Choi Siwon Perjuangkan Pendidikan dan Kesehatan Anak di ASEAN BAC

Andi M. Arief
4 September 2023, 17:57
UNICEF East Asia & Pacific Regional Ambassador Choi Siwon menyampaikan pidatonya pada hari kedua ASEAN Business Investment Summit (ABIS) 2023 di Jakarta, Senin (4/9/2023).
ANTARA FOTO/Media Center KTT ASEAN 2023/Zabur Karuru/foc.
UNICEF East Asia & Pacific Regional Ambassador Choi Siwon menyampaikan pidatonya pada hari kedua ASEAN Business Investment Summit (ABIS) 2023 di Jakarta, Senin (4/9/2023).

Duta Asia Timur dan Pacific UNICEF Choi Siwon mendorong negara anggota ASEAN untuk berinvestasi untuk pendidikan dan kesehatan anak-anak. Menurutnya, investasi pada anak adalah keputusan yang masuk akal secara ekonomi.

Siwon menyatakan nilai tambah dari investasi pada anak melalui pendidikan Sekolah Dasar mencapai 10 kali lipat. Maka dari itu, Siwon yang juga merupakan anggota Super Junior tersebut menilai investasi pada anak dapat meningkatkan prospek perekonomian di Asia Tenggara dalam jangka panjang.

"Tapi, ini harus dilakukan sekarang. Tidak ada kekurangan peluang untuk dapat mewujudkan perbedaan bagi kelompok atau perubahan dalam kawasan, salah satunya bagi anak-anak," kata Siwon saat menjadi pembicara dalam ASEAN Business Investment Summit 2023, Senin (4/9).

Siwon menekankan anak-anak di Asia Timur dan kawasan Pasifik harus dibantu dari sisi pendidikan. Menurutnya, saat ini banyak anak yang pergi ke sekolah, tapi belum menerima keterampilan dasar.

Dia mengatakan,  anak harus mendapatkan pendidikan sehingga mendapatkan keterampilan yang sesuai dengan abad ke-21. Hal tersebut dinilai penting agar anak dapat tumbuh dan mendapatkan penghidupan yang bermakna.

Di samping itu, Siwon menemukan ada jutaan anak yang belum menerima vaksin jenis apapun di ASEAN. Pada saat yang sama, anak-anak di Asia Tenggara hidup dalam kemiskinan dengan kondisi sanitasi yang buruk dan tanpa air bersih.

Siwon menyampaikan kedua kondisi tersebut diperburuk dengan adanya perubahan iklim. Hal tersebut disebabkan kesenjangan ekonomi akan semakin besar bagi anak akibat perubahan iklim.

"Banyak sekali yang dapat kita lakukan untuk mengatasi tantangan ini. Bersama-sama, kita memiliki kemampuan untuk menghadapi realita ini dengan adanya tindakan kolektif, dengan investasi yang tepat," kata Siwon.

Tingkat kematian anak-anak di bawah usia lima tahun atau balita secara global telah turun drastis hingga 61% sejak tahun 1990. Tingkat kematian pada balita kerap terjadi di negara yang memiliki penghasilan rendah.

Menurut laporan UNICEF 2020, terdapat 37 kematian anak usia di bawah lima tahun dari 1.000 kelahiran pada 2020. Angka tersebut turun dibandingkan tahun 2015 yang sebanyak 43 kematian.

Berdasarkan data Bank Dunia 2021, angka kematian bayi neonatal (usia 0-28 hari) Indonesia sebesar 11,7 dari 1.000 bayi lahir hidup pada 2021. Artinya, terdapat antara 11 sampai 12 bayi neonatal yang meninggal dari setiap 1.000 bayi yang terlahir hidup.

Jika dibandingkan dengan negara anggota ASEAN lainnya, angka kematian bayi Indonesia berada di urutan ke-5 tertinggi dari 10 negara.

Angka kematian bayi neonatal Indonesia jauh lebih tinggi dari Singapura yang hanya 0,8 dari 1.000 bayi lahir hidup pada 2021. Artinya, hanya ada kira-kira 1 bayi neonatal yang meninggal dari 1.000 bayi yang terlahir hidup di Negeri Singa tersebut.

Kematian bayi neonatal Indonesia juga lebih tinggi dibanding negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, serta Vietnam seperti terlihat pada grafik.

Sementara Myanmar merupakan negara di kawasan Asia Tenggara yang memiliki angka kematian bayi neonatal tertinggi, yakni sebanyak 22,3 dari 1.000 bayi lahir hidup. Angka kematian bayi neonatal Laos, Kamboja, dan Filipina juga lebih tinggi dibanding Indonesia.

Reporter: Andi M. Arief

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...