Bukalapak Pilih Bank Digital dengan Ekosistem Beragam dan Kredibel

Rezza Aji Pratama
12 Januari 2022, 11:53
ilustrasi Teddy Oetomo-Bukalapak
Katadata
 
          
 
 

Ekspansi PT Bukalapak.com (BUKA) menambah semarak bisnis bank digital. All-commerce ini menggelontorkan dana sekitar Rp 1,19 triliun untuk membeli hingga 12% saham PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) melalui skema penjualan saham baru atau rights issue. Bersama Grab, Grup Salim, dan Traveloka, Bukalapak jadi investor baru bank milik taipan Chairul Tanjung tersebut.

"Kami memilih Allo Bank karena memiliki multiple ekosistem, baik offline maupun online," kata Presiden Bukalapak Teddy Oetomo dalam wawancara khusus dengan Tim Katadata.co.id secara online, 5 Januari lalu.

Aksi korporasi Bukalapak ini menarik karena di tengah tekanan tren penurunan harga sahamnya sejak penawaran saham perdana ke publik (IPO) pada Agustus tahun lalu. Dengan mengantongi kas jumbo sekitar Rp 23 triliun, Bukalapak bakal terus ekspansi dan berinvestasi di sektor lain.

Bagaimana strategi Bukalapak selanjutnya di Allo Bank? Apa pula rencana ekspansi lainnya? Simak petikan wawancara dengan Teddy Oetomo ini.

Mengapa Bukalapak masuk bisnis bank digital?

Semua lini bisnis Bukalapak itu bersinggungan erat dengan usaha mikro kecil dan menengah. Di sektor ini, layanan keuangan (financial service) menjadi urat nadi yang sangat dibutuhkan. Ini hal yang normal karena ekonomi di negara manapun sangat bergantung pada layanan keuangan yang kuat. 

Nah, kita mencoba memberikan nilai tambah kepada pemangku kepentingan di Bukalapak dengan menyediakan layanan keuangan yang lebih tangguh. Ini akan jadi hal positif baik bagi pengguna maupun pemegang saham.

Bukalapak bagian dari ekosistem Grup EMTEK, yang juga memiliki bank digital yaitu Bank Fama. Tapi, mengapa Bukalapak masuk ke Allo Bank?

Ada beberapa faktor kami memilih Allo Bank. Pertama, Allo Bank memiliki multiple ekosistem, baik offline maupun online. Di ranah offline ada Trans Corp dan Salim Group. Sedangkan di ekosistem online ada Bukalapak dan Allo Bank. Ini jadi kolaborasi paling luas yang pernah ada. Ekosistem yang beragam ini membuat digital banking mampu mengevaluasi pengguna dari berbagai aspek.

Selain itu, nilai valuasi yang kita bayarkan itu sangat menarik. Kalau dihitung cost kami kira-kira 1,7 kali Price to Book Value (nilai buku). Ini apabila kita bandingkan dengan valuasi bank digital lain, tidak hanya di Indonesia, tetapi di dunia, ini salah satu yang menarik. 

Seperti apa multiple ekosistem tersebut?

Kalau melihat ekosistem Bukalapak, kita banyak sekali mitranya. Mulai dari lending hingga investasi. Artinya kita melihat bahwa dengan ekosistem seperti ini memang tidak bisa hanya satu pihak. Setiap pihak ini memiliki fokus, segmen, target, dan preferensi berbeda. Sedangkan di perusahaan seperti Bukalapak ini sangat luas ekosistemnya.

Apa keuntungan Bukalapak masuk ke Allo Bank dari sisi transaksi all-commerce?

Karena Allo Bank punya ekosistem online dan offline, kami berharap bisa meningkatkan approval rate. Selain itu, bisa menaikkan kustomisasi dan penawaran produk. Pada saat yang sama juga dengan asset quality yang masih baik. 

Kami juga berterima kasih kepada konsorsium karena diberikan kesempatan menjadi pemegang saham terbesar kedua setelah konsorsium di Allo Bank. Ini menjadi pengakuan dari pemangku kepentingan bahwa Bukalapak memiliki nilai tambah yang berbeda, karena kami lebih fokus di outside gradual city, mitra, dan lain sebagainya.

Bagaimana Bukalapak melihat hubungan antara bank digital dengan ekosistem e-commerce?

Kalau saya lihat saling menguntungkan. Sebaik apapun produk bank digital kalau tidak ada ekosistemnya maka tidak akan dipakai. Karena itu kami membuat konsorsium yang ekosistemnya sangat beragam dan kredibel. Di saat yang sama, untuk technology company seperti kami, dibutuhkan layanan keuangan yang mumpuni untuk  memajukan para merchant dan mitra. 

Bagaimana korelasinya dengan bank konvensional?

Kalau kita melihat dari banyak bank konvensional, cost income ratio-nya menjadi satu alasan mengapa tidak bisa terus berekspansi. Indonesia memiliki lebih dari 100 bank, sudah lama. Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa inklusi keuangan dan populasi unbanked masih tinggi. Ini mungkin tidak terlepas dari struktur negara kita ini yang kepulauan.

Ini adalah kondisi yang diincar melalui digital banking, karena tidak perlu cabang. Semoga ini menjadi jawaban bukan hanya untuk tech ecosystem atau offline ecosystem, tapi juga bagi Indonesia untuk meningkatkan inklusi keuangan, menurunkan underbanked, menurunkan unbanked population

Bukalapak
Bukalapak (Bukalapak)
 
 

Apa saja dampaknya bagi mitra Bukalapak?

Layanan bank digital akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, terutama UMKM yang berkontribusi 60% terhadap ekonomi Indonesia. Jadi agar ekonomi Indonesia maju ke tingkat selanjutnya, perlu UMKM untuk naik kelas. Agar UMKM naik kelas, perlu adanya financial services yang kuat dan menjamah seluruh UMKM dan seluruh masyarakat Indonesia. 

Jadi bank digital ini menjadi salah satu pilar utama ekosistem digital?

Ya, bahkan semoga untuk Indonesia. Layanan keuangan itu bukan cuma sebagai transaksi tetapi juga untuk pinjaman bagi UMKM. Ini juga bisa dijadikan sebagai investasi passive income. Artinya apabila UMKM memiliki tambahan cash dari bisnis mereka, perlu ada cash management supaya mereka juga mendapatkan keuntungan. 

Selain layanan keuangan, apalagi yang menjadi pilar ekosistem digital bagi Bukalapak?

Pilar utama bisnis Bukalapak itu para mitra. Kita mulai membantu para mitra ini masuk ke penjualan digital, bukan pembeliannya. Artinya bukan online to offline saja tetapi offline to online.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...