Semua Platform Media Sosial Disalahgunakan Menyebar Kebohongan

Image title
Oleh Tim Redaksi
31 Januari 2020, 18:00
Carole Cadwalladr
KATADATA/JOSHUA SIRINGO RINGO

Perlindungan data pribadi adalah isu besar di era internet saat ini. Masyarakat semakin terkoneksi melalui media sosial tetapi mereka tidak sadar kalau platform teknologi tersebut mengumpulkan data-datanya. Skandal Cambridge Analytica dan bagaimana mereka menyalahgunakan jutaan data pengguna Facebook adalah salah satu contohnya.

Katadata berkesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan Carole Cadwalladr, jurnalis The Guardian dan The Observer yang juga finalis Pulitzer atas jurnalisme investigasinya pada skandal Cambridge Analytica. Berikut ini paparannya sebelum berbicara di Indonesia Data and Economic Conference (IDE) 2020 yang diselenggarakan Katadata, di Jakarta, Kamis (30/1).

Setelah kasus ini terungkap, Cambridge Analytica sudah berhenti operasi dan Facebook didenda US$ 5 miliar oleh FTC serta US$ 100 juta oleh SEC. Apakah saat ini kondisinya sudah berubah atau Anda masih melihat demokrasi di Barat terdisrupsi oleh teknologi?

Sudah lama saya mengerjakan reportase investigasi tersebut. Sungguh menakjubkan hal itu terjadi. Ketika saya mulai melakukannya, sangat sedikit orang yang pernah mendengar tentang Cambridge Analytica. Beberapa orang bahkan berpikir bahwa saya sedang menulis teori konspirasi gila.

Sekarang tulisan itu menjadi skandal besar. Banyak orang tahu tentang Cambridge Analytica. Mereka menjadi tahu perusahaan tersebut mengeksploitasi data Facebook. Itu benar-benar menjadi kabar baik. Banyak orang sekarang menyadari permasalahan seputar data.

Facebook mendapat denda terbesar yang pernah ada dalam sejarah AS senilai US$ 5 miliar, tetapi tidak berdampak apa-apa karena Facebook sangat kaya. Perusahaan ini memiliki begitu banyak uang. Harga sahamnya bahkan naik pada saat denda tersebut diumumkan.

Kita jadi tahu denda itu tidak begitu berarti, sedangkan permasalahannya masih ada dan Facebook masih digunakan untuk mengganggu perpolitikan dan menyebarkan kebohongan. Itu membuat proses politik di seluruh dunia menjadi semacam proses yang tertutup dan terkendali, dan perusahaan yang mengendalikannya memiliki kekuatan.

Jadi situasinya masih sama?

Lebih banyak orang tahu tentang masalah itu, tetapi pada saat yang sama, kita belum berhasil melakukan apa pun tentangnya. Jadi, kita berada dalam situasi yang sulit.

Pengungkapan skandal Cambridge Analytica membuat Anda mengalami perisakan. Apakah itu membuat Anda memutuskan berhenti menggunakan media sosial?

Ya, saya memang sempat berpikir untuk berhenti menggunakan media sosial. Karena semuanya yang kita ketahui tentang media sosial, tentang Facebook dan tentang Twitter, adalah seperti zona perang. Di sinilah pertempuran propaganda terjadi. Dan jika Anda seorang reporter yang menulis tentang masalah ini di media sosial, Anda dapat menjadi target serangan, dan itu sangat sulit bagi saya, secara pribadi.

Tetapi, pada saat yang sama, saya sangat senang karena ketika orang-orang menyerang pribadi Anda, itu berarti mereka kehabisan ide untuk menyerang jurnalisme Anda. Jadi, di sisi lain, meskipun ini sulit bagi saya, saya pikir saya menang melawan mereka.

Jadi itu sebabnya Anda tidak berhenti?

Ya, saya belum bisa berhenti karena masalah ini sangat mendesak dan mempengaruhi banyak negara. Ini adalah tentang masa depan dan demokrasi. Saya rasa saya tidak boleh berhenti.

Di Indonesia, dua kali pemilihan presiden telah membuat masyarakat terbelah. Ini lebih banyak disebabkan beredarnya banyak berita bohong, gambar, dan video di media sosial. Apakah ini hasil dari operasi perusahaan seperti Cambridge Analytica atau hanya pertarungan para buzzer?

Saya rasa hanya Facebook yang menciptakan kondisi ini sehingga yang disebut sebagai fake news dapat tersebar. Kita juga tahu tipe konten yang sangat efektif menyebar di medial sosial adalah konten yang mempertajam perbedaan, menyulut emosi, dan penuh kekerasan. Facebook memfasilitasi hal-hal tersebut, dan dengan menggunakan Facebook tools, teknologi iklan mereka, siapapun dapat menyebarkannya secara efektif ke masyarakat.

Kita sangat buta tentang siapa yang membuatnya, siapa yang menjadi target, atau berdasarkan data apa. Bahkan, yang paling mengkhawatirkan yang bisa kita lihat adalah, meskipun Facebook adalah platform sangat terbuka, dalam batas tertentu, WhatsApp, yang juga milik Facebook, adalah grup yang tertutup.

Kita sama-sama tahu bahwa platform ini sekarang juga digunakan untuk menyebar misinformasi, untuk menyebar kabar bohong, sehingga kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Perkembangan semacam ini sangat mengkhawatirkan yang menandakan bahwa keadaan sekarang semakin buruk, bukan sebaliknya.

Bahkan di Instagram juga terjadi?

Ya, bahkan instagram. Semuanya. Semua platform disalahgunakan secara tidak bertanggungjawab untuk menyebarkan kebohongan. Yang kita lihat di berbagai belahan dunia adaah mereka yang menang di Facebook atau di dunia politik adalah populis, otoritarian, dan mereka yang menyebarkan kebohongan. Donald Trump dalam hal ini adalah contoh paling nyata. Dia menggelontorkan banyak uang ke Facebook dan sering berbohong juga.

Sementara Facebook, meskipun menyatakan “Kami tidak akan membiarkan orang menyebarkan kebohongan dalam platform kami,” tapi kemudian malah berkata “meskipun demikian, kami akan membolehkan politisi yang berbohong”. Kebohongan semacam inilah yang pada dasarnya sangat berbahaya dan merusak. Jadi, Facebook seebenarnya sangat bertanggung jawab, Mark Zuckerberg secara pribadi sangat bertanggung jawab atas apa yang terjadi di dunia saat ini.

Apakah Anda pernah berbicara dengan Facebook?

Tidak.

Mereka tidak mau berbicara dengan Anda?

Halaman:
Editor: Redaksi
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...