahun. Sayangnya, pihak kerajaan tidak membuat masyarakat puas dengan kebijakan yang diterapkan.
Dari peristiwa itu, muncul semboyan “Liberte, Egalite, Fraternite.” Tiga kata berkekuatan yang menggambarkan semangat rakyat Prancis mendesak perubahan dari kerajaan.
Terkait dengan itu, kali ini Katadata.co.id akan membahas tentang apa arti Liberte Egalite Fraternite. Cocok untuk Anda yang memiliki ketertarikan dengan sejarah, simak ulasan berikut ini.
Sekilas tentang Revolusi Prancis
Sebelum membahas tentang arti Liberte Egalite Fraternite, kami akan menjelaskan tentang Revolusi Prancis. Tujuannya yaitu agar Anda dapat memahami konteks serta menambah pengetahuan, khususnya tentang sejarah.
Revolusi Prancis terjadi pada 1787-1799. Namun konflik sudah mulai naik ke permukaan ketika Raja Louis XV masih bertahta. Kala itu, terjadi krisis ekonomi yang mulai menjerat kalangan tertentu di masyarakat Prancis.
Takhta turun ke Raja Louis XVI yang kala itu masih belia. Di umur yang belum matang, ia didorong untuk memimpin Prancis dan mengatasi masalah-masalah sepeninggal raja sebelumnya.
Penyebab krisis keuangan tersebut salah satunya adalah pengembangan lahan tambang di Brasil. Harga bahan pokok menjadi naik. Sehingga biaya produksi petani dan pengrajin menjadi naik.
Tak hanya itu, kerajaan juga membebankan pajak yang tinggi dan hanya pada masyarakat kelas bawah. Diketahui bahwa masa itu, pemerintah setempat menerapkan penggolongan masyarakat yang menentukan kasta. Berikut penjelasannya.
1. Golongan I
Masyarakat golongan I terdiri atas kaum bangsawan. Mereka difasilitasi hunian mewah dan hak-hak istimewa berikut ini:
- Hak untuk mendapatkan jabatan
- Bebas dari pajak
- Boleh berburu di kebun rakyat
- Boleh mengambil keuntungan dari kebun petani sesuai keinginan.
2. Golongan II
Golongan II berasal dari masyarakat yang berprofesi sebagai pemuka agama. Mereka berhak ada beberapa hal berikut ini:
- Hak memungut hasil tanah milik gereja
- Boleh memungut pajak dari rakyat
- Bebas dari pajak.
3. Golongan III
Golongan III atau kaum paling bawah ini meliputi masyarakat biasa yang umumnya berprofesi sebagai buruh, petani, hingga pengrajin. Mereka juga biasa disebut sebagai kaum Borjuis. Berbeda dari golongan-golongan sebelumnya, Golongan III dibebani membayar pajak yang relatif besar. Demikian juga dengan tidak adanya peluang untuk mendapat jabatan di kerajaan.
Dari golongan dengan masing-masing haknya, dapat disimpulkan bahwa beban hampir sepenuhnya diberikan kepada masyarakat kelas bawah. Selain pajak tinggi, mereka juga tertekan lantaran biaya produksi yang semakin meningkat.
Sayangnya lagi, pemerintah tidak berhasil menangani masalah ekonomi tersebut. Alih-alih memberi solusi, istana justru mengalami defisit anggaran.
Ditambah Raja Louis XVI menikahi Ratu Marie Antoinette yang dikenal dengan gaya hidup mewah. Perbuatan Sang Ratu juga menjadi salah satu pecahnya Revolusi Prancis.
Di samping istana yang tidak membuahkan kebijakan yang tepat, masyarakat Golongan III mulai mengadakan pertemuan. Mereka merumuskan tuntutan dan teguh untuk mewujudkan reformasi.
Puncaknya terjadi ketika masyarakat berbondong-bondong mendatangi istana. Kegaduhan terjadi untuk mewujudkan perubahan. Sementara Sang Raja dan Ratu terdiam membisu di dalam gedung tinggi tersebut.
Diketahui bahwa kala itu, masyarakat ingin menyampaikan tuntutan dan mencari tahu kebijakan serta tindak lanjut apa yang akan dikeluarkan raja untuk mengatasi masalah ini. Namun yang mereka dapati hanyalah Raja Louis XVI dan Marie Antoinette yang berusaha kabur dan lari dari masalah.
Keduanya tertangkap basah dan diadili. Sama-sama disidang, Raja Louis XVI dijatuhi hukuman mati menggunakan guillotine pada 21 Januari 1793. Sementara Marie Antoinette juga dieksekusi pada bulan Oktober di tahun yang sama.
Arti Liberte Egalite Fraternite
Secara bahasa, Liberte dalam Bahasa Prancis artinya kebebasan. Kata ini menggambarkan keadaan sebagian masyarakat Prancis yang kala itu ‘terjerat’ oleh kebijakan pemerintahan monarki. Mereka menginginkan kebebasan yang akhirnya pecah melalui rangkaian peristiwa Revolusi Prancis.
Melansir Liberties.eu, Liberte berkaitan dengan kata Liberty yang maknanya merepresentasikan hak untuk hidup bebas tanpa penindasan. Tidak ada penghambat dalam siklus masyarakat yang demokratis.
Hal ini juga menyangkut kesetaraan yang pada masa itu menjadi isu panas. Sistem ‘kasta’ membuat golongan kelas bawah terbebani dari berbagai aspek. Termasuk ekonomi, sosial, dan kesempatan mendapatkan hak yang sama di dunia pemerintahan. Gagasan ini termuat di dalam kata Egalite atau Equality.
Lebih luas lagi, nilai kesetaraan pada Liberte juga mencakup gender dan kedudukan hukum dan sosial. Maka dari itu, masyarakat Prancis harus sadar akan ‘solidaritas’ tidak langsung ini untuk mewujudkan keadilan.
Demikian penjelasan tentang arti Liberte Egalite Fraternite yang tercetus saat Revolusi Prancis berlangsung. Diketahui bahwa semboyan tersebut masih populer hingga sekarang.