Andalkan Emas Perhiasan, Perdagangan RI-UEA Diharapkan Naik Tiga Kali
Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA) telah memulai Perundingan Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Emirat Arab (Comprehensive Economic Partnership Agreement/IUAE-CEPA), pada Kamis (2/9). Perundingan kedua negara diharapkan bisa meningkatkan nilai perdagangan kedua negara hingga dua sampai tiga kali lipat.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, nilai ekspor-impor Indonesia-Uni Emirat Arab pada tahun 2020 mencapai US$2,93 miliar atau Rp42,2 triliun. Pada Januari-Juni 2021, nilainya menembus US$1,9 miliar, atau naik 27% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Menteri Perdagangan M. Lutfi optimis target kenaikan 2-3 kali lipat bisa tercapai mengingat banyak komoditas yang bisa menjadi andalan untuk mendongkrak nilai perdagangan. Salah satunya adalah emas dan emas perhiasan.
Nilai ekspor emas dan emas perhiasan Indonesia di tahun 2020 mencapai US$8,2 milair atau sekitar Rp 118 triliun. Sayangnya, hanya sekitar US$76 juta yang diperdagangankan langsung antara Indonesia-Uni Emirat Arab.
"Sebanyak 37% ekspor emas dan emas perhiasan kita pergi ke negara transit dan negara transit itu seluruhnya memiliki perjanjian perdagangan dengan Uni Emirat Arab. Maka hampir seluruhnya emas dan emas perhiasan itu dijual negara transit ke Uni Emirat Arab," tutur Mantan Dubes RI untuk Amerika Serikat tersebut.
Dengan adanya Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif antar kedua negara maka Uni Emirat Arab bisa membeli emas dan emas perhiasan Indonesia secara langsung dan lebih murah. Faktor ini diyakini akan mendongkrak ekspor komoditas tersebut ke negara yang memiliki kota-kota terkenal seperti Dubai dan Abu Dhabi itu.
"Dengan perjanjian perdagangan (yang sekarang ada di antara UEA dan negara transit) maka barang bisa 5% lebih murah dibandingkan membeli langsung dari Indonesia. Karena itulah perjanjian (IUAE-CEPA) menjadi penting," tutur Lutfi.
Dengan posisi penting Uni Emirat Arab di kawasan Arab, keberadaan IUAE-CEPA juga diharapkan bisa berdampak besar terhadap target Indonesia untuk menggarap negara lain di jazirah Arab.
"Ini bagian dari anjungan atau jendela kita untuk menjual barang ke negara non-tradisional seperti Afrika dan Jazirah Arab," ujarnya.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan perundingan IUAE-CEPA diharapkan selesai dalam waktu setahun. Selain infrastruktur, Retno mengatakan UEA dan Indonesia menjajaki sejumlah kerja sama di bidang kesehatan dan ekonomi hijau berkelanjutan.
“Presiden mengharapkan perundingan ini dapat diselesaikan kurang dari satu tahun. Sehingga dalam beberapa bulan kedepan diperoleh hasil perundingan mencapai progress yang cukup signifikan,” kata Retno.
Dalam peluncuran perundingan IUAE-CEPA pada Kamis (2/9), Mendag menjelaskan terbukanya kemungkinan untuk mendorong dua sektor penting, yaitu halal dan niaga elektronik (e-commerce).
“Terkait dengan halal, saya bercita-cita membangun industri halal kolaboratif yang kuat antara Indonesia-UEA. Tidak hanya untuk pasar kedua negara, tetapi juga untuk dunia. Kedua negara termasuk negara terkemuka dalam industri halal global, sehingga masalah halal menjadi salah satu prioritas utama dalam persetujuan ini,” ujarnya.