Nyoman Nuarta, Pematung yang Mendesain Istana Negara & Masjid Agung
Pradesain istana negara di ibu kota baru, Kalimantan Timur, telah terpilih. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memutuskan karya seniman patung Nyoman Nuarta memenangkan sayembara tersebut.
Bentuk bangunannya serupa Burung Garuda yang sedang melebarkan sayap. Presiden Joko Widodo menyebut usulan ini sarat dengan filosofi lambang negara sebagai pemersatu bangsa.
Dalam akun Instagram-nya @jokowi, Sabtu (3/4), ia menyertakan video singkat penampilan istana tersebut dan meminta masukan dari seluruh pihak terkait desainnya. “Usulan ini, sekali lagi, masih pada tahap pradesain,” tulisnya.
Ia menginginkan istana negara nantinya tidak hanya dikenang sebagai tempat presiden bekerja atau simbol kebanggaan bangsa. “Tapi juga mencerminkan kemajuan bangsa,” ujar Jokowi.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menargetkan pembangunan bangunan itu akan mulai tahun ini. “Pada 17 Agustus 2024, Presiden dapat melaksanakan upacara di ibu kota negara baru,” katanya beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, lima asosiasi profesi mengkritik desain baru istana negara tersebut. Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) I Ketut Rana Wiarcha mengatakan, bangunan yang berbentuk Burung Garuda tersebut tidak mencirikan kemajuan peradaban bangsa Indonesia di era digital.
Gedung istana negara seharusnya merefleksikan kemajuan peradaban, baik budaya, ekonomi, dan komitmen pada tujuan pembangunan berkelanjutan Indonesia. Metafora harfiah pada dunia perancangan arsitektur dan era teknologi 4.0 mulai ditinggalkan.
"Metafora harfiah yang direpresentasikan melalui gedung berbentuk patung burung tersebut tidak mencerminkan upaya pemerintah dalam mengutamakan forest city atau kota yang berwawasan lingkungan," ujar Rana, dikutip dari Kompas.com.
Profil Nyoman Nuarta
Tak hanya istana negara, Nyoman Nuarta juga mendesain masjid agung untuk ibu kota baru. Bentuknya dapat terlihat pada akun Instagramnya @nyoman_nuarta.
Bangunan utamanya berbentuk kubah besar dengan tiga menara yang mengelilinginya. Menara tersebut terlihat seperti tali yang bergerak ke atas membentuk spiral. Masjid agung ini berdiri di atas taman yang luas.
Nuarta juga mengikuti sayembara untuk Bandar Udara Hang Nadim, tapi tak lolos seleksi. “Mungkin kurang kontemporer,” tulisnya pada hari ini.
Karier Nuarta sebagai pematung telah berjalan lebih empat dekade. Karya-karyanya tersebar di Indonesia. Pria kelahiran Tabanan, Bali, 14 November 1951 itu membuat Patung Jalesveva Jayamahe (Jawa Timur), Arjuna Wijaya (Jakarta), dan mahakaryanya Garuda Wisnu Kencana (Bali).
Ia merupakan maestro pematung Indonesia. Sejak kecil, mengutip dari www.nuarta.com, keluarga Nuarta selalu mendukungnya untuk berkarya. Karena itu, ketika lulus sekolah menengah atas, ia mengambil jurusan seni patung di Institut Teknologi Bandung.
Karier profesionalnya mulai ketika ia masih menjadi mahasiswa dengan masuk ke dalam Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia di 1977. Sejak itu Nuarta aktif mengikuti berbagai pameran.
Pada 1979, sebelum lulus dari ITB, namanya melejit karena berhasil memenangkan kompetisi sayembara patung proklamator RI. Nyoman ditunjuk membuat patung presiden pertama negara ini, Soekarno.
Tidak hanya Indonesia, karyanya juga tersebar di Singapura, Filipina, Spanyol, Australia, dan negara lainnya. Saat ini Nuarta tinggal di Bandung bersama istri dan keluarganya, sambil mengelola NuArt Sculpture Park.