Sejarah, Dalil, dan Keutamaan Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW
Tahun ini, perayaan maulid jatuh pada hari Kamis, 28 September 2023. Berdasarkan SKB 3 Menteri tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2023, tanggal 28 September juga masuk dalam daftar Hari Libur Nasional 2023.
Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriah. Maulid Nabi digelar sebagai bentuk penghormatan dan wujud rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW.
Maulid Nabi Muhammad SAW sendiri telah menjadi salah satu tradisi yang dirayakan umat muslim setiap tahunnya. Tradisi ini terus berkembang dan diikuti oleh hampir seluruh masyarakat Muslim di Indonesia, terutama Indonesia dengan jumlah populasi penduduk Muslim terbanyak di dunia,
Lantas, apa sebenarnya keutamaan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW? Berikut di bawah ini penjelasan tentang keutamaan Maulid Nabi Muhammad SAW termasuk sejarah dan dalilnya.
Sejarah Maulid Nabi
Dilansir dari Jurnal Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang berjudul Perayaan Maulid Nabi dalam Pandangan KH. Hasyim Asy'ari, perayaan maulid nabi baru terjadi pada masa dinasti Bani Fatimiah, tepatnya pada masa Raja al-Muiz di Dinillah (341-365 H). Ia adalah orang pertama yang menyelenggarakan perayaan kelahiran Nabi dalam sejarah.
Selanjutnya perayaan secara besar-besaran pertama kalinya dilakukan oleh Raja Al-Mudhaffar Abu Sa'id Kaukabri ibn Zainuddin Ali bin Baktakin (549-630 H). Imam Al-Suyuthi menyebutkan bahwa Al-Mudhaffar mengeluarkan sekitar 300.000 dinar untuk perayaan tersebut.
Selanjutnya, sejak saat itu perayaan maulid pun digelar di dan menjadi tradisi di berbagai belahan dunia. Di sebagian negara perayaan ini bahkan diakomodasikan sebagai kegiatan resmi negara.
Di Indonesia sendiri, Maulid Nabi diperkirakan mulai berkembang pada 1404 Masehi, oleh Wali Songo untuk menarik perhatian masyarakat Muslim.
Hingga saat ini, momentum tradisi maulid Nabi SAW sering dijadikan sebagai salah satu media dakwah dan pengajaran Islam. Tidak hanya sekedar kegiatan ceremonial belaka, acara ini juga dirayakan dengan melakukan amal-amal kebaikan seperti bakti sosial, santunan fakir miskin, pameran produk Islam, pentas seni dan lain sebagainya.
Dalil-dalil tentang Peringatan Maulid
Meskipun merupakan tradisi yang tidak dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat, namun bukan berarti perayaan maulid tidak diperbolehkan dalam Islam. Hal ini dikarenakan peringatan Maulid nabi tidak ada kaitannya dengan ibadah ritual, melainkan terkait masalah teknis muamalah.
Dalam masalah muamalah, apapun diperbolehkan selama tidak melanggar hal-hal yang dilarang dalam Islam.
Selain itu, terdapat pula berbagai dalil yang bisa dijadikan sebagai dasar diperbolehkannya memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Di antara dalil-dalil tersebut adalah sebagai berikut:
- Peringatan Maulid Nabi SAW mendorong untuk membaca Shalawat. Dan bershalawat kepada Nabi merupakan perintah dari Allah SWT dalam QS. Al-Ahzab: 56
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Artinya: "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya."
- Rasulullah SAW sendiri mensyukuri dan merayakan hari kelahirannya dengan cara berpuasa yaitu setiap hari Senin.
عَنْ أَبِيْ قَتَادَةَ الأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ الْإِثْنَيْنِ فَقَالَ" : فِيْهِ وُلِدْتُ وَفِيْهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ ." رواه مسلم
"Dari Abi Qotadah al-Anshori RA sesungguhnya Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai puasa hari senin. Rasulullah SAW menjawab: Pada hari itu aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku". (H.R. Muslim)
- Peringatan Maulid Nabi masuk dalam anjuran hadits Nabi untuk membuat sesuatu yang baru yang tidak menyalahi syari'at Islam. Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رضي الله عنه قال: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا ، وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ . وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا ، وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ .(رواه مسلم
Barangsiapa merintis suatu sunnah yang baik dalam Islam maka dia mendapat pahala amalan itu ditambah dengan pahala orang-orang yang mengamalkan setelahnya, tanpa mengurangi pahala orang yang mengikutinya sedikitpun. (HR. Muslim)
- Peringatan maulid adalah perkara yang dipandang bagus oleh para ulama dan kaum muslimin di semua negara. Hal ini berdasarkan qaidah yang diambil dari hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Mas'ud,
"Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin, ia pun baik di sisi Allah; dan apa yang dipandang buruk oleh kaum muslimin, ia pun buruk di sisi Allah."
- Meskipun tidak ada di zaman Rasulullah SAW, namun perayaan maulid nabi merupakan bid'ah hasanah atau bid'ah yang baik. Hal ini tercakup di dalam dalil-dalil syara' dan kaidah-kaidah kulliyyah (bersifat global).
Imam Asy-Syafi'i mengatakan, "Apa-apa yang baru (yang belum ada atau dilakukan di masa Nabi SAW) dan bertentangan dengan Kitabullah, sunnah, ijma' atau sumber lain yang jadi pegangan adalah bid'ah yang sesat. Adapun sesuatu kebaikan yang baru dan tidak bertentangan dengan hal tersebut, adalah terpuji.
Keutamaan Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW
Dikutip dari Buku Bahas Cerdas & Kupas Tuntas Dalil Syar'i Maulid Nabi karangan Muhammad Ahmad Vad'aq, berikut 4 keutamaan memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
1. Wujud Rasa Syukur
Peringatan Maulid Nabi dapat menjadi kesempatan bagi umat islam untuk senantiasa bersyukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW yang telah hadir membawa pelita di tengah gelapnya zaman jahiliyah.
2. Memuji
Menampakkan rasa senang yang tercermin dalam pujian-pujian yang diserukan untuk Nabi Muhammad SAW. Memuji artinya menyebutkan kebaikan serta amalan yang beliau lakukan semasa hidup.
Membaca shalawat kepada Nabi sejalan dengan firman Allah SWT. dalam surat Al-Ahzab Ayat 56, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya"
Dengan bershalawat juga termasuk dalam memuji Nabi Muhammad SAW.
3. Menjadikan Suri Teladan
Meneladani sifat dan kemuliaan Nabi Muhammad SAW adalah sebuah keutamaan yang senantiasa harus ditanamkan dalam diri.
Ada begitu banyak sifat beliau yang bisa di teladani. Salah satunya yaitu senantiasa bersabar serta menyembunyikan kesedihan saat tertimpa musibah. Selain itu, beliau juga dikenal dengan sifat tidak mudah putus asa dalam menghadapi setiap cobaan yang ada.
4. Mewarisi Apa yang Nabi Tinggalkan
Selain mewarisi apa yang Nabi tinggalkan kepada kita yaitu Al-qur'an dan sunnah, akhlak yang dimiliki beliau juga menjadi hal utama. "Nabi pernah menyampaikan : Aku tidak lain untuk diutus untuk menyempurnakan akhlak," terang H.Ramza dalam wawancara.
Akhlak mulia yang selalu Nabi Muhammad tanamkan adalah selalu bertindak tutur baik, tidak melakukan hal-hal buruk, berlaku kasar, dan tidak meninggikan intonasi suaranya.