4 Dongeng Pengantar Tidur untuk Anak yang Kaya Pesan Moral

Destiara Anggita Putri
14 September 2023, 10:45
Dongeng Pengantar Tidur
Pexels
Ilustrasi, seorang ibu membacakan dongeng pengantar tidur untuk anaknya.

Membacakan dongeng bisa menjadi salah satu kegiatan yang bisa dilakukan untuk menemani anak sebelum tertidur. Kegiatan ini juga bisa menjadi kesempatan untuk menghabiskan waktu dan memperhatikan anak-anak.

Berdasarkan beberapa studi, terdapat banyak manfaat membacakan dongeng pengantar tidur untuk anak. Menurut Kepala Institut Nasional Kesehatan Anak dan Perkembangan Manusia, Reid Lyon, membacakan dongeng sebelum tidur bisa membuat anak belajar lebih banyak hal daripada apa yang mereka pikirkan.

Selain itu, dilansir dari theearlychildhooduniversity.com, kegiatan membacakan dongeng pengantar tidur bermanfaat untuk perkembangan otak hingga meningkatkan kemampuan berbahasa dan memperkaya kosa kata anak.

Meskipun demikian, sebagai orang tua, pastikan Anda memilih dongeng yang sesuai dengan umur anak. Carilah dongeng-dongeng dengan cerita sederhana, dan usahakan Anda memilih buku  dongeng yang lebih banyak mengandung unsur gambar dibanding tulisannya. Berikut ini beberapa dongeng pengantar tidur yang penuh pesan moral sebagai pilihan bacaan untuk anak. 

Dongeng Pengantar Tidur

Berikut ini rekomendasi empat dongeng pengantar tidur dari berbagai sumber yang bisa dibacakan untuk anak.

1. Si Kelinci yang Sombong dan Kura-kura

Dongeng Pengantar Tidur
Dongeng Pengantar Tidur (bencourneyaillustrations.blogspot.co.id)

Dongeng ini menceritakan tentang Kelinci yang sombong, yang merasa dirinya adalah binatang dengan kemampuan berlari paling cepat. Karena kesombongannya, suatu hari ia menantang kura-kura temannya untuk beradu lomba lari.

Kura-kura yang rendah hati, menerima ajakan si Kelinci, tanpa tahu maksud jelek di belakangnya.

Si Kelinci yang sudah yakin sekali menang, sangat bersemangat dan mengabarkan ke seluruh hutan jika ia akan mengikuti lomba lari dengan kura-kura. Dengan sombongnya ia menyuruh seisi hutan untuk melihat kemenangannya.

Pada hari perlombaan, seperti yang sudah dibayangkan, Kelinci melesat dengan cepat di awal. Sedangkan kura-kura yang berjalan lambat dengan santainya terus berlari sebisa mungkin mengejar kelinci.

Mendekati garis finish, Kelinci yang sombong memutuskan untuk tertidur sejenak di bawah pohon, karena yakin sekali kura-kura tidak akan mungkin menyusulnya.

Namun ternyata, Kelinci tertidur pulas lebih lama dari yang ia rencanakan dan kura-kura pun menyusul serta memenangkan lomba.

2. Batu di Tepi Danau Laut Tawar

Hiduplah sepasang suami istri dengan anak perempuannya yang cantik jelita di Negeri Aceh. Selain cantik, ia juga rajin dan sangat menyayangi keluarganya.

Seorang pemuda tampan ingin meminang gadis itu. Ia berasal dari keluarga terhormat dan kaya raya di negeri seberang. Si gadis menerima pinangan si pemuda setelah keluarganya memberi restu. Pesta pernikahan pun dilangsungkan dengan amat meriah.

Setelah beberapa hari, pemuda itu hendak pulang ke kampung halaman. Ia mengajak istrinya. Hati sang istri amat berat meninggalkan keluarga dan desanya. Namun, ia harus mengikuti ajakan suami sebagai tanda bakti dan kesetiaan kepada suaminya.

"Anakku, tinggallah di negeri suamimu," pesan sang ayah. "Ingatlah, selama dalam perjalanan, jangan menoleh ke belakang. Jika melakukannya, kau akan menjadi batu!"

Si gadis dan suaminya pun meninggalkan desa. Mereka memulai perjalanan jauh menuju negeri di seberang lautan. Hingga tibalah mereka di Danau Laut Tawar. Mereka menaiki sebuah sampan dan menyeberangi danau itu.

Saat sampan mengarungi danau, si gadis mendengar suara ibunya. Suara itu terus memanggil-manggil namanya. Kejadian itu berlangsung lama. Akhirnya, si gadis lebih memilih menoleh. Petaka pun seketika terjadi. Sesaat setelah si gadis menolehkan wajahnya ke belakang, tubuhnya berubah menjadi batu.

Betapa sedih hati sang suami. Karena terlalu cinta, sang suami ingin selalu bersama istrinya. Ia lantas memohon kepada Tuhan agar dirinya berubah menjadi batu. Selesai memohon, tubuh si pemuda berubah menjadi batu. Sepasang batu itu berada di tepi Danau Laut Tawar.

3. Batu Menangis

Alkisah, di sebuah desa terpencil hiduplah seorang janda tua dengan seorang putrinya yang cantik jelita bernama Darmi. Mereka tinggal di sebuah gubuk yang terletak di ujung desa.

Darmi memang cantik, parasnya indah menawan. Namun, tingkah lakunya sangatlah tidak cantik dan sifatnya sangatlah tidak menarik.

Setiap hari Darmi selalu bersolek di kamarnya. Ia tidak pernah mau membantu ibunya sedikit pun membereskan isi rumah. Kamarnya selalu berantakan. Darmi tidak peduli akan hal itu, ia hanya peduli pada wajahnya yang cantik jelita tiada terkira haruslah selalu tampil sempurna.

Ibunya Darmi yang sudah tua, setiap hari selalu bekerja keras demi mendapatkan uang. Apapun jenis pekerjaannya, selama itu halal, akan ia kerjakan. Semua itu ia lakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan kebutuhan Darmi, anak semata wayangnya.

Ibunya Darmi juga kerap diperlakukan seperti pembantu. Setiap ditanya siapa yang berjalan di belakangmu, ia selalu menjawab bahwa ibunya adalah budaknya.

Mendengar hal itu terus menerus, Ibu Darmi merasa sakit hati hingga berdo'a. Secara perlahan Darmi berubah menjadi batu. Ia terus menangis dan memohon kepada ibunya. Namun, semua sudah terlambat. Kini tubuhnya berubah menjadi batu yang terus mengeluarkan air mata.

Dongeng Pengantar Tidur
Dongeng Pengantar Tidur (Tim HaiBunda)

4. Kawanan Semut dan Belalang

Di suatu hari yang panas, seekor belalang duduk di atas pohon sambil menyanyi dan meminum air dingin.

Di hadapannya terlihat kawanan semut sedang sibuk mengangkat bahan-bahan makanan dari tempat satu ke tempat yang lain.

Sambil bersantai, Belalang menyindir kawanan semut-semut itu.

Sungguh semut-semut yang aneh, di hari sepanas ini, masih saja bekerja. Lebih baik seperti aku, bersantai-santai sambil minum air dingin, berteduh di bawah rindangnya pohon. "Hai semut-semut, bergabunglah bersamaku! Bersantailah dulu sejenak!"

Salah satu dari semut itu menjawab "Kami harus mengumpulkan makanan wahai Belalang. Kalau kami tidak mengumpulkan makanan sekarang, kami akan kelaparan di musim dingin nanti. Lebih baik kamu juga mengumpulkan makananmu dibandingkan bersantai seperti itu."

"Hah, buat apa kumpulkan makanan dari sekarang. Musim dingin masih sangat lama, aku masih punya banyak waktu untuk mengumpulkan makanan. Lebih baik aku sekarang bersantai saja," ujar Belalang tanpa mengindahkan ucapan semut.

Namun, si Belalang terus menerus santai dan tidak berusaha untuk mengumpulkan makanan untuk musim dingin.

Benar saja, saat musim dingin tiba, salju tebal melapisi seluruh daerah, sehingga Belalang tidak mendapatkan satu makanan pun.

Ia menangis meratapi nasibnya yang hanya bersantai tidak mengumpulkan makanan selama musim panas.

Akibatnya sepanjang musim dingin, Belalang hidup dengan kelaparan. Sedangkan kawanan semut, berpesta pora dengan makanan yang ia kumpulkan selama musim panas.

Editor: Agung

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...