Profil Eri Cahyadi, Anak Buah Risma yang Maju di Pilkada Surabaya
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) resmi mengusung Eri Cahyadi dan Armuji dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kota Surabaya 2020-2025. Keduanya akan melawan pasangan Machfud Arifin-Mujiaman yang diusung delapan partai, termasuk Gerindra.
Eri Cahyadi-Armuji melakukan deklarasi di Taman Harmoni usai terpilih kemarin. “Taman ini adalah bentuk keberhasilan pembangunan di Surabaya, Jawa Timur. Dari tempat pembuangan sampah kumuh menjadi taman kota yang indah,” kata Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat, Rabu (3/9).
Dalam kesempatan itu, Eri berkomtimen untuk melanjutkan kebaikan yang dilakukan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini selama satu dekade terakhir. “Terima kasih PDIP yang telah mempercayai dan memberikan amanah ini,” ucapnya.
Risma pun berpesan agar pasangan tersebut semakin menyejahterakan warga Surabaya jika terpilih. “Itulah cita-cita kemerdekaan dan Pancaila, yakni negara yang adil, makmur, sejahtera, dan sentosa,” kata ketua bidang kebudayaan DPP PDIP itu.
Terpilihnya Eri, menurut pengamat komunikasi politik Universitas Airlangga Suko Widodo, tak terlepas dari peran kuat Risma. Telah lama perempuan kelahiran Kediri, 20 November 1961 itu menggadang-gadang Eri sebagai penerusnya.
Dari sini, Eri terlihat memiliki kesempatan lebih besar ketimbang lawannya. “Faktor Risma masih cukup kuat, dengan catatan PDI Perjuangan solid,” kata Suko, dikutip dari Antara.
Alasan di balik pemilihan Armuji, Suko mengatakan hal tersebut tak terlepas dari cara partai banteng bermoncong putih itu untuk mengambil unsur politik. “Ia telah lama berpengalaman sebagai wakil rakyat, bahkan pernah menjadi ketua DPRD Kota Surabaya,” ujarnya.
Profil Eri Cahyadi
Sebelum bertanding dalam Pilkada Kota Surabaya, Eri merupakan pejabat pemerintah dengan jabatan Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya. Eri dipasangkan dengan Armuji, politisi PDIP yang kini menduduki kursi anggota DPRD.
Arek Surabaya kelahiran 27 Mei 1977 ini menempuh studi di Fakultas Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan lulus pada 1999. Setelah lulus, Eri mengawali kariernya sebagai birokrat di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya, mirip dengan Risma. Perjalanan kariernya keduanya pun serupa. Saat dicalonkan Risma dan Eri menjabat Kepala Bappeko Surabaya.
Pada saat memulai karier, Eri pertama kali menempati posisi strategis sebagai Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman, Cipta Karya dan Tata Ruang. Sedangkan Risma mengawalinya dari posisi Kepala Bagian (Kabag) Bina Pembangunan.
Ketika Risma menjadi walikota, Eri Cahyadi tercatat sedang mengisi posisi Bappeko. Berawal dari situ, banyak yang menyebut Risma mendukung Eri karena pernah menyebut calon penggantinya harus bisa “meneruskan progam-program yang sudah dijalankan selama ini”. Eri merupakan salah satu birokrat yang terlibat langung dalam program pemerintah Kota Surabaya yang dijalankan Risma.
Awal perkenalan Risma dan Eri terjalin sejak 2001, saat Risma masih mengisi jabatan sebagai PNS. Ayah Eri, kala itu meminta Risma memboyong Eri untuk belajar soal birokrasi.
Risma pun menyebut sosok Eri sebagai telaten dan berani. Soal kemungkinan menang, Risma tidak menampik koneksi Eri yang tersebar di mana-mana memberikan dampak positif kepadanya.
Hal itu, menurut Risma, dapat membantu Eri mendulang suara. “Rakyat Surabaya tuh pinter, kok. Aku dulu sendiri loh. Kalau Mas Eri ini aktif di mana-mana, temannya banyak dia. Kalau aku dulu, kan, enggak, wes pegawai tok,” katanya.
Telah lama mengenal Eri membuat Risma percaya mantan anak buahnya itu mampu melanjutkan berbagai proyek di Surabaya. Terlebih, Eri sudah hampir dua dekade berada di lingkungan Pemkot Surabaya.
Salah satu program yang dikepalai oleh Eri Cahyadi ialah pembangunan Museum Pendidikan Surabaya. Museum ini telah rampung dan diresmikan pada 25 November 2019.
Eri Armuji Singkirkan Whisnu Sakti?
Keputusan PDIP mengusung Eri-Armuji pada detik-detik terakhir tidak lepas dari gonjang-ganjing nama calon yang bermunculan. Rupanya, Eri mengalahkan Whisnu Sakti, kader PDIP, sekaligus Wakil Walikota Surabaya.
Kiprahnya sebagai pendampin Risma selama dua peiode membuat nama Wishnu dijagokan dalam Pilkada Surabaya ini. Namanya semakin kuat terdengar karena ayah Wishnu, Soetjipto Soedjono pernah mengisi posisi penting sebagai Sekretaris Jendral (Sekjen) PDIP.
“Aku tahu pasti kamu yo kelingan (teringat) sama Pak Tjip (ayahnya Whisnu). Makanya saya sengaja suruh datangkan yang namanya Bambang Pacul sama Pak Djarot Saiful Hidayat, ada juga Mbak Puti. Jangan ada yang bilang Ibu Mega itu membuang Whisnu. Tidak,” kata Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, seperti dilansir Tirto.id.
Di sela pengarahan virtual, Megawati secara khusus menyapa Wisnu dan mengapresiasi kinerjanya. Setelah penetapan ini, ia meminta seluruh kader mengawal, mengamankan, bahkan memenangkan pasangan yang telah ditunjuk ketua umum.
Ketua Bidang Pemenangan Pemilu DPP PDI Perjuangan Bambang Wuryanto menilai wajar dalam proses pengumuman rekomendasi calon kepala daerah ada perbedaan pendapat. “Di setiap pemilihan pasangan calon pasti terjadi seperti itu. Tapi di PDIP tidak ada kekecewaan,” ujar pria yang akrab disapa Bambang Pacul itu.
Partisipasi pemilih dalam Pilkada Serentak 2020 terancam menyusut karena pandemi Covid-19. Belum adanya protokol kesehatan yang jelas saat pemilihan dan kampanye kandidat dianggap dapat mengurangi minat pemilih.
Survei Indikator Politik Indonesia terhadap 1.200 responden pada 13-16 Juli 2020 menunjukkan sebanyak 63,1% responden mengatakan pelaksanaan Pilkada sebaiknya ditunda. Namun, ada 34,3% responden yang ingin tetap terlaksana pada Desember mendatang.
Penyumbang bahan: Muhamad Arfan Septiawan (magang)