Yoga untuk Semua di Festival Cinta

Image title
Oleh Tim Redaksi
26 Februari 2022, 08:00
Yoga untuk Semua di Festival Cinta
Katadata | Ajeng Nindias

Belasan orang menggelar matras yoga di area terbuka Omah Petroek pada Sabtu (19/02) lalu. Mereka menggunakan pakaian khas orang yang hendak berolahraga: celana legging spandek, baju berbahan kaos, dan celana training berwarna gelap atau terang.

Setelah matras digelar, para peserta langsung mengambil posisi duduk bersila. Masker menutupi sebagian wajah mereka. Tak ada suara obrolan sebab semua bersiap untuk yoga.

Tak lama setelah itu, praktisi yoga sekaligus pendiri komunitas Yoga Gembira Yudhi Widdyantoro naik ke atas panggung yang terletak di muka area terbuka. Ia memakai baju panitia berwarna merah dengan logo Festival Cinta yang besar di depannya.

Selain Yudhi, ada dua pegiat sekaligus praktisi yoga yakni Patah Ansori dan Wilhelmus yang mengisi “Yoga untuk Semua”. Mereka bergantian mengajar yoga di panggung hingga sesi acara ditutup dengan permainan kartu bersama peserta festival.

Pagi itu, sesi dalam Festival Cinta yang bertajuk “Yoga untuk Semua” diikuti berbagai macam orang: laki-laki, perempuan, anak muda, serta orang tua.

Patah menjelaskan peserta festival yang mengikuti yoga memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Sebagian dari mereka belum bisa yoga sedangkan sisanya sudah bisa bahkan mahir beryoga. Akan tetapi, di situ justru terletak keindahan olahraga yang menggabungkan pikiran dan tubuh tersebut.

“Seseorang yang sudah mahir melakukan gerakan yoga dengan pemula akan sama-sama mendapatkan manfaat yang maksimal. Hanya kesempurnaan pose saja yang lain tetapi bagi kami hal itu tidak terlalu penting,” kata Patah.

Menurutnya, yoga di Festival Cinta untuk mengenal tubuh sendiri, merasakan, menghayati, dan menghargai organ pernapasan. Perhatian pada pernapasan kerap kali dilakukan tanpa disadari.

Karena itu, ada tiga tangga atau jalan dalam yoga yang dilakukan Patah, dkk di sesi acara tersebut agar kesadaran tersebut muncul. Asana meliputi olah tubuh, pranayama alias olah napas, serta pratyahara atau menarik perhatian ke dalam diri.

Ketiganya bisa dilakukan oleh mereka yang sama sekali belum pernah beryoga. Alih-alih dapat berpose yang apik, peserta diharapkan bisa mengenal dan menerima diri sendiri lewat tiga jalan yoga tadi.

Pose kurang bagus, menurut Patah, justru menunjukkan bahwa seseorang memiliki keterbatasan sehingga ia menjadi sadar dirinya tidak sempurna. Hal tersebut terjadi pula pada orang lain.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...