Sumbu Filosofi Yogyakarta, Warisan Budaya yang Diakui UNESCO
Sumbu Filosofi Yogyakarta telah sah diterima sepenuhnya tanpa sanggahan menjadi warisan budaya dunia oleh UNESCO dalam Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia atau World Heritage Commitee (WHC) di Riyadh, Arab Saudi, Senin (18/9).
Dalam daftar World Heritage List UNESCO, Sumbu Yogyakarta ini memiliki tajuk The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks.
Penetapan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan dunia tidak lepas dari nilai-nilai universal yang terkandung di dalamnya. Sumbu Filosofi ini merepresentasikan konsep kosmologi Jawa yang menggabungkan unsur alam, budaya, dan spiritual.
Dengan status warisan dunia yang diperolehnya, Sumbu Filosofi Yogyakarta mendapat tanggung jawab untuk dilestarikan dan dikembangkan.
Pada kesempatan ini, Katadata.co.id akan memuat beberapa informasi mengenai Sumbu Filosofi Yogyakarta yang wajib Anda ketahui. Simak tulisan berikut ini.
Sejarah Sumbu Filosofi Yogyakarta
Sumbu Filosofi Yogyakarta adalah sebuah konsep tata ruang yang mencerminkan falsafah Jawa tentang keberadaan manusia, kehidupan harmonis, hubungan antara manusia dan Sang Pencipta, serta dunia mikrokosmik dan makrokosmik.
Konsep ini dicetuskan oleh Sultan Hamengku Buwono I atau Pangeran Mangkubumi, raja pertama Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, pada abad ke-18.
Sumbu Filosofi Yogyakarta berbentuk garis lurus yang membentang antara Panggung Krapyak di sebelah selatan, Keraton Yogyakarta di tengah, dan Tugu Pal Putih (Tugu Golong-gilig).
Garis ini melambangkan keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam.
Dalam kaitannya dengan alam, hal ini termasuk hubungan manusia dengan lima elemen pembentuk alam sekitar yaitu api (dahana) dari Gunung Merapi, tanah (bantala) dari bumi Yogyakarta, air (tirta) dari Laut Selatan, angin (maruta), dan angkasa (ether).
Makna Letak Bangunan pada Sumbu Filosofi Yogyakarta
1. Panggung Krapyak - Keraton Yogyakarta
Panggung Krapyak melambangkan fase kelahiran manusia (Sangkanin Dumadi), yaitu awal mula kehidupan dari rahim ibu. Krapyak menurut kepercayaan Jawa khususnya Keraton adalah tempat roh-roh.
Makna harfiah dari Krapyak adalah cagar perburuan berpagar. Ini digunakan untuk merujuk pada alam arham. Alam arham merupakan tempat bersemayam jiwa setelah berpisah dari esensi ilahiyah tetapi sebelum turun ke dalam embrio.
Menurut tradisi kraton kedua konsep itu berkaitan, sebab sultan memelihara rusa di kawasan tertutup, memiliki makna yang sama dengan Allah menahan jiwa-jiwa yang belum diciptakan hingga saatnya nanti tepat untuk mereka turun ke dunia
2. Tugu Pal Putih - Keraton Yogyakarta
Tugu Pal Putih melambangkan fase kematian manusia (Manunggaling Kawula lan Gusti), yaitu akhir dari kehidupan duniawi dan awal dari kehidupan akhirat.
Makna filosofis Tugu Pal Putih adalah langkah pertama menuju ke alam keabadian. Selain itu, Tugu Pal Putih juga mengandung makna spiritual. Hal ini sebagaimana dapat dilihat dari bentuk tugu yang secara simbolik memberikan kesadaran kepada umat agar bersatu dalam kebersamaan menuju Sang Pencipta.