Karyawan Jungle Land Teriak, Gaji dan THR Belum Dibayar 2 Tahun
Karyawan PT Andrasentra Propertindo Tbk (JGLE) mengeluhkan terkait pembayaran gaji dan tunjangan lainnya yang belum dibayarkan oleh manajemen Jungle Land selama dua tahun.
Rizal, salah satu perwakilan karyawan Jungle Land Bogor menuturkan, saat ini ada sekitar 500 karyawan yang belum dibayarkan gaji, tunjangan hari raya (THR) berikut iuran BPJS Ketenagakerjaan oleh perusahaan milik Grup Bakrie tersebut. Padahal, Jungle Land saat ini statusnya sudah beroperasi kembali.
"Selama dua tahun gaji kita belum dibayarkan, termasuk dengan THR, dan BPJS Ketenagakerjaan," katanya kepada Katadata.co.id, Rabu (18/5).
Rizal menambahkan, penundan gaji berikut THR itu berlaku tak hanya bagi karyawan tetap, melainkan di jajaran manajemen Jungle Land. Sudah ada upaya yang dilakukan perwakilan karyawan melaporkan masalah penunggakan gaji dan THR ini kepada Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kabupaten Bogor, namun hasilnya masih belum sesuai harapan.
"Sebenarnya Jungle Land sudah mulai beroperasi beberapa bulan lalu, mereka menjanjian pembayaran 10 Mei, sedangkan kata mereka kita gak ada uang, gak bisa bayar," tuturnya.
Sampai berita ini ditulis, Katadata.co.id masih berupaya menghubungi manajemen Jungle Land. Konfirmasi juga turut ditujukan kepada PT Bakrieland Development Tbk (ELTY), namun belum berbalas.
Manajemen Jungle Land mengakui, pandemi Covid-19 turut berdampak terhadap operasional perusahaan. Hal ini seperti tertera dalam memo internal yang diperoleh Katadata. Manajemen memutuskan untuk menutup wahana pada 20 Maret 2020 sebagai dampak dari pandemi, akibatnya, perusahaan tidak mendapatkan pendapatan. Pada memo itu juga tertulis, gaji karyawan yang belum terbayarkan sejak Februari 2020 ditetapkan sebagai utang perusahaan kepada karyawan.
Bila mengacu pada laporan keuangan terakahir yang dipublikasikan manajemen JGLE, sepanjang tahun 2021 perusahaan tercatat membukukan kerugian bersih senilai Rp 101,49 miiliar.
Arus kas perusahaan tercatat minus Rp 6,21 miliar dengan kerugian operasional senilai Rp 61,46 miliar. Perusahaan membukukan pendapatan bersih senilai Rp 86,76 miliar, turun dari perolehan pendapatahun tahun 2020 sebesar Rp 88,20 miliar.
Sementara itu, beban pokok pendapatan meningkat menjadi Rp 73,87 miliar dari posisi 31 Desember 2020 senilai Rp 72,82 miliar.