Intraco Penta (INTA) Bidik Kenaikan Pendapatan 128,31 Persen di 2023
Langkah PT Intraco Penta Tbk yang mengganti PT Intan Baru Prana Tbk (IBFN) menjadi distributor alat pengangkut komersial diharapkan bisa memperbaiki kinerja keuangan di 2023. Dengan demikian, sanksi penghentian sementara (suspensi) perdagangan saham IBFN di Bursa Efek Indonesia bisa dicabut.
“IBFN akan menggeluti bisnis alat pengangkutan komersial. Kami optimis dengan industri alat berat dan pengangkutan komersial sangat prospek kedepannya. Sehingga berikan peluang untuk pemulihan yang lebih cepat kedepannya dan akan bawa dampak positif ke perseroan dari labanya,” kata Direktur Keuangan Intraco Penta Willianto Febriansa dalam paparan publik perseroan secara virtual, Jumat (16/12).
Direktur Utama Intraco Penta Petrus Halim menambahkan, perubahan lini anak usaha emiten berkode INTA dari perusahaan pembiayaan itu tak lepas dari kompetensi unggulan induk usaha. “Kita punya pengalaman dan kompetensi yang kuat di bidang ini,” ucapnya.
Sebagai informasi, saham IBFN telah disuspensi sejak awal Februari 2022. saham IBFN dikenai tiga Notasi Khusus, yakni ekuitas negatif (E), opini disclaimer dari auditor (D) dan saham dalam pemantauan khusus (X).
Hal itu sejalan dengan laporan keuangan IBFN per 30 September 2022, perseroan mencatatkan ekuitas negatif Rp 542,99 miliar atau lebih besar dibanding per 31 Desember 2021 yang senilai Rp 521,84 miliar.
Intraco Penta, sambung Willianto optimistis bisa mencapai pertumbuhan kinerja yang baik. Di mana, penjualan alat berat dan pendukungnya ditargetkan tahun ini naik 8 persen menjadi Rp 657 miliar. Lalu meningkat drastis hingga 128,31 persen menjadi Rp 1,5 triliun pada tahun depan.
“Tren tahun depan kami optimis bahwa penjualan tahun 2023 di tengah masih tingginya harga komoditas dan nikel,” ucapnya.
Untuk mengejar target tersebut, INTA telah menyiapkan belanja modal Rp 84 miliar di 2023. Rp 70 miliar diantaranya akan digunakan untuk penggantian alat berat. Sisanya untuk pengembangan software ERP di tengah tahun.
Petrus mengatakan tahun depan tren penjualan alat berat diproyeksi akan meningkat khususnya untuk pertambangan, perkebunan, dan proyek infrastruktur. Untuk itu, perseroan akan memacu dan mendorong kinerja penjualan pada lini alat berat.
“Kami memandang tahun depan masih akan prospektif kendati ada bayangan resesi global. Selain mendorong kinerja pada lini utama kami alat berat, tentunya kami juga akan mengoptimalkan kinerja lini bisnis lainnya agar sinergi dan keberlanjutan bisnis tetap terjaga,” katanya.
Adapun pada tahun 2022 ini perseroan telah melakukan restrukturisasi pinjaman dalam rangka penyelesaian fasilitas kredit perseroan dan anak usahanya. Yaitu, PT Intraco Penta Wahana (IPW), PT Intraco Penta Prima Servis (IPPS), dan PT Columbia Chrome Indonesia (CCI) terhadap Bank Mandiri. Hal ini sebagai salah satu strategi guna menjaga kinerja perseroan secara keseluruhan.
Selanjutnya, menurut Petrus sejumlah strategi juga masih akan digencarkan pada tahun depan guna mengoptimalkan pertumbuhan kinerja perseroan. Salah satunya yaitu memaksimalkan usaha perdagangan alat berat dan mendorong penjualan suku cadang dengan jaringan distribusi yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
Secara kinerja, hingga September 2022 pendapatan INTA naik 12,01% menjadi Rp 497,16 miliar dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh tahun 2021 sebesar Rp 443,78 miliar. Namun, INTA masih mencatat rugi bersih komprehensif sampai kuartal tiga 2022 sebesar Rp 99,56 miliar.