Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia dari Sumatra hingga Maluku

Image title
7 Desember 2021, 16:17
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia, dari Samudera Pasai Sampai NU
ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/rwa.
Umat muslim melaksanakan salat gerhana bulan di Masjid Agung, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (26/5/2021).

Islam merupakan agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan data The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC) atau MABDA dalam laporannya yang bertajuk “Muslim 500”, jumlah penduduk Indonesia yang beragama Islam sebanyak 231,06 juta jiwa. Jumlah tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar dunia.

Lalu, bagaimana awal mula Islam masuk ke Indonesia?

Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia

Sebelum Islam bertamu ke Indonesia, berbagai macam agama dan kepercayaan dianut oleh masyarakat, seperti animisme, dinamisme, Hindu, dan Buddha. Namun, ajaran Rasulullah SAW memasuki Nusantara lewat jalur perdagangan secara berangsur-angsur dan tanpa paksaan. Hal itu membuat Islam mudah diterima masyarakat.

Mengutip buku “Tuntas: Pendidikan Agama Islam”, sejak abad ke-7 Masehi (abad ke-1 Hijriah), Selat Malaka mulai dilalui para pedagang muslim dari bangsa Arab, yang sejak masa Khilafah Utsman bin Affan telah mengembara lewat jalan darat dan lautan Hindia sampai ke Negeri Cina.

Di negeri yang mereka singgahi, pengembara muslim membuat perkampungan, misalnya di pantai Malabar (Gujarat) di pesisir barat India dan Sailan (Sri Lanka). Karenanya, muncul kesan seolah-olah Islam yang datang ke Indonesia berasal dari pedagang muslim Gujarat, bukan Bangsa Arab.

Selain berniaga, para pengembara muslim tersebut turut menyebarkan ajaran Islam di Nusantara. Banyak di antaranya yang memilih menetap di negeri yang mereka singgahi, termasuk di Malaka, hingga berkeluarga dengan orang pribumi.

Sumatra

Di Sumatra, berdiri kerajaan Samudera Pasai yang merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia sejak 1261 M. Kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan karena letaknya strategis di dekat Selat Malaka. Adanya jalur perhubungan dengan Gujarat membuat sektor perdagangan Samudera Pasai berkembang.

Samudera Pasai telah mengadakan hubungan dengan Sultan Delhi di India. Ketika Ibnu Batutah diutus Sultan Delhi ke Cina, ia singgah di Samudera Pasai terlebih dahulu dan bertemu dengan Sultan Malikuz Zahir.

Di sisi lain, di Jawa Timur, telah berdiri suatu negara maritim yang besar, yakni Majapahit, yang tidak membiarkan tumbuhnya kekuatan di sekitar selat Malaka. Hingga sekitar tahun 1350 M Samudera Pasai dibinasakan oleh armada Majapahit.

Hampir bersamaan dengan runtuhnya Malaka karena diduduki portugis, lahir kerajaan baru di Sumatra, yaitu kerajaan Aceh pada abad XVI M.

Jawa

Jalur perhubungan antara Pasai dan Malaka dengan Jawa sangatlah lancar. Banyak pedagang Jawa berkunjung ke Pasai dan Malaka sembari berdakwah menyebarkan ajaran Islam. Bahkan, tak sedikit ulama yang datang ke Jawa untuk menyebarkan ajaran Nabi Muhammad SAW di kota-kota yang masih dikuasai kerajaan Hindu.

Gerakan penyiaran ajaran Islam di Jawa tak lepas dari peran para wali. Meskipun jumlahnya banyak, namun ada sembilan nama yang dikenang dan dikenal dengan sebutan walisanga, yaitu: Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim), Sunan Ampel (Raden Rahmat), Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim), Sunan Giri (Raden Paku), SunanDrajat (Raden Qasim), Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah), Sunan Kudus (Jaffar Shadiq), Sunan Kalijaga (Raden Mas Said), dan Sunan Muria (Raden Umar Said).

Sulawesi

Ajaran Islam masuk ke Sulawesi pada abad ke-15 yang ditandai dengan kedatangan para pedagang muslim dari Sumatra, Malaka, dan Jawa ke Pulau Sulawesi. Pada saat itu, terdapat beberapa kerajaan, seperti Kerajaan Gowa-Tallo, Bone, Wajo, dan Sopang.

Ajaran Islam perlahan berkembang di Sulawesi dan mulai diterima oleh masyarakat setempat. Hingga pada 1562-1565, Kerajaan Gowa-Tallo, di bawah pimpinan Raja Tumaparisi Kolama berhasil menaklukan daerah Selayar, Bulukumba, Maros Mandar, dan Luwu.

Pada masa itu, di Gowa-Tallo sudah ada kelompok-kelompok masyarakat muslim dalam jumlah besar. Kemudian, atas jasa Dato Ribandang dan Dato Sulaemana, penyebaran Islam kian intens dan memperoleh kemajuan yang pesat.

Halaman:
Editor: Safrezi
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...