Pegadaian Butuh Transformasi

Image title
Oleh Tim Redaksi
2 Juni 2018, 12:32
Direktur Utama PT Pegadaian Sunarso
Ilustrator: Betaria Sarulina | Katadata

Bisnis pergadaian sepertinya memang tidak akan mati. Gadai dianggap sebagai cara paling mudah dan cepat bagi masyarakat mendapatkan uang untuk kebutuhan mendadak. Makanya saat ini perusahaan gadai cukup menjamur, khususnya di perkotaan.

Banyaknya perusahaan yang masuk dalam bisnis gadai tentunya bisa menggerus pasar Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Pegadaian (Persero). Direktur Utama Pegadaian Sunarso merasa yakin perusahaan yang dipimpinnya tidak akan kalah dalam persaingan ini. Meski banyak perusahaan gadai bermunculan, pertumbuhan usaha Pegadaian masih baik.

Menurutnya, pasar gadai di Indonesia tidak akan habis sampai kapanpun, tapi tidak bisa tumbuh secara atraktif. Karena industri ini sebenarnya niche market (pasarnya terbatas).  Ini menjadi alasan utamanya untuk mentransformasikan Pegadaian.

“Kalau Pegadaian hanya tumbuh di bisnis pergadaian saja, maka pertumbuhannya tidak akan agresif. Makanya Pegadaian perlu mengerjakan strategi yang kami sebut grab new business opportunity,” ujarnya.

Dalam wawancara khusus dengan Ihya Ulum Aldin dan Safrezi Fitra dari Katadata beberapa waktu lalu, Sunarso mengungkapkan rencananya dalam mentransformasikan perusahaan pergadaian pelat merah ini.

Bagaimana tren pertumbuhan usaha Pegadaian?

Kalau beberapa tahun yang lalu kami masih tumbuh double digit (di atas 10%), tahun lalu loan kami tumbuh 9% di 2017. Tapi, perlu kita ketahui industri perbankan hanya tumbuh sekitar 8%. Kan sebenarnya sama saja dengan pasar mereka.

Banyak pemain baru bisnis gadai bermunculan, apakah berpengaruh pada kinerja Pegadaian? 

Jadi, sebenarnya pasar pergadaian itu tidak bisa tumbuh agresif. Banyak pemain baru masuk, tapi saya percaya, nanti mereka juga akan mati. Apalagi, kalau Pegadaian saya transformasi besar-besaran kemudian menjadi traktor raksasa, jadi buldozer raksasa. Pilihannya hanya dua, silakan maju terus tapi mati atau bergabung menjadi agen Pegadaian. Pilihannya hanya itu.

Apa yang mendasari optimisme Pegadaian dapat memenangkan persaingan ini?

Memangnya mereka (pegusahaan gadai swasta) punya fasilitas seperti Pegadaian? Pasti pada akhirnya mereka juga akan bermain khusus di emas. Memangnya gampang apa menyimpan mobil, menyimpan logistik? Sekarang ini dari bisnis pergadaian yang begitu banyak, kebanyakan kan ilegal. Yang legal kan cuma tiga perusahaan.

Kami punya strategi meningkatkan jangkauan layanan. Kami sudah meluncurkan dua hal. Pertama, memfasilitasi masyarakat menjadi agen Pegadaian. Targetnya setahun ini ada 6.000 agen seluruh Indonesia, sekarang kami sudah mempunyai 3.400 agen, itu baru sampai bulan Maret. Kalau misalnya gadai swasta mau, bisa bergabung menjadi agen Pegadaian. Dari pada nanti diuber-uber sama OJK (Otoritas Jasa Keuangan).

Mereka bisa masuk ke bisnis gadai segmen yang kecil-kecil, seperti elektronik, dan barang lainnya?

Iya. Tapi pegadaian juga masuk di situ, kami sudah punya semua itu.

Apa yang mendasari pemikiran Anda, bahwa Pegadaian harus bertransformasi?

Saya ditugaskan menjadi direktur Pegadaian tanggal 19 oktober 2017. Sebenarnya memang sudah saya amati perusahaan ini, saya evaluasi dan analisa seperti apa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT) Pegadaian.

Dua bulan kemudian saya adakan Rapat Kerja Nasional Pegadaian dan dilanjutkan rapat kerja di wilayah Pegadaian seluruh Indonesia. Di rapat kerja itu, saya sampaikan analisis SWOT Pegadaian kepada selruh karyawan. Kemudian saya tanya, "kira-kira Pegadaian perlu transformasi atau tidak?" Ternyata mereka menjawab, "Pegadaian memang perlu transformasi.”

Saya sering melakukan transformasi dan terlibat didalamnya, baik sebagai pelaku maupun memimpin. Transformasi itu sulit, berisiko, kadang-kadang hasilnya pahit. Namun, para karyawan menyanggupi.

Transformasi itu akan berhasil kalau 4 unsur dipenuhi. Pertama, harus jelas objeknya. Kedua, ada pemimpin yang menggerakan. Ketiga, semua pihak menghendaki. Keempat, prosesnya harus dicatat supaya bisa dipelajari oleh semua orang dan menjadi sitem, jangan sampai transformasi digerakan oleh pemimpin yang ilmunya hanya melekat pada orangnya. Nanti kalau pemimpinnya pergi, transformasi tidak bisa dijalankan, karena bukan menjadi sistem. 

Pegadaian sudah penuhi 4 unsur itu?

Sudah. Sekarang unsur keempat, kami sedang menyusun Blueprint Transformasi Pegadaian. Visi kami dalam 5 tahun ke depan Pegadaian harus menjadi the most valuable finance company in Indonesia. itu akan diukur dengan ukuran-ukuran kinerja keuangan. Mencari duit saja tidak cukup, kami harus mencari nama baik juga. Makanya mimpi yang kedua adalah menjadi bagian dari inklusi keuangan nasional yang penting. 

Bagaimana strategi transformasi Pegadaian untuk mencapai itu semua?

Kami menyebutnya G 5tar. G pertama adalah grow core. Artinya Pegadaian itu tidak akan meninggalkan bisnis pergadaian. Tetapi, kalau Pegadaian hanya tumbuh di pergadaian saja, maka pertumbuhannya tidak akan agresif, tidak akan aktraktif.

Pegadaian perlu mengerjakan strategi yang kedua, yang kita sebut grab new business opportunity (mengambil peluang bisnis baru). Artinya, Pegadaian tidak akan mengerjakan pergadaian saja, tapi harus mengerjakan bisnis-bisnis keuangan di luar pembiayaan yang berbasis gadai. Jadi, selain pembiayaan berbasis gadai, Pegadaian harus kerjakan bisnis-bisnis financial dan bisnis-bisnis pembiayaan di luar gadai.

G yang ketiga, di aspek sumber daya manusia, yaitu yang kita sebut grooming talent (pembenahan keahlian). Karena nanti semua ini tergantung manusianya. Keempat, manusianya harus dilengkapi dengan peralatan canggih, itu adalah Generation Z Technology atau the latest technology. Itu pasti digital teknologi, berbasis IT (teknologi informasi). G yang terakhir Great Culture, bagaimana mengubah budaya dan pola pikir digital, mindset attitude culture behind digital.

 Transformasi Pegadaian masuk ke finansial seperti apa?

Kami tidak akan berubah menjadi bank dan Pegadaian juga tidak minat untuk menjadi bank. Tapi Pegadaian juga tidak akan meninggalkan segmen rakyat kecil. Jadi Pegadaian akan tetap melayani rakyat kecil, bermain di retail mikro. Inti dari transformasi kami adalah menyederhanakan proses dengan digital dan pelayanan lebih baik dengan budaya perusahaan (corporate culture) yang berorientasi pada nasabah.

Cafe The Gade menjadi bisnis baru Pegadaian?

The Gade ini salah satu upaya agar orang yang datang ke Pegadaian bertambah. Asumsinya, selama ini anak muda mungkin malu datang atau tidak tahu Pegadaian itu apa. Pegadaian itu adalah bisnis yang bukan hanya melayani orang tua. Dengan dibukanya cafe The Gade, semua jadi melek "Oh ternyata kita bisa kerja di sini sambil kongkow-kongkow." Itu saja sebenarnya.

Yang datang ke The Gade ini rata-rata anak muda. Sekarang, 68% orang yang datang ke Pegadaian, usianya di bawah 45 tahun dan memang 72% itu perempuan. Ketika kami berikan layanan digital, tanpa perlu datang ke Pegadaian, pengaksesnya mayoritas laki-laki. Kesimpulannya bahwa laki-laki malu datang ke Pegadaian.

Anak muda mungkin malu, tetapi begitu datang ke The Gade, dia bisa baca di cangkir minumnya "Investasi Emas.” Mereka akan tahu, ternyata tidak hanya ke Pegadaian tidak hanya untuk berutang, Investasi emas juga bisa, produk-produk yang lain juga ada, remiten, segala macam. Mungkin ini cara saya untuk memperkenalkan produk Pegadaian tidak melulu produk ngasih pinjaman kepada orang susah, itu semangatnya.

Ada rencana membangun The Gade di cabang-cabang?

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...