KSAL TNI Sebut Kemungkinan Oksigen KRI Nanggala Bertahan 5 Hari
TNI belum dapat memastikan KRI Nanggala-402 saat hilang kontak mengalami keadaan mati listrik (blackout) atau tidak. Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono menyebut oksigen kapal selam itu dapat bertahan lima hari apabila listriknya tetap menyala.
“Kemarin yang saya sampaikan (mesin dan listrik) masih hidup semua. Isyarat-isyarat untuk perang tempur, perang menyelam masih terdengar dari kapal penjejak Komando Pasukan Katak (Kopaska) yang jaraknya 50 meter dari kapal selam tersebut,” katanya dalam konferensi pers, Sabtu (24/4).
Dari informasi itu, ia berharap KRI Nanggala-402 tidak dalam keadaan lsitrik mati. Apabila yang terjadi sebaliknya, persediaan oksigen hanya cukup 72 jam.
KRI Nanggala-402 mengalami hilang kontak pada hari Rabu lalu sekitar pukul 03.00 WITA. Jika kondisi kapal dalam keadaan blackout, maka persediaan oksigennya telah habis pada pagi tadi.
Pencarian kapal selam itu masih terus berlangsung. TNI fokus pada sembilan titik di perairan utara Bali. Lokasinya sekitar 40 kilometer dari pesisir Celukan Bawang, Kabupaten Buleleng.
Sembilan titik itu jadi daerah fokus penyelidikan karena tim pencari sempat menemukan tumpahan minyak serta mendeteksi daya magnet cukup kuat pada kedalaman 50 sampai 100 meter.
KRI Nanggala Dinyatakan Tenggelam
TNI telah menyatakan temuan barang di lokasi hilangnya KRI Nanggala-402 menjadi bukti otentik kapal selam itu telah tenggelam. Tim pencari menemukannya dalam kondisi terapung.
Barang-barang itu diyakini sebagai kompenen melekat di kapal selam. “Dan tidak akan terangkat ke luar kapal apabila tidak ada tekanan dari luar atau terjadi keretakan di peluncur torpedo,” kata Yudo.
Selain menemukan tumpahan minyak juga ada komponen-komponen yang diyakini milik kapal KRI Nanggala-402. "Barang-barang ini tidak dimiliki oleh umum dan di sekitar radius 10 mil tidak ada kapal lain yang melintas sehingga diyakini ini adalah milik KRI Nanggala," ujarnya.
Komponen-komponen yang ditemukan adalah benda berwarna hitam yang merupakan bagian komponen peluncur torpedo, alas salat, spons atau busa penahan panas, benda berwarna putih pembungkus pipa pendingin dalam tulisan Korea Selatan, dan botol mineral cairan warna jingga.
Botol tersebut adalah grease alias pelumas. “Grease ini biasanya dipakai kru yang bertanggung jawab terhadap periskop. Jika terjadi kekeringan di kapal selam, maka dia akan melumuri di periskop tersebut itu," kata Yudo.
Sedangkan, pembungkus pipa pendingin dengan tulisan Korea Selatan ini adalah vertical over haul pada 2012. Ketika itu KRI Nanggala sempat mengalami perbaikan di Negeri Ginseng.
Dengan bukti-bukti otentik tersebut, status KRI Nanggala sudah naik dari submiss menuju subsunk. Panglima TNI Hadi Tjahjanto mengatakan, status subsunk (tenggelam) juga berlaku karena pencarian telah dilakukan selama 72 jam. “Pagi dini hari tadi merupakan batas akhir live support, berupa ketersediaan oksigen, di KRI Nanggala,” katanya.
TNI mengerahkan 21 KRI yang sebagian besar memiliki daya deteksi sonar untuk memetakan situasi di kedalaman dan dasar laut. Sebanyak empat kapal dan satu unit alat deteksi bawah laut atau remote operation vehicle (ROV) dari kepolisian.
Negara lain juga turut membantu, seperti Malaysia, Singapura, India, Australia, dan Amerika Serikat. Achmad menyebut lima personel Angkatan Bersenjata Singapura telah berada di atas KRI Suharso untuk membantu pencarian dan penyelamatan.
AS mengirimkan pesawat patroli maritimnya bernama P-8 Poseidon. Pesawat ini dirancang khusus untuk misi pencarian di lautan, khususnya kapal selam.
KRI Nanggala-402 membawa 53 orang yang terdiri dari 49 ABK, seorang komandan satuan, dan tiga personel senjata. Kapal hilang kontak saat komandan pelatihan hendak memberikan otoritas penembakan terpedo.