Menilik Sejarah Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki

Destiara Anggita Putri
3 Agustus 2023, 14:43
Sejarah Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki
Kompas.com
Ilustrasi, ledakan bom atom.

Pengeboman terhadap kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang merupakan salah satu catatan sejarah penting dalam peperangan. Pasalnya, peristiwa yang terjadi pada 6 dan 8 Agustus 1945 ini merupakan kali pertama bom atom digunakan dalam perang.

Peristiwa ini menewaskan puluhan orang Jepang dalam sekian menit akibat ledakan dan radiasi nuklir. Peristiwa ini juga menjadi penanda kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II.

Lantas, seperti apa kronologi peristiwa tersebut? Berikut di bawah ini ulasan mengenai sejarah bom atom Hiroshima dan Nagasaki.

Sejarah Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki
Sejarah Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki (Kompas.com)

Hubungan Jepang dan Amerika Pasca-Perang Dunia I

Setelah berakhirnya Perang Dunia I, negara-negara pemenang membuat perjanjian 6 Februari 1922 di Washington yang dikenal dengan Traktat Angkatan Laut Washington. Perjanjian tersebut berisi tentang pembatasan pembangunan armada laut guna mencegah perselisihan yang memicu perang.

Jepang yang terlibat dalam perjanjian tersebut menilai adanya upaya mengkerdilkan Jepang karena pembagian rasio armada lautnya lebih kecil dibanding negara barat. Hasil perjanjian yang timpang tersebut memicu konflik internal militer Jepang dan memburuknya hubungan Jepang dan negara barat khususnya Amerika, hingga Perang Dunia II pecah.

Pada tanggal 7 Desember 1941, Jepang menyerbu pangkalan armada laut milik Amerika Serikat di Pearl Harbour. Sejak itu, Amerika menyatakan perang terhadap Jepang.

Terhitung mulai tahun 1931-1944 Jepang menguasai wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara serta mengusir pasukan Inggris dan Amerika. Dalam perkembangannya hubungan kedua negara ini semakin pelik dan panas.

Proyek Bom Atom Amerika 

Sebelum penyerangan Jepang dan deklarasi perang Amerika, pada kisaran tahun 1939, telah terjadi kontak ilmuwan Amerika dan negara lainnya untuk membahas senjata nuklir.

Pada tahun 1942, disepakati sebuah proyek dengan nama kode Manhattan yang dipimpin oleh Vannevar Bush dan Mayjen Leslie Grove. Adapun kepala proyeknya adalah Ernest O. Lawrence dan penasihat ahlinya adalah Fermi.

Adanya penyerbuan Jepang ke pangkalan armada laut Amerika Serikat semakin mengobarkan semangat Amerika mengembangkan bom dengan daya ledak super dahsyat. Pusat laboratorium pengembangan dan penelitian bom ini didirikan di tengah gurun di kawasan New Mexico tepatnya di Los Almos

Sedangkan untuk penelitian-penelitian lainnya dilakukan di banyak laboratorium termasuk juga di laboratorium Universitas Columbia. Beberapa tahun tahap pengambangan dan peneltian, proyek ini telah berhasil menciptakan sebuah bom bernama Gadget.

Untuk meyakinkan hasil penelitiannya maka dilakukan uji coba bom di kawasan Alamogordo, New Mexico pada 16 Juli 1945 pukul 05:29:45. Bom Gadget tersebut berhasil meledak dahsyat yang membentuk kawah sedalam 8 meter dengan diameter 800 meter.

Keberhasilan uji coba ini menjadi awal penyiapan pengeboman Jepang oleh Amerika Serikat yang dikenal dengan Bom Hiroshima dan Nagasaki.

Little Boy dan Fat Man 

Beberapa jam setelah uji coba tersebut, kapal USS Indianapolis bertolak dari San Fransisco ke Tinian dengan membawa seperangkat alat rakit bom dan setengah persedian uranium serta teknisi Los Almos. Sesampainya di Tinian, tepatnya pada tanggal 26 Juli 1945, dimulailah perakitan bom bernama Litle Boy dan kemudian dilanjutkan dengan perakitan Fat Man.

Pada tanggal 6 Agustus, Litle Boy diterbangkan menggunakan pesawat B-29 menuju Hiroshima dan dijatuhkan tepat pada pukul 8:15.

Empat puluh lima detik setelah itu bom langsung meledak di ketinggian 580 meter di atas Rumah Sakit Shima dan sekejap juga suhu permukaan tanah menjadi 7000 C dan membunuh sekitar 70.000 orang.

Tiga hari setelah itu, pada 9 Agustus 1945, Fat Man diterbangkan dari Tinian menuju Kota Kokura sebagai target pengeboman selanjutnya, namun gagal karena cuaca buruk. Pilot kala itu mengkonfirmasi untuk memilih target lain yang kemudian disepakati Kota Nagasaki, namun cuaca awan tebal di sana jauh lebih buruk dari Kokura.

Karena bahan bakar pesawat telah menipis, mengandalkan celah penglihatan yang ada, lalu Fat Man tetap dijatuhkan pada pukul 11.02 dan meledak di ketinggian 500 meter. Bom Fat Man yang komponennya sama dengan bom Gadget yang diujicobakan sebelumnya, menewaskan 40.000 orang seketika.

Dalam perkembangannya, radiasi dari kedua bom ini kian menambah korban tewas yang dihitung mencapai kisaran 210.000 jiwa.

Ilustrasi, kondisi Kota Hiroshima, Jepang, usai terkena dampak bom atom.
sejarah bom atom Hiroshima dan Nagasaki (Dok. The National WWII Museum)

Dampak Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki

Pada 15 Agustus 1945 siang hari waktu Jepang, Kaisar Hirohito mengumumkan penyerahan negaranya dalam sebuah siaran radio. Berita itu menyebar dengan cepat, dan perayaan "Kemenangan di Jepang" atau "Hari VJ" pecah di seluruh Amerika Serikat dan negara-negara Sekutu lainnya.

Perjanjian penyerahan formal ditandatangani pada 2 September, di atas kapal perang AS Missouri, berlabuh di Teluk Tokyo.

Tingkat kehancuran dan kekacauan terjadi pada sebagian besar infrastruktur kota Hiroshima dan Nagasaki itu pasca pengeboman. Diperkirakan, sekitar 70.000 hingga 135.000 orang tewas di Hiroshima dan 60.000 hingga 80.000 orang tewas di Nagasaki, baik akibat paparan akut ledakan maupun efek samping radiasi jangka panjang.

Alasan Amerika Menjatuhkan Bo Atom di Hiroshima dan Nagasaki 

Pengeboman yang dilakukan Amerika Serikat kepada Jepang dilakukan bukan tanpa alasan. Dilansir dari beberapa sumber, berikut ini adalah alasan Amerika Serikat jatuhkan Bom Atom di Hiroshima dan Nagasaki: 

1. Kepadatan Penduduk Jepang

Saat perang dunia II, penduduk Hiroshima mencapai 318.900 orang yang juga menyebabkan ramainya aktivitas warga sipil. Saat pengeboman, kurang lebih ada 70.000-126.000 warga sipil yang kala itu sedang beraktivitas meninggal dunia. Sebagian warga sipil yang tidak langsung meninggal pun menderita efek radiasi karena dampak bom tersebut.

2. Pusat Berkumpulnya Tentara dan Pelabuhan Embarkasi Penting

Tidak hanya dipadati oleh penduduk, Amerika Serikat menilai Hiroshima sebagai pilihan terbaik untuk dijatuhkan bom. Ini karena Hiroshima menjadi pusat berkumpulnya para tentara dan pelabuhan embarkasi penting yang semuanya terletak di tengah perkotaan sehingga dampak pengebomannya bisa terlaksana dengan baik dan lebih efektif. 

3. Bukan Tempat Tinggal Kaisar

Tokyo yang merupakan kota tempat tinggal Kaisar dan ibu kota negara Jepang itu sempat masuk dalam daftar sasaran awal Amerika Serikat untuk menjatuhkan bom atom.

Namun niat dibatalkan karena sebagian wilayah Tokyo telah hancur dan terbakar akibat serangan udara kecil  pada bulan April 1942. Di Tokyo, hanya istana Kaisar lah yang masih berdiri tegak kala itu.

4. Kota Penting Militer Jepang

Hiroshima dan Nagasaki dipilih sebagai target karena menjadi pusat militer dan industri. Kedua wilayah ini memasok sumber daya angkatan bersenjata Jepang, pembuatan senjata, dan teknologi militer lain.

5. Sebagai Peringatan Terakhir

Amerika Serikat sudah beberapa kali memberikan peringatan kepada Jepang untuk segera menyerah salah satunya pada Perjanjian Postdam. Namun, Jepang tidak mau tunduk.

Itulah Alasannya Amerika Serikat berencana untuk menakuti-nakuti Jepang dengan cara menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki sebagai targetnya.

Editor: Agung

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...