Profil Titiek Puspa Penyanyi Legendaris Indonesia Tutup Usia

Ringkasan
- Harga minyak dunia naik 4% setelah Presiden AS Donald Trump menunda kebijakan tarif impor. Kenaikan harga minyak acuan Brent dan West Texas Intermediate (WTI) masing-masing sebesar US$ 2,66 dan US$ 2,77 per barel.
- Perang dagang AS-Cina memicu kekhawatiran resesi global dan menekan harga minyak. Meskipun permintaan minyak belum terpengaruh, kekhawatiran pelemahan permintaan di masa mendatang membutuhkan harga minyak yang lebih rendah.
- OPEC+ meningkatkan produksi minyak di tengah perang dagang dan kenaikan persediaan minyak mentah AS. Keputusan ini berpotensi mendorong pasar ke kondisi surplus dan membatasi kenaikan harga minyak.

Artis serba bisa, Titiek Puspa meninggal pada Kamis, 10 April 2025 pukul 16.25 dalam usia 87 tahun. Sebelumnya, penyanyi legendaris Indonesia ini menjalani perawatan di RS Medistra, Jakarta karena pendarahan otak.
Sebelum jatuh pingsan, Titiek Puspa masih menyelesaikan rekaman program di salah satu televisi swasta di Jakarta. Kabar duka ini membuat profil Titiek Puspa pun menjadi sorotan karena nama besarnya.
Ia terkenal sebagai penyanyi, musisi, artis, selebritas multitalenta hingga penyintas kanker serviks. Wajah Titiek Puspa berhasil terpampang jelas di billboard Time Square New York pada 2023 lalu.
Lantas, seperti apa sosok Titiek Puspa sebenarnya? Berikut ulasan lengkap mengenai profil Titiek Puspa hingga karirnya yang dikutip dari berbagai sumber.
Profil Titiek Puspa
Titiek Puspa adalah seorang legenda musik Indonesia. Ia lahir di Tanjung, Tabalong, Kalimantan Selatan, pada 1 November 1937.
Nama aslinya adalah Sudarwati. Namun karena sakit-sakitan saat kecil, keluarganya mengganti namanya menjadi Kadarwati, lalu Sumarti, sebelum akhirnya menetap pada nama panggung 'Titiek Puspa'.
Nama ini berasal dari nama panggilan sehari-harinya, Titiek, dan nama ayahnya, Tugeno Puspowidjojo, yang kemudian diambil bagian 'Puspa' sebagai penghormatan. Keluarga Titiek pindah ke Semarang ketika usianya belum genap tiga bulan.
Di kota inilah kecintaan terhadap dunia musik mulai tumbuh. Semasa kecil, ia sering bernyanyi untuk menghibur diri sendiri di tengah kondisi tubuhnya yang sering sakit.
Ia sangat mengidolakan Bing Slamet dan menjadikan dunia seni suara sebagai pelarian sekaligus mimpi yang ingin ia kejar. Masa kecilnya dilalui di tengah masa pendudukan Jepang yang penuh keterbatasan.
Titiek bahkan pernah menceritakan bahwa saat itu keluarganya harus bertahan hidup dengan memakan kulit pisang bekas tentara Jepang. Walau tumbuh dalam keluarga sederhana dan menghadapi hidup yang berat, Titiek tidak kehilangan semangat untuk berkarya.
Meskipun ayahnya sempat menentang keputusannya meniti karier di bidang seni, kakak-kakaknya memberi dukungan penuh. Salah satu kakaknya bahkan diam-diam memberi surat izin agar ia bisa pergi ke Jakarta mengikuti kompetisi menyanyi.
Tekad itu menjadi titik awal dari kariernya yang kelak melegenda.
Profil Titiek Puspa: Perjalanan Karir
Karier Titiek Puspa di dunia seni dimulai sejak remaja. Pada tahun 1954, ia memenangkan juara II dalam kompetisi Bintang Radio RRI Semarang untuk kategori hiburan.
Kemenangan ini membuka jalan baginya untuk tampil bersama Orkes Simfoni Jakarta yang dipimpin oleh Sjaiful Bahri. Di malam penganugerahan, ia membawakan lagu 'Chandra Buana' karya Ismail Marzuki, dan tak lama setelah itu, ia menjadi penyanyi tetap orkes tersebut.
Tahun 1955 menjadi tonggak penting dalam hidupnya. Ia melakukan rekaman pertamanya di Lokananta, perusahaan rekaman pertama milik pemerintah Indonesia.
Sejak saat itu, kariernya terus melejit. Lagu-lagu ciptaannya mulai menarik perhatian publik, termasuk Presiden Sukarno yang sampai memintanya tampil di Istana Negara.
Ia dikenal tidak hanya sebagai penyanyi, tapi juga pencipta lagu ulung. Albumnya yang kedua, 'Si Hitam dan Pita' (1963), mencakup lagu 'Pantang Mundur' yang kemudian menjadi lagu nasional yang menginspirasi semangat kebangsaan.
Di dunia perfilman, Titiek Puspa telah membintangi berbagai film, termasuk Minah Gadis Dusun (1996), Gadis (1980), Apanya Dong (1983), dan Musik Untuk Cinta (2017). Ia membintangi sedikitnya 21 film layar lebar dan menjadi ikon lintas generasi.
Lagu-lagunya seperti 'Kupu-Kupu Malam', 'Apanya Dong', 'Gang Kelinci', hingga 'Bing' (sebuah penghormatan untuk mendiang Bing Slamet), menunjukkan kemampuannya menangkap realitas sosial dengan sensitivitas tinggi.
Ia tak segan menulis lagu dari kisah hidup orang lain, bahkan tema yang dianggap tabu sekalipun, seperti pelacuran dalam 'Kupu-Kupu Malam', disampaikan dengan cara yang humanis dan puitis.
Di masa Orde Baru, ia menciptakan lagu 'Bapak Pembangunan' sebagai bentuk penghormatan kepada Presiden Soeharto. Meski demikian, ia dikenal sebagai sosok yang netral secara politik dan lebih fokus pada kontribusi seni daripada menyuarakan agenda tertentu.
Ia sering membuat lagu-lagu himne atau mars tanpa meminta bayaran, dan aktif dalam kegiatan sosial seperti kampanye anti-AIDS. Tahun 1974 menjadi momen penting ketika lagu ciptaannya 'Cinta', yang dinyanyikan oleh Broery Marantika, mewakili Indonesia dalam ajang World Popular Song Festival di Budokan Hall, Tokyo.
Meski hanya sampai semifinal, ini membuktikan kualitas musiknya di kancah internasional. Karyanya 'Harar Kasib' bahkan meraih Bronze Prize di The World Song Festival di Los Angeles, 1984, melalui suara Euis Darliah.
Pada 1994, ia mendapat penghargaan Pengabdian Panjang di Dunia Musik dari BASF Award ke-10. Di tahun 2004, beberapa musisi lintas generasi seperti Chrisye, Iwan Fals, Project Pop, Kahitna, hingga Peterpan, merilis album tribute berjudul 'From Us to You' sebagai bentuk penghormatan terhadap karier panjang Titiek Puspa.
Sepanjang kariernya di industri hiburan Indonesia, Titiek Puspa telah menerima berbagai penghargaan dan prestasi. Termasuk Juara Bintang Radio Jenis Hiburan Tingkat Jawa Tengah pada 1954, BaSF Award ke-10 untuk kategori Pengabdian Panjang di Dunia Musik pada tahun 1994, serta diabadikan oleh majalah Rolling Stone Indonesia sebagai salah satu dari The Immortals: 25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa" pada 2008.
Perjalanan kariernya menembus zaman. Perjalanan musik Titiek Puspa melewati delapan era presiden, mulai dari Sukarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Sukarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, Joko Widodo, bahkan masih sempat menyaksikan awal masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Profil Titiek Puspa: Sempat Mengidap Kanker
Pada tahun 2009, Titiek Puspa sempat didiagnosis menderita kanker serviks stadium satu. Kabar ini sempat mengejutkan publik karena di usia yang tak lagi muda, ia harus menghadapi penyakit serius tersebut.
Ia menjalani berbagai pengobatan, termasuk pengobatan medis di RS Mount Elizabeth, Singapura. Di samping kemoterapi, Titiek kemudian mencoba pendekatan alternatif.
Ia menjalani meditasi secara rutin dan mulai mengonsumsi berbagai herbal. Saat sakit, ia tetap produktif dengan menciptakan 61 lagu.
Ia dinyatakan sembuh dari kanker dan kembali menjalani hidup dengan penuh semangat, meskipun tidak lagi seproduktif masa mudanya. Kesembuhannya dari kanker menjadi kisah inspiratif bagi banyak orang, terutama mereka yang juga sedang berjuang melawan penyakit.
Dalam banyak kesempatan, ia membagikan kisah penyembuhannya dengan harapan bisa menjadi motivasi bagi orang lain.
Demikian ulasan lengkap mengenai profil Titiek Puspa, penyanyi legendaris Indonesia. Selamat jalan Titiek Puspa.