Menghitung Untung Rugi Investasi Emas Saat Harga Tinggi
Harga emas menunjukkan tren kenaikan selama pandemi Covid-19. Bahkan, harga emas sempat menyentuh kisaran US$ 1.900 per ons dan mencetak rekor tertinggi setelah 2011, sebelum akhirnya menurun.
Mengutip Bloomberg, Rabu (15/7) pukul 09.25 WIB, harga emas di pasar spot tercatat berada di level US$ 1.808,7 per ons, naik tipis 0,04% dibandingkan harga sehari sebelumnya.
Peningkatan harga emas disebabkan karena pelaku pasar khawatir proses pemulihan ekonomi terhambat meningkatnya kasus positif virus corona atau Covid-19, terutama di Amerika Serikat (AS).
Mengutip Reuters, Selasa (14/7), bank sentral AS atau The Federal Reserve memperingatkan, bahwa pemulihan ekonomi AS bakal berjalan lambat, karena peningkatan kasus Covid-19.
Di Indonesia, jumlah pasien baru Covid-19 juta terus bertambah. Berikut datanya:
"Pandemi corona tetap menjadi faktor penentu arah perekonomian saat ini. Sayangnya, kabut tebal akibat pandemi ini masih membayangi dengan risiko penurunan ekonomi mendominasi," kata Anggota Dewan Gubernur The Federal Reserve Lael Brainard.
Sebelumnya, harga emas bergerak naik signifikan hingga mencapai puncaknya di kisaran US$ 1.900 per ons seiring dengan kekhawatiran pelaku pasar terhadap prospek pemulihan ekonomi global. Pelaku pasar khawatir peningkatan kasus positif Covid-19 akan menghambat upaya pemulihan ekonomi global.
(Baca: Dibayangi Kenaikan Kasus Corona, Harga Emas Antam Naik Jadi Rp 942.000)
Hal ini, membuat emas sebagai instrumen lindung nilai atau safe haven menjadi pilihan pelaku pasar. Tapi, benarkah demikian? Lantas, apakah ini saatnya berinvestasi di emas? Dengan harga setinggi ini, bagaimana potensi keuntungannya ke depan?
Menurut Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting Tejasari Assad, kenaikan harga emas belakangan ini memang cukup menggiurkan untuk investasi. Apalagi bila kekhawatiran terhadap gelombang kedua virus corona masih ada.
Sentimen negatif itu akan membuat investor pasar panik dan memindahkan dananya dari pasar saham ke emas yang dianggap lebih aman. "Dengan ketakutan terhadap rekor-rekor jumlah kasus baru dan ekonomi yang tidak kunjung pulih, pasar goyang, saham naik turun, investor lari ke emas dan harganya naik," ujar Teja.
Kendati begitu, Teja mengatakan sebaiknya masyarakat tak buru-buru ingin mencicipi peluang keuntungan dari emas. Sebab, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum membeli emas.
(Baca: Harga Emas Catat Rekor Baru, Logam Mulia Antam Naik Jadi Rp 940 Ribu)
Pertama, harga emas sudah terlalu tinggi. Saat ini harga emas Antam nyaris menyentuh Rp1 juta per gram.
Menurut Teja, justru lebih baik masyarakat menunggu harga emas melandai dulu sebelum akhirnya nanti bisa naik lagi ketika ketidakpastian. Sebab, ada kemungkinan gelombang kedua virus corona akan menerjang. Bila harga beli sudah agak turun, barulah emas cocok dibeli.
Misalnya, saat ini sudah di kisaran Rp 942 ribu per gram, maka tunggulah sampai harga sedikit di bawah Rp 900 ribu per gram. Sebab, ini akan mengacu pada alasan kedua, yaitu pertimbangan harga jual emas.
Saat ini, dengan harga beli Rp 942 ribu, harga jual emas berada di kisaran Rp 841 ribu per gram. Maka, ada selisih hampir Rp 100 ribu setelah membeli emas dan ketika ingin menjualnya.
Adanya selisih harga jual dan beli ini membuat calon pembeli perlu menjadikan emas sebagai instrumen investasi jangka menengah hingga panjang, bukan pendek. Bila ingin investasi jangka pendek, lebih baik ke reksadana daripada emas.
"Karena dalam waktu dekat tidak akan untung, masih ada gap dari selisih harga beli dan jual," kata Teja.
Selain itu, Anda juga perlu memperhitungkan modal untuk tempat penyimpanan, terutama bila yang dibeli merupakan emas fisik. Penyimpanan ini memang bisa dilakukan tanpa modal bila rumah dianggap aman, meski risiko selalu ada. Bila ingin lebih aman, tentu perlu brankas atau bahkan safe deposit box di bank.
Umumnya, harga sewa safe deposit box bank berkisar Rp 400-900 ribu per tahun, sesuai ukuran. Selain itu, masih ada biaya penjaminan sekitar Rp 750 ribu.
Untuk menghindari biaya tersebut, masyarakat dapat memulai investasi emas online. Produk ini banyak ditawarkan oleh berbagai perusahaan, mulai dari yang resmi seperti Antam dan PT Pegadaian (Persero), sampai yang hanya bekerjasama dengan mereka, misalnya Bareksa dan e-commerce, seperti Tokopedia dan Bukalapak.
Keuntungan membeli emas online, selain tak perlu menyiapkan tempat penyimpanan, Anda juga tak perlu biaya besar. Pembelian emas online tidak harus dilakukan sekaligus per gram.
Emas online baru akan dicetak saat jumlahnya sudah mencapai 1 gram dan dikirim ke rumah bisa dibutuhkan. Emas online juga bisa langsung secara digital tanpa harus pergi ke perusahaan jual beli emas.
(Baca: BI Ramal Inflasi Juli 0,04% Disumbang Kenaikan Harga Telur Ayam & Emas)
Hanya, yang perlu diperhatikan adalah jaminan hukum dari emas yang dibeli. "Kalau di e-commerce bisa dilihat itu kerja sama dengan siapa, misalnya jika mereka kerja sama dengan Antam, itu aman," ujarnya.
Hal senada diungkapkan oleh Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia Andy Nugroho. Menurutnya, fenomena tingginya harga emas saat ini lebih cocok dimanfaatkan dengan pembelian emas online.
Sebab, saat ini pembelian yang dicicil sedikit demi sedikit lebih memungkinkan keuntungan di kemudian hari daripada langsung membeli dalam jumlah besar. "Jadi pelunasan sampai genap sekian gram itu bisa dicicil pelan-pelan. Begitu genap dan ingin cetak emas, bisa saja harga sudah lebih tinggi," katanya.
Hanya, diakuinya bahwa pembelian emas online mungkin memberi beban psikologis. Sebab, bentuk fisiknya tidak berada di tangan pembeli. Hal itu dinilainya bisa mempengaruhi minat investasi.
Belum lagi, tekanan ekonomi seperti saat ini sebenarnya bisa menimpa siapa saja, termasuk e-commerce. “Ini yang mungkin jadi bikin was-was,” ujarnya.