Cerita Rakyat Batu Belah dari Riau, Penyesalan Anak Terhadap Ibunya

Anggi Mardiana
30 Januari 2024, 19:36
Cerita Rakyat Batu Belah
Ebookanak.com
Cerita Rakyat Batu Belah
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Cerita rakyat Batu Belah terkenal di Riau. Cerita ini diabadikan dalam buku berjudul Batu Batangkup yang ditulis oleh Farouq Alwi. Buku cerita ini memudahkan orang menemukan referensi mengenai cerita rakyat Melayu tersebut.

Buku cerita rakyat Batu Belah diterbitkan pada bulan Oktober tahun 2006 melalui kerjasama antara Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu dengan Adicita Karya Nusa. Ceritanya mengisahkan tentang seorang janda bernama Mak Minah dan tiga anaknya yang tinggal di sebuah dusun di Indragiri Hilir.

Cerita Rakyat Batu Belah

Cerita Rakyat Batu Belah Betangkup
Cerita Rakyat Batu Belah Betangkup (Katadata)

Dahulu, di sebuah dusun di Indragiri Hilir, hidup seorang janda bernama Mak Minah bersama tiga anaknya. Anak pertama, seorang wanita bernama Diang. Sementara dua lainnya ialah laki-laki dengan nama Utuh dan Ucin. Untuk mencukupi kebutuhan hidup ketiga anaknya, Mak Minah terus bekerja keras dengan menjual kayu bakar ke pasar.

Namun, ketiga anak Mak Minah terkenal sangat nakal. Mereka enggan mendengarkan nasihat ibu mereka dan sering menentang perintahnya. Hanya tertarik pada permainan, bahkan sering bermain hingga larut malam. Kelakuan anak-anaknya menyedihkan Mak Minah dan seringkali ia berdoa agar mereka bisa sadar dan menghormati orang tua mereka.

Keesokan harinya, Mak Minah menyiapkan banyak makanan untuk anak-anaknya. Ia mendekati sebuah batu di sungai sambil berbicara. Batu tersebut memiliki kemampuan untuk membuka dan menutup seperti seekor kerang dan orang-orang sering menyebutnya dengan sebutan batu betangkup.

Dengan penuh keputusasaan, Mak Minah berkata, "Wahai Batu Batangkup, telanlah saya. Saya tidak sanggup lagi hidup dengan ketiga anak saya yang tidak pernah menghormati orang tuanya." Batu betangkup pun menelan tubuh Mak Minah, meninggalkan hanya sebagian rambutnya.

Saat menjelang sore, ketiga anaknya mulai merasa heran karena sepanjang hari tidak menjumpai ibu mereka. Meskipun ada banyak makanan, mereka hanya makan dan kembali bermain. Seiring berjalannya waktu, makanan mulai habis dan kebingungan serta rasa lapar mulai menyelimuti anak-anak Mak Minah.

Pada malam hari, mereka bingung mencari ibu mereka. Barulah keesokan harinya, setelah pergi ke tepi sungai, mereka menemukan ujung rambut Mak Minah yang terurai, menelan batu betangkup.

Dengan penuh haru, ketiga anak Mak Minah berdoa, "Wahai Batu Batangkup, kami sangat membutuhkan ibu kami. Tolong keluarkan ibu kami dari perutmu." Batu Batangkup dengan tegas menjawab, "Tidak! Kalian hanya membutuhkan ibu saat kalian lapar. Kalian tidak pernah menyayangi dan menghormati ibu." Meskipun mereka terus meratap dan menangis.

Dengan suara penuh penyesalan, mereka berjanji, "Kami berjanji akan membantu, menyayangi dan menghormati ibu kami." Akhirnya, batu betangkup mengabulkan ratapan ketiga anak Mak Minah dan ibu mereka dikeluarkan dari perut batu betangkup.

Awalnya, mereka menjadi rajin membantu ibu dan menunjukkan kasih sayang pada Mak Minah. Namun sayangnya, perubahan tersebut tidak bertahan lama. Beberapa waktu kemudian, mereka kembali berubah menjadi seperti sebelumnya, suka bermain-main dan malas membantu orang tua.

Mak Minah kembali dilanda kesedihan. Ia mengunjungi batu betangkup di tepi sungai dan dengan rela ditelan kembali oleh batu tersebut. Sementara itu, anak-anak Mak Minah masih asyik bermain tanpa menyadari kepergian ibu mereka.

Menjelang sore, mereka akhirnya menyadari bahwa ibu mereka sudah tidak ada lagi. Dengan hati yang penuh penyesalan, mereka mengunjungi batu betangkup sambil meratap, berharap agar ibu mereka bisa dikeluarkan lagi.

Namun, kali ini batu betangkup sudah marah. Ia mengatakan “anak-anak nakal” kepada anaknya. Penyesalan kalian kali ini tidak ada gunanya," sambil menelan mereka. Batu betangkup kemudian masuk ke dalam tanah dan tidak pernah muncul lagi sampai sekarang.

Cerita rakyat Melayu dari Riau ini, Batu Belah berasal dari Indragiri Hilir dan memberikan pelajaran penting kepada anak-anak dan semua orang. Pesan moralnya mengajarkan agar kita bersikap baik terhadap orang tua, rajin membantu, menyayangi dan tidak membantah perintah kedua orang tua. Cerita ini membawa nilai-nilai positif yang bermanfaat untuk semua orang.

Kesimpulan cerita rakyat Batu Belah ialah memberikan pelajaran tentang pentingnya sikap baik terhadap orang tua, khususnya anak-anak. Cerita ini menggambarkan dampak buruk perilaku nakal dan kurang menghargai orang tua yang akhirnya membawa konsekuensi kepada tokoh utama yaitu Mak Minah dan ketiga anaknya.

Editor: Safrezi

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...