Sejarah Keraton Kanoman, Peninggalan Kerajaan Cirebon

Image title
12 Agustus 2021, 10:30
Keraton Kanoman merupakan keraton peninggalan Kesultanan Cirebon yang terletak di Kelurahan Lemahwungkuk, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat.
kebudayaan.kemdikbud.go.id
Keraton Kanoman merupakan keraton peninggalan Kesultanan Cirebon yang terletak di Kelurahan Lemahwungkuk, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat.

Keraton merupakan tempat kediaman raja yang memiliki beberapa bangunan di dalamnya. Fungsi utama keraton adalah sebagai tempat tinggal sultan dan tempat melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin  kegiatan politik dan sosial budaya.

Terdapat tiga keraton di Kota Cirebon yang kondisinya masih utuh, yaitu Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan Keraton Kacirebonan. Dari rentetan silsilahnya, ketiga keraton tersebut masih satu keturunan dari Sunan Gunung Jati.

Untuk Keraton Kanoman, letaknya di wilayah Kelurahan Lemahwungkuk, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat. Untuk mencapai ke sana, pengunjung dapat menempuh waktu sekitar 25 menit dengan naik becak atau sekitar 10 menit dengan kendaraan roda empat dari Terminal Harjamukti ke arah timur laut dan sekitar 10 menit dengan roda empat dari Stasiun Kereta Api Kejaksan.

Sejarah Keraton Kanoman

Pada awal abad ke-15, sebelum menjadi Keraton Kanoman, daerah ini hanya sebuah pemukiman kecil bernama Tegal Alang-alang. Kemudian Pangeran Walangsungsang yang dikenal juga sebagai Pangeran Cakrabuana, berhasil mengembangkan dan menguasai daerah tersebut serta mendapatkan pengakuan dari ayahnya, Prabu Siliwangi, untuk menjadi pemimpin.

Pada 1479, Pangeran Walangsungsang menobatkan Syarif Hidayatullah, yaitu anak dari adik perempuannya, Nhay Rarasantang, sebagai tumenggung yaitu gelar bagi kepala daerah. Penobatan tersebut tersiar hingga Kesultanan Demak sehingga Syarif Hidayatullah diberi gelar oleh para wali di Demak sebagai Panetep Panatagama di Tanah Sunda dengan nama Sunan Gunung Jati.

Selama memimpin Cirebon, Sunan Gunung Jati meningkatkan pembangunan Kesultanan Cirebon dengan menjalankan program-program pemerintahan. Ia mendapat gagasan untuk membangun masjid kemudian mengirimkan utusan untuk meminta tanggapan kepada Sultan Demak dan para wali terhadap gagasan tersebut.

Keinginan Sunan Gunung Jati mendapat respons positif dari Raden Fatah dan para wali. Mereka mengirim arsitek terbaik dari Majapahit bernama Raden Sepat yang dibantu oleh Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga. Setelah pembangunan selesai, masjid tersebut diberi nama Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Sunan Gunung Jati wafat pada 1568, posisinya digantikan oleh putranya yaitu Panembahan Ratu. Dalam pemerintahannya, Panembahan Ratu adalah seorang yang cinta perdamaian, ia menjalin hubungan baik dengan para pimpinan kerajaan yang mempunyai misi dalam penyebaran agama Islam, termasuk menjalin persahabatan dengan Kerajaan Mataram di bawah kekuasaan Sultan Agung.

Panembahan Ratu kemudian wafat dan digantikan oleh Pangeran Karim atau dikenal juga sebagai Panembahan Ratu II. Ia menikah dengan adik Sunan Amangkurat I, pemimpin Kerajaan Mataram. Sunan Amangkurat I bersahabat dengan Belanda sehingga ia diadu domba oleh berita bohong bahwa Banten akan menyerang Mataram.

Sunan Amangkurat I menghasut Panembahan Ratu II untuk menyerang Banten, namun ia menolak. Akibatnya, ia bersama dua putranya, Pangeran Martawidjaja dan Pangeran Kartawidjaja dipanggil ke Mataram (saat ini Yogyakarta) dan mereka bertiga diasingkan ke Kartasura (saat ini Surakarta).

Selama 12 tahun, Panembahan Ratu II diasingkan hingga ia meninggal pada 1666 dan dimakamkan di Bukit Girilaya sehingga Kesultanan Cirebon terjadi kekosongan kekuasaan. Pangeran Wangsakerta saat itu merupakan satu-satunya penerus karena kedua saudaranya diasingkan. Tetapi, meski diasingkan, keduanya berhak untuk memimpin sehingga terjadi konflik.

Melihat hal tersebut, Sultan Banten bernama Sultan Ageng Tirtayasa pergi ke Mataram dan berhasil membawa pulang Pangeran Martawidjaja dan Pangeran Kartawidjaja ke Kesultanan Cirebon.

Kemudian Sultan Ageng Tirtayasa membagi Kesultanan Cirebon menjadi tiga yaitu Kesultanan Kanoman dipimpin oleh Pangeran Kartawijaya, Kesultanan Kasepuhan dipimpin oleh Pangeran Martawijaya, dan Panembahan Cirebon dipimpin oleh Pangeran Wangsakerta.

Karakteristik Keraton Kanoman

Keraton Kanoman didirikan oleh Pangeran Mohamad Badridin atau Pangeran Kertawijaya, yang mendapatkan gelar Sultan Anom I sekitar tahun 1678. Keraton tersebut dibangun di atas tanah seluas kurang lebih 175.500 meter persegi.

Tahun berdirinya Keraton Kanoman tertulis dalam sebuah gambar yang ada di Pintu Jinem Keraton Kanoman, yang menggambarkan “matahari” berarti 1, “wayang darma kusuma” yang berarti 5, “bumi” berarti 1, dan “binatang kamangmang” yang berarti 0 sehingga menunjukkan angka tahun 1510 Saka atau 1588 Masehi. Saat itu Keraton Kanoman masih menjadi bagian dari Kesultanan Cirebon sebelum menjadi keraton sendiri pada 1678.

Keraton Kanoman dibangun menghadap ke utara dan membujur hingga ke selatan. Di sebelah utara keraton terdapat alun-alun dan pasar. Sebelah barat laut terdapat Masjid Keraton Kanoman, dan di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Sekolah Taman Siswa dan pemukiman penduduk.

Alun-alun berfungsi sebagai tempat upacara besar prajurit dan kegiatan lainnya. Saat ini, alun-alun digunakan sebagai arena publik. Sebutan alun-alun diambil dari kata alun yang artinya ombak. Di tengah alun-alun terdapat pohon beringin yang dikelilingi pagar (waringin kinurung). Waringin berarti pohon beringin dan kinurung artinya adalah terkurung.

Pohon beringin yang tumbuh besar memiliki banyak batang dan daun yang lebat sehingga bisa digunakan untuk berlindung dari gerimis dan teriknya matahari. Pohon beringin mempunyai bentuk seperti payung yang merupakan lambang pengayoman dan keteduhan. Dalam hal ini menunjukkan keraton yang dipimpin oleh seorang sultan mempunyai fungsi sebagai pengayom dan pelindung bagi masyarakatnya.

Halaman:
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...