Berefleksi Melalui Yoga, Joget, dan Tari Sufi

Image title
Oleh Tim Redaksi
2 Maret 2022, 10:00
Berefleksi Melalui Yoga, Joget, dan Tari Sufi
Katadata | Ajeng Nindias

Yah, aku enggak bisa menari loh!”

Omongan peserta tersebut terdengar Tiar JogGa sebelum mengisi acara di Festival Cinta pada Sabtu (19/02) lalu. Ia bersama Tebo Aumbara hari itu menjadi narasumber lokakarya “Sufi dan Tari sebagai Refleksi Diri”.

Usai jam makan siang, sesi keduanya baru dimulai. Sekitar pukul 14.00 para peserta memenuhi joglo Omah Petroek, Pakem, Sleman buat mendengarkan penjelasan Tiar dan Tebo.

Tiar menekankan pada peserta tak usah menutup diri karena merasa tidak bisa menari. “Di lokakarya ini saya tidak akan mengajarkan teman-teman untuk menari. Kita hanya bergerak dengan kesadaran pernapasan. Karena dalam sehari kita sudah bergerak tetapi tidak menyadarinya. Mari kita bergerak secara sadar lalu sentuh dengan estetika yang menjadi tari,” katanya.

Setelah berkata demikian, Tiar meminta peserta festival untuk berbaring di atas karpet lalu bangun ketika diberi aba-aba. Ketika bangun, mereka harus memasukkan unsur keindahan di dalamnya. Proses tersebut diulang sekali lagi. Ketika sudah bangun, para peserta lantas disuruh berjalan tanpa menabrak yang lain.

Tiar meminta mereka untuk merasakan napas dan membolehkan peserta menggerakkan tangan sesuai dengan keinginan hati. “Jika menyadari gerak dan napas yang Anda miliki, Anda akan merasakan ketenangan dalam diri anda,” ujarnya.

Sesuai dengan kata JogGa yang merupakan gabungan joget dan yoga, Tiar memadukan unsur tari dan yoga agar para peserta bergerak secara sadar. Menurutnya, joget serta yoga sama-sama memiliki konsentrasi di olah tubuh. Namun olah tubuh di yoga memasukkan elemen kelenturan, kekuatan, dan napas.

“Yoga dan tari bedanya di napas dan kesadaran untuk bergerak. Di tari selalu diajarkan untuk menghapalkan. Kita selalu memperhatikan gerakan yang indah sesuai musik tetapi terkadang tidak diajari ingat napas,” kata Tiar. Penggabungan elemen-elemen itu akan mendatangkan ketenangan diri.

Sufi Festival Cinta
Sufi Festival Cinta (Katadata | Ajeng Nindias)

Tiar mengatakan ia ingin mengajak para peserta di Festival Cinta untuk menari sebab hal itu tidak sulit jika dilakukan secara sadar. Mereka bisa menghargai hal-hal yang dapat dikerjakan badan sendiri dengan menjadi sadar. Hal ini mampu menghilangkan rasa insecure atau khawatir saat hendak menari.

Menari dengan kesadaran napas ternyata juga berlaku ketika peserta festival belajar mempraktikkan tari Sufi atau whirling dervish. Tebo Aumbara, seniman asal Bali, mengatakan tari tersebut merupakan sebuah estetika untuk mengingat Sang Pencipta dengan bergerak.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...