Kebablasan, Perusahaan Swedia Ini Menyesal Pakai AI Gantikan Ribuan Karyawan
Saat banyak perusahaan dengan bangga beralih ke Artificial Intelligence (AI), menggelontorkan dana besar demi bisa gantikan pekerja mereka dengan teknologi, perusahaan asal Swedia bernama Klarna justru menyesal. Perusahaan tersebut kini dikabarkan kembali merekrut karyawan dan memposting lowongan kerja di website resmi mereka.
Sebastian Siemiatkowski, CEO Klarna menyebut bahwa mereka telah kebablasan dalam menggunakan AI. Mereka terlalu berambisi menggantikan 1.200 karyawan dengan AI pada 2024 lalu.
"Kami mungkin cukup berlebihan (pakai AI), sehingga dalam enam bulan terakhir kami mencoba memperbaikinya," kata Siemiatkowski dalam wawancara bersama Reuters, Kamis 11 September 2025.
Ingin Pangkas Biaya Operasional
Keputusan berani tersebut diambil supaya Klarna bisa memangkas biaya operasional, meningkatkan efisiensi pekerjaan hingga mempercepat pengambilan keputusan. Klarna bahkan dikatakan melepas kerja sama mereka dengan Salesforce, dan beralih ke penggunaan AI untuk memproduksi promosi digital.
Dengan penerapan AI yang berlangsung sejak tahun lalu, Klarna disebut mampu memangkas pekerja hingga tersisa 3.800 orang dari yang sebelumnya berjumlah 5000 pekerja.
Gantikan 700 Karyawan dengan Chatbot AI
Gencarnya penggunaan AI pada bisnis Klarna, membuat mereka bisa menggantikan pekerjaan 700 karyawan memakai chatbot AI. Pada praktiknya, alat tersebut dinilai bekerja dengan lebih cepat. Chatbot AI yang mereka gunakan mampu menyelesaikan pekerjaan dengan waktu rata-rata dua menit, dari sebelumnya sekitar 11 menit.
Buat Avatar AI untuk CEO
Bukan hanya karyawan. Mei 2025, Klarna mencoba menggantikan kehadiran CEO mereka memakai avatar AI. Model AI tersebut dilatih sesuai dengan suara, wawasan dan pengalaman yang dimiliki Sebastian Siemiatkowski.
Hasilnya, avatar AI itu berhasil dipakai sebagai representasi CEO Klarna dalam memaparkan pendapatan perusahaan, dan juga ditugaskan pada layanan hotline, sehingga pelanggan merasa sedang berbicara dengan Siemiatkowski.
Tidak Membantu Produktivitas
Dilihat dari penggunaan anggaran, penerapan AI pada bisnis Klarna memang memberikan penghematan sekitar dua juta dollar Amerika Serikat, setara 32,7 miliar. Namun di sisi lain, performa teknologi tersebut ternyata tidak memberikan peningkatan yang signifikan.
Penggunaan teknologi AI pada bisnis Klarna dilaporkan tidak begitu membantu meningkatkan produktivitas, dan tidak memberikan peningkatan kualitas produk bagi pelanggan. Hal serupa juga dirasakan oleh para investor. Sebab penghematan yang dihasilkan AI dianggap tidak terlalu berarti bagi mereka.
"Investor saya tidak akan senang begitu saja. Mereka akan mengharapkan pertumbuhan dan melihat apa yang kami tawarkan ke pelanggan serta bagaimana kinerjanya," kata CEO Klarna.
Kembali Rekrut Karyawan
Demi memperbaiki keadaan, Klarna saat ini membuka banyak lowongan pekerjaan dan berusaha merekrut karyawan lagi. Walau begitu, mereka tetap optimis bahwa perusahaan tetap bisa memberikan pelayanan terbaik.
Apa yang terjadi pada Klarna bisa menjadi pembelajaran, bahwa penggunaan AI yang berlebihan pada bisnis bisa saja membawa dampak negatif. Sebab perusahaan terlalu bergantung pada otomatisasi teknologi, dan beralih sepenuhnya pada sistem berbasis AI tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang.
