Klaster Usaha Ini Sulap Batok Kelapa Jadi Produk Kerajinan Tangan
Memberdayakan perempuan adalah salah satu upaya untuk menyejahterakan masyarakat. Ini pula yang dilakukan klaster usaha Sinar Mulia Abadi. Dibentuk sejak tahun 2008 silam, kini kelompok usaha tersebut telah memberdayakan 26 puan di Banjar Dinas Waliang, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali.
Ketua Kelompok Usaha Sinar Mulia Abadi Anak Agung Ayu Mahesarani Karang mengatakan, dirinya memberdayakan perempuan untuk berkarya agar lebih mandiri secara ekonomi. Kelompok usaha perempuan yang dibangun Rani─sapaan karib Mahesarani─memanfaatkan limbah batok kelapa yang menjadi pemandangan umum di sekitar tempat tinggalnya.
Sebelumnya, limbah tersebut tidak diolah kembali dan hanya dijual ke Jawa dengan harga yang sangat murah. Hal ini membuat keuntungan yang didapatkan warga sangat sedikit. Menyadari keadaan ini, Rani mencari cara agar nilai jual batok kelapa bisa meningkat.
Rani dan para anggota kelompok usahanya pun memiliki ide untuk mengolah limbah batok kelapa menjadi produk kerajinan tangan, seperti tempat tisu, tempat permen, keranjang buah, dan tempat sesajen upacara keagamaan. Selain itu, produk-produk yang dihasilkan dapat disesuaikan dengan permintaan konsumen.
“Jadi, apa yang para pembeli mau, nanti kami buatkan,” ujar Rani dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (28/2).
Ragam produk yang dibuat Kelompok Usaha Sinar Mulia Abadi kebanyakan dijual oleh para pengecer. Namun, tak sedikit pula anggota yang menjajakan produk secara langsung dari satu tempat ke tempat lainnya. “Untuk pemasaran, sampai saat ini masih berpusat di Pulau Bali saja. Tapi, kami juga pernah mendapatkan pesanan hingga ke Pulau Jawa dan Sulawesi,” ungkap Rani.
Dukungan BRI
Meski sudah memasarkan produknya ke berbagai tempat, Kelompok Usaha Sinar Mulia Abadi sempat mengalami kendala dalam hal dana dan pemasaran. Untungnya, kendala-kendala itu terselesaikan berkat bantuan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI).
Melalui Program BRI Peduli, Kelompok Usaha Sinar Mulia Abadi mendapat bantuan dana senilai Rp70 juta dan beberapa alat penyokong, seperti delapan etalase, gunting rotan, jarum, benang, gerinda, serta pelatihan.
Bantuan ini menguntungkan para anggota kelompok usaha, karena awalnya mereka tidak memiliki etalase untuk memajang produk-produk yang dihasilkan. Hal tersebut membuat konsumen sedikit kesulitan mengenali produk-produk Kelompok Usaha Sinar Mulia Abadi. Di luar itu, para anggota juga diajarkan cara mengkreasikan limbah batok kelapa.
Berkat bantuan dari BRI Peduli, omzet kelompok usaha Sinar Mulia Abadi bisa menyentuh kisaran Rp25 juta per bulan. “Selain itu, setiap BRI mengadakan acara, kelompok usaha kami juga selalu dilibatkan di dalamnya,” imbuh Rani.
Pada kesempatan terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menambahkan melalui Program Klasterkuhidupku BRI mendampingi dan membantu perempuan pelaku usaha. BRI tidak hanya mendukung dari sisi permodalan, tetapi juga memberikan pelatihan usaha.
“Kisah yang ditunjukkan oleh kelompok usaha perempuan Sinar Mulia Abadi menjadi motivasi dan cerita inspiratif yang dapat ditiru oleh kelompok-kelompok usaha perempuan lainnya di berbagai daerah,” kata Supari.