Bank Syariah Indonesia Masuk Peringkat 5 Besar Perbankan Nasional
Di tengah pandemi Covid-19, tren pertumbuhan dana murah berupa tabungan masyarakat di PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) tumbuh positif sekitar 11,57 persen. Kondisi ini menempatkan bank syariah terbesar di Tanah Air tersebut berada di peringkat lima besar perbankan nasional dari sisi tabungan.
Hingga kuartal III-2021, BSI mencatat pertumbuhan tabungan sebesar 11,57 persen (year on year/yoy) menjadi Rp91,43 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Adapun penghimpunan dana Tabungan Wadiah BSI mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi yakni sekitar 16,22 persen (yoy) atau mencapai Rp30,35 triliun.
Direktur Finance & Strategy BSI Ade Cahyo Nugroho mengatakan, pertumbuhan dana murah berupa tabungan yang positif tersebut menjadi indikator bahwa masyarakat semakin percaya atas layanan jasa keuangan BSI.
“Penghimpunan tabungan kami nomor 5 dan ini menggambarkan kepercayaan masyarakat kepada BSI yang semakin meningkat,” ujar Cahyo dalam BSI Market Outlook 2022: Winning The Post-Pandemic Economy.
Dia menambahkan, kepercayaan tersebut diraih BSI atas keberhasilan manajemen dalam mengintegrasikan operasional dan layanan ke dalam single system yang rampung pada 1 November lalu, pasca ketiga entitas bank asal telah resmi dimerger pada 1 Februari 2021.
Dengan pencapaian itu, Cahyo berkomitmen dan optimistis bahwa BSI dapat berkinerja lebih baik pada masa depan. Dari survei yang dilakukan BSI, sebanyak 43 persen masyarakat Indonesia bersedia menggunakan jasa layanan perbankan bank syariah. Namun, saat ini baru sekitar 7 persen saja yang baru tergarap.
“Ini riset kami. Tentunya ini buat kami potensi pasar yang sangat menarik,” ungkapnya.
Optimisme Cahyo itu pun tak terlepas dari kondisi ekonomi yang perlahan tapi pasti bergerak ke arah yang lebih positif. Pemerintah cukup berhasil dalam mengendalikan pandemi Covid-19 dan dapat mengatrol pertumbuhan ekonomi melalui berbagai stimulus yang tepat.
Optimis Menatap 2022
Chief Economist BSI Banjaran Surya Indrastomo juga optimistis. Menurut dia, penanganan kasus Covid-19 setelah gelombang kedua telah menunjukan hasil positif. Hal itu tercermin dari kasus yang terus melandai, vaksinasi yang meningkat, dan keterisian kamar rumah sakit oleh pasien terpapar Covid-19 yang menurun.
Kondisi tersebut mendorong pemerintah melakukan pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), sehingga kuartal III-2021 ekonomi kembali menggeliat.
Banjaran menilai, dengan pengalaman pemerintah yang baik dalam penanganan pandemi dan stimulus yang tepat di sektor ekonomi, jika ada gelombang krisis berikutnya ekonomi Indonesia tidak akan terlalu terguncang.
“Kalau kita (Indonesia) melewati minggu ketiga dan keempat Desember ini tanpa adanya shock, InsyaAllah Januari 2022, Indonesia akan flying, sehingga kita (indonesia) bisa recovery,” ujarnya.
Menurut dia, pulihnya konsumsi, investasi, serta kinerja positif ekspor akan mendukung pemulihan ekonomi Indonesia pada 2022. Pertumbuhan PDB diperkirakan dapat kembali ke level pre-pandemic pada kisaran 5 persen.
Namun meningkatnya risiko global seperti mutasi varian Covid-19, inflasi, dan normalisasi kebijakan moneter global tetap perlu diwaspadai dampaknya terhadap pemulihan ekonomi.
BSI memproyeksikan pada 2022 industri perbankan syariah akan melanjutkan pertumbuhan positif baik di sisi penghimpunan DPK maupun penyaluran pembiayaan.
Kinerja perbankan syariah utamanya didorong oleh pemulihan ekonomi, tren halal lifestyle, serta kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan ekonomi syariah.
Di sisi lain, untuk ikut serta menopang pergerakan ekonomi ke arah yang lebih positif, menurut Banjaran, BSI berperan aktif dalam penyaluran pembiayaan ke sektor riil. Dengan capaian di sektor perdagangan besar dan eceran Rp14,72 triliun, sektor konstruksi Rp13,74 triliun, dan sektor industri pengolahan Rp9,75 triliun
Adapun, sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan Rp8,62 triliun, sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi Rp4,64 triliun, sektor riil lainnya Rp26,23 triliun.
“Kami memang mendapat mandat menyalurkan dana bersubsidi untuk membantu recovery ekonomi,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Andry Asmoro mengatakan dengan langkah pemerintah memulihkan ekonomi dari efek pandemi, Bank Mandiri memproyeksikan ekonomi akan kembali bangkit secara bertahap ke level pre-Covid pada pertengahan 2022.
“Kami memprediksi sektor yang akan pulih terlebih dahulu dengan cepat adalah yang berhubungan dengan kebutuhan dasar,” kata dia,”utamanya makanan dan minuman. Kemudian durable goods yang akan pulih berikutnya.”
Menurut dia, ketika sektor di luar industri makanan dan minuman mulai bangkit menjadi indikator utama yang mengindikasikan masyarakat Indonesia mulai percaya terhadap kondisi ekonomi yang semakin membaik.
“Ini yang perlu dijaga pemerintah dan semua pihak, bagaimana menjaga momentum pemulihan,”ujarnya.