Kharisma Event Nusantara, Upaya Berjuang untuk Kembali Normal

Luki Safriana
Oleh Luki Safriana
24 November 2021, 06:57
Luki Safriana
Ilustrator: Joshua Siringoringo | Katadata
Pengunjung mengamati karya saat pameran seni yang bertajuk "Belum Selesai" di Jogja Gallery, Yogyakarta, Kamis (11/11/2021). Pameran tunggal karya seniman Gusmen Heriadi yang menampilkan 150 karya ini merupakan tonggak 25 tahun berkarya dalam dunia seni rupa, berlangsung hingga 30 November 2021.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, pada April lalu meluncurkan program “Kharisma Event Nusantara (KEN) 2021”. Ini sebagai upaya menggerakkan kembali roda perekonomian di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, terutama di bidang event.

Kemunculan nama baru dari sebelumnya Calender Of Event yang dimulai pada era Arief Yahya sangat menarik untuk dijelajahi akan peluang, tantangan, dan harapan di masa depan. Hal tersebut selaras dengan perkembangan industri event yang masih berjuang untuk kembali normal.

Advertisement

Pergantian nama tersebut tidak sekadar pemanis. Sudah dirasa mendesak perlunya kebijakan payung untuk tata kelola menyeluruh sebagai buku putih bagi trisula industri yaitu event, pariwisata, dan kreatif.

Sebagai penyempurnaan dari Calendar of Event (COE), KEN didorong sebagai media untuk. mempertahankan jumlah lapangan kerja dan mendorong perekonomian Indonesia. Posisi dari perubahan tersebut tetap jelas, sebagai tindak lanjut dari arahan Presiden Joko Widodo.

Dilansir dari situs resmi Kemenparekraf, KEN 2021 memiliki keunggulan dan keunikan tersendiri yang akan merangkum berbagai macam acara di seluruh provinsi, mulai dari tingkat desa, kelurahan, hingga provinsi. Sepanjang penyelenggaraan 2021, para pelaku event terutama yang telah terpilih pada data KEN, diwajibkan menerapkan protokol Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability (CHSE).

Event langganan tiap tahun kian dituntut berbenah dan beradaptasi secara maksimal agar tidak tergilas atau bahkan hilang akibat berbagai perubahan kebijakan yang cukup fundamental. Penyesuaian manajemen cipta kelola dengan keselarasan teknologi adaptif menuntut pengelola harus bergegas meningkatkan skill dan kapasitas.

Perbedaan signifikan adalah KEN sangat selektif dalam memilih event yang masuk dari seluruh penjuru nusantara. Kualitas menjadi kunci dan tidak lagi kuantitas.

Periode sebelumnya identik dengan angka 100, maka tahun ini hanya terdapat 83 event yang mencangkup 34 provinsi di Indonesia. Event yang masuk dibagi menjadi beberapa kategori, yakni event terbaik berbasis adaptasi, event skala internasional, nasional, regional dan reguler.

Perbedaan mencolok kali ini yakni pendekatan kualitas kian dikedepankan ketimbang kuantitas Mekanisme kuratorial sebagai suatu sistem seleksi dilakukan oleh para ahli dengan beranggotakan Joshua Puji Simanjuntak (ketua), Heru Prasetya (kurator budaya), Eko Supriyanto (kurator seni pertunjukan), Ignasius Galih (kurator Ekraf), Yuki Nata dan Debora Saron (kurator manajemen event).

Respons progresif, atraktif, dan kreatif dengan tetap mempertahankan identitas event sekaligus persisten menghadapi tantangan transisi pandemi terus digelorakan, diantaranya melalui Festival Tidore (Maluku Utara, 9 April), International Mask Festival (Solo, 11-12 Juni), dan Festival Teluk Jailolo (Halmahera Barat, 9-12 Juni). Juga dalam Solo International Performing Arts (Solo, 7-9 Oktober), Ubud Writers And Readers Festival (Bali, 8-17 Oktober), serta Indonesia Contemporary Art & Design (Jakarta, 21 Oktober – 28 November).

Penyusutan jumlah dari 100 menjadi hanya 83 tersebut tetap tidak mengurangi kesakralan dan animo provinsi untuk tetap merakit bangun event berkualitas di daerahnya. Menjadi suatu potensi raksasa bila kolektivitas berbagai event yang berserak senusantara dapat dikelola sekaligus diberdayakan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.

Ekosistem besar tersebut perlu di-manage secara terintegrasi sebagai arsitektur kesatuan dari bangunan trisula industri: event, pariwisata, dan kreatif. Dampak nyata yang berpotensi dapat memantik semangat persatuan serta identitas bangsa menuju ketahanan, kemandirian dan kedaulatan nasional.

Halaman:
Luki Safriana
Luki Safriana
Pengajar Paruh Waktu Prodi S1 Event Universitas Prasetiya Mulya, Mahasiswa Doktoral PSL-IPB University

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement