Peneliti Indra dan Carina Siap Bantu Pengembangan Vaksin di Indonesia

Nama peneliti Indra Rudiansyah dan Carina Citra Dewi Joe menjadi bahan pembicaraan setelah keterlibatan mereka dalam pembuatan vaksin virus corona Oxford/AstraZeneca diketahui publik. Kedua peneliti tersebut mengaku sangat bersedia jika dimintai bantuan untuk pengembangan vaksin nasional Merah Putih.
Indra merupakan kandidat doktor alias PhD dan peneliti Jenner Institute di Universitas Oxford, Inggris. Sedangkan Carina adalah peneliti pengembangan vaksin pada lembaga dan unversitas yang sama.
Namun, baik Indra dan Carina mengingatkan pengembangan vaksin tidak bisa dilakukan satu orang. Dibutuhkan ketekunan ratusan orang agar pengembangan vaksin berjalan sesuai rencana dari awal penelitian hingga proses produksi.
"Pembentukan dan produksi vaksin tidak bisa berjalan sendiri. Bukan one man standing. Banyak orang di berbagai bidang terlibat. Kalau soal membantu, saya dan Carina akan happy melakukannya. Cuma, sekali lagi, perlu diingat proses pengembangan vaksin tidak hanya (bergantung) satu orang," tutur Indra saat wawancara khusus dengan Katadata.co.id, Jumat (30/7).
Indra menuturkan bantuan yang dia dan Carina berikan tidak harus dalam wujud hadir secara fisik di tanah air karena mereka tetap bisa membantu dari jarak jauh.
"Kami dari sini juga dapat membantu menjelaskan tahapan mana yang kritis dan harus dilalui," tutur pria yang kini tinggal di Inggris tersebut.
Seperti halnya Indra, Carina juga menuturkan bahwa proses pengembangan vaksin harus dilakukan banyak orang dan berjalan secara terus menerus.
"Tidak hanya satu orang, tapi juga perlu waktu yang lama, bertahun-tahun. Perlu usaha yang terus-menerus. Risetnya bukan hanya satu dan dua bulan saja,"tuturnya saat wawancara khusus dengan Katadata.co.id, Jumat (30/7).
Menteri BUMN Erick Thohir secara khusus sudah mengajak Indra untuk mengembangkan vaksin di tanah air.
Sementara itu, pekan lalu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin secara khusus meminta Universitas Airlangga untuk mempercepat uji klinis vaksin Merah Putih sehingga vaksin tersebut bisa segera diproduksi. Seperti diketahui, Program vaksin Merah Putih kini tengah dikembangkan oleh sejumlah perguruan tinggi Indonesia.
Universitas Airlangga sejauh ini mampu melakukan pengembangan vaksin Merah Putih lebih cepat dibandingkan yang lain. Tim Peneliti Vaksin Merah Putih Universitas Airlangga Surabaya (30/5) menyatakan bahwa vaksin virus corona buatan anak bangsa tersebut akan siap digunakan pada awal tahun 2022 setelah memperoleh hasil yang baik saat uji praklinik tahap I.
Carina menambahkan selain uji klinis, pengembangan vaksin juga akan dihadapkan pada tahap rumit saat memasuki proses produksi secara masal. Menurutnya produksi masal menjadi penting supaya orang yang mendapatkan vaksin bukan hanya dari negara yang memproduksi vaksin tersebut tetapi juga negara lain agar herd immunity segera terbentuk.
“Proses manufakturnya lumayan panjang. Ada hulu dan hilir,” tuturnya.
Dia menambahkan proses manufaktur vaksin Oxford/AstraZeneca dilakukan di 23 laboratorium di 12 negara. Namun, Indonesia belum masuk ke dalam 12 negara tersebut.
“Ada, ada. Sepertinya ada pembicaraan (kemungkinan Indonesia ikut dalam pengembangan vaksin Oxford/AstraZeneca). Tapi harus ada proposal dan prosedurnya. Prosesnya bukan seperti bikin kue. Ada spesifikasi untuk laboratorium dan fasilitasnya. Kedua, skill (keahlian) yang khusus,” ujar Carina.